Selasa, 22 Januari 2013

Menejemen Pendidikan

MANAJEMEN KURIKULUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha peningkatan mutu pendidikan tinggi selama ini nampaknya belum mencapai taraf yang memadai (critical mass). Dengan pendidikan diharapkan mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pada umumnya. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memaknai mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan akademik dan lebih khusus lagi hanya aspek kognitif, yang pada gilirannya berdampak terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni dan olah raga serta life skill. Berdasarkan hal tersebut, maka kurikulum perlu disempurnakan dengan pendekatan berbasis kompetensi.
Telah dimaklumi bersama, bahwa kurikulum merupakan perangkat pendidikan yang dinamis. Oleh karena itu, kurikulum juga harus peka merespon beragam perubahan dan tuntutan stakeholders yang menginginkan adanya peningkatan kualitas pendidikan. Di sisi lain, tidak hanya pada kurikulum yang pellu dimanajemen, masih ada unsur-unsur pendidikan lainya yang perlu penataan atau manajerial seperti peserta didik. Di mana manajemen kesiswaan dapat digunakan sebagai wadah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dan dapat mengatur segala urusan yang berkaitan dengan peserta didik.

B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah tentang pendidikan agama Islam diantaranya yaitu:
1. Apa saja yang mencakup manajemen kurikulum?
2. Apa saja yang mencakup manajemen kesiswaan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan makalah yang kami susun ini adalah :
1. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang tentang pengertian pendidikan, pengajaran dan perbedaan antara keduanya.
2. Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen untuk membuat makalah mengenai pengertian pendidikan, pengajaran dan perbedaan antara keduanya.

BAB II
MANAJEMEN SEKOLAH

A. Manajemen Kurikulum

1. Pengertian manajemen kurikulum
Istilah kurikulum pada mulanya digunakan dalam dunia olah raga pada zaman yunani kuno. Curriculum adalah bahasa yunani berasal dari kata Curir artinya pelari dan Curere artinya tempat berpacu. Curriculum artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan di atas, definisi kurikulum dalam pendidikan merupakan sejumlah mata pelajaran yang hrus ditempuh atau diselesaikan oleh peserta didik untuk memperoleh ijzah. Sebelum membahas tentang kurikulum madrasah maka diuraikan terlebih dahulu tentang pengertian kurikulum secara umum. Berikut beberapa pendapat tentang pengertian kurikulum:
Kurikulum pada dasarnya merupakan media pembelajaran ang terdiri atas dua dimensi pokok yaitu vision dan struktur. Vision berarti hasil dugaan manusia yang meletakkan dunia dalam konsep yang nyata. Menginterpretasikan urgensi pendidikan dengan kenyataan-kenyataan yang mudah dipersepsi oleh peserta didik. Sedangkan struktur berarti mengorganisir secara sistematis berbagai komponen kutrikulum ke dalam pengalamna-pengalaman belajar sehingga dengan mudah dapat diimplementasikan dan dievaluasi hasilnya.
Menurut S.Nasutonkurikulum dapat di pandang sebagai kurikulum tradisional dan kurikulum Modern, Kurikulum Tradisional sering di arttikan sebagai mata pelajaran yang di ajarkan di madrasah, sedangkan dalam konteks Modern kurikulum mempunyai pengertian yang tidak hanya terbatas pada mata pelajaran tetapi menyangkut pengalaman di luar madrasah sebagai kegiatan pendidikan.
Menurut Suyanto Kurikulum adalah sebagai aktifitas yang menyangkut semua kegiatan yag di lakukan dan di alami peserta didik dalam perkembangan bai formal maupun informalguna mencapai tujuan. (Abdurrahmansyah M.Ag, 2007 :35-36, 38).
Sedangkan dalam konteks pendidikan islam (Tarbiyah Al-Islamiyah) istilah kurikulum sama dengan Manhaj atau Nahju yang definisinya adalah jalan atau cara yang di lakuan seseorang agar dengan segera mencapai tujuan hidup (Qurah, 1979 :2
Rumusan atau batasan kurikulum itulah yang pertama kali digunakan dalam bidang pendidikan. Atas dasar batasan itu pula, sebagian besar para praktisi pendidikan sampai saat ini memandang bahwa kurikulum tidak lain sejumlah pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah.
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik daam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. dalam pelaksanaannya , manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks MB S(manajemen berbasis sekolah)dan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan). Robert S.Zais (1976) mengemukakan empat landasan kurikulum , yaitu philosophy and nature of knowledge, society and culture, the individual, learning theory.

2. Prinsip dan fungsi yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan manajemen kurikulum

Prinsip dan fungsi yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manjemen kurikulum adalah sebagai berikut:
a. produktivitas hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manjemen kurikulum.
b. demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskanpada demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksankan tugas dengan penug tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
c. kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapakan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dan berbagai pihak yang terlibat.
d. efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan manjemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat.
e. mengarahkan visi, misi, tujuan, yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen kurikulm harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum.

3. Tugas dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat kompleks dan berjangka panjang, dimana berbagai aspek yang tercakup dalam proses saling erat berkaitan antara yang satu dengan yang lain dan bermuara pada terwujudnya manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan hidup dan keterampilan hidup. Prosesnya bersifat kompleks karena interaksi diantara berbagai aspek tersebut seperti guru, bahan ajar, fasilitas, kondisi siswa, lingkungan, dan metode pengajaran tidak selamanya memiliki sifat dan bentuk yang konsisten yang dapat dikendalikan. Hal ini mengakibatkan penjelasan terhadap fenomina pendidikan bisa berbeda-beda, baik karena waktu, tempat maupun subjek yang terlibat dalam proses.
Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi yang didalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama yang lain berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan sifat unik menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi yang memiliki cirri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi lain. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan hidup manusia. Karena sifat yang kompleks dan unik itulah, sekolah sebagai organisasi memrlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.
Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang menetukan titik pusat dan irama sekolah. Bahkan lebih jauh studi tersebut menyimpulkan bahwa “keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah”. Kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa, kepala sekolah adalah mereka yang mengetahui tugas-tugas mereka dan mereka menentukan irama bagi sekolah mereka.
Seorang kepala sekolah hendaknya memahami betul apa yang menjadi tugas dan peranannya disekolah. Jika kepala sekolah mampu memahami tugas dan peranannya sebagai kepala sekolah, ia akan mudah dalam menjalankan tugasnya, terutama berkenaan dengan manajemen sekolah yang akan dikembangkannya. Bekal kemampuan dalam memahami kompetensi sebagai seorang kepala sekolah ini akan menjadi bekal dalam pelaksanaan kinerja yang harus dilakukannya.
Kinerja kepala sekolah dapat dipahami sebagai upaya yang harus dilakuakn seorang kepala sekolah dalam melakukan tugas dan perannya sebagai seorang kepala sekolah, baik itu kepala sekolah pada jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai dengan jenjang sekolah menengah atas atau kejuruan. Kinerja itu sendiri pada dasarnya merupakan perwujudan pengetahuan, sikap dan keterampilan, yang selaras dengan visi dan misi masing-masing satuan atau jenjang pendidikan berdasarkan kompetensi dasar kepala sekolah.
Disisi lain kepala sekolah juga harus mampu memahami konsep penilalian atau evaluasi. Sebagai pengetahuan bahwa evaluasi adalah proses pengukuran yang dilakukan terhadap kecendrungan perubahan yang terjadi mengenai suatu fenomina dengan hasil yang lebih cenderung kepada pemaknaan akan perubahan perilaku atau sifat individu tertentu.
Tugas dan peran kepala sekolah yang harus dimiliki berkenaan dengan manajemen kurikulum, yaitu berhubungan dengan kompetensi kepala sekolah dalam memahami sekolah sebagai system yang harus dipimpin dan dikelola dengan baik, diantaranya pengetahuan tentang manajeman itu sendiri. Kemampuan dalam mengelola ini nantinya akan dijadikan sebagai pegangan cara berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis sekolah dengan cara berpikir seorang manajer.
Tugas dan peran kepala sekolah dalam mewujudukan subkompetensi manajemen kurikulum ini dapat direfleksi oleh dirinya dari isi program kurikulum yang di desain atau dirancang dan dikembangkan mulai dari tingkat perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi kurikulum itu sendiri. Misalnya dalam bentuk evaluasi hasil pembelajaran dan evaluasi terhadap sekolah secara keseluruhan.
Sementara kurikulum menempati posisi yang menentukan dalam proses pendidikan. Ibarat tubuh kurikulum merupakan jantungnya pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat rancangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan yang harus di transfer kepada peserta didik dan bagaimana proses transfer tersebut harus dilaksanakan.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum dalam di dalam pendidikan dan dalam kehidupan manusia, penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Kalau landasan pembuatan sebuah gedung tidak kokoh maka yang akan ambruk adalah gedung tersebut. Akan tetapi kalau landasan pendidikan khususnya kurikulum yang lemah, maka yang ambruk adalah manusianya.
Dalam penerapannya, kurikulum membutuhkan evaluasi secara terus menerus sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum selanjutnya. Dalam teori dan praktek pendidikan, evaluasi kurikulum merupakan suatu bidang yang berkembang dengan cepat, termasuk evaluasi terhadap implementasi kurikulum.
Evaluasi kurikulum dan evaluasi pendidikan memiliki karakteristik yang tak terpisahkan dari bidang studi ilmu sosial pada umumnya. Karakteristik itu adalah lahirnya berbagai definisi untuk suatu istilah teknis yang sama. Evaluasi kurikulum adalah usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebjaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan dan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat bantu lainnya.

B. Manajemen Kesiswaan

1. Pengertian manajemen kesiswaan
Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan- kesamaan. Kesamaan-kesamaan itu dapat ditangkap dari kenyataan bahwa mereka sama-sama anak manusia, dan oleh karena itu mempunyai kesamaan-kesamaan unsur kemanusiaan. Fakta menunjukkan bahwa tidak ada anak yang lebih manusiawi dibandingkan dengan anak lainnya; dan tidak anak yang kurang manusia dibandingkan dengan anak yang lainnya. Adanya kesamaan- kesamaan yang dipunyai anak inilah yang melahirkan kensekuensi samanya hak-hak yang mereka punyai. Di antara hak-hak tersebut, yang juga tidak kalah pentingnya adalah hak untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu. Samanya hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksentuasikan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat individual. Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sistem schooling memang lebih memberi porsi bagi layanan atas kesamaan dibandingkan layanan atas perbedaan. Sungguhpun demikian, layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandangan psikologis mengenai anak. Sungguhpun anak-anak manusia tersebut diyakini mempunyai kesamaan-kesamaan, ternyata jika dilihat lebih jauh sebenarnya berbeda. Pandangan ini kemudian menunjukkan bukti-bukti yang meyakinkan, bahwa di dunia ini tak ada dua anak atau lebih yang benar-benar sama. Dua anak atau lebih yang kelihatan samapun, misalnya saja si kembar, pada hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang berbeda. Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling tersebut. Ada dua tuntutan, yakni aksentuasi pada layanan kesamaan dan perbedaan anak itulah, yang melahirkan pemikiran pentingnya pengaturan. Manajemen peserta didik, adalah kegiatan yang bermaksud untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah. Baik layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun padaperbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Sebagai akibat dari adanya perbedaan bawaan peserta didik, maka akan ada peserta didik yang lambat dan ada peserta didik yang cepat perkembangannya. Kompetisi yang sehat akan memungkinkan jika ada usaha dan kegiatan manajemen, ialah manajemen peserta didik. Demikian juga peserta didik yang bermasalah sebagai akibat dari adanya kompetisi akan dapat ditangani dengan baik manakala manajemen peserta didik-nya baik. Dalam upaya mengembangkan diri tersebut, ada banyak kebutuhan yang sering kali tarik-menarik dalam hal pemenuhan pemrioritasnnya. Di satu sisi, para peserta didik ingin sukses dalam hal prestasi akademiknya, di sisi lain, ia ingin sukses dalam hal sosialisasi dengan sebayanya. Bahkan tidak itu saja, dalam hal mengejar keduanya, ia ingin senantiasa berada dalam keadaan sejahtera. Pilihan-pilihan yang tepat atas ketiga hal yang sama-sama menarik tersebut, tidak jarang menimbulkan masalah bagi para peserta didik. Oleh karena itu diperlukan layanan tertentu yang dikelola dengan baik. Manajemen peserta didik berupaya mengisi kebutuhan tersebut.
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola, pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah/organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses.
Dari pendapat beberapa ahli, dapat dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan dengan baik memerlukan perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan atau mengikutsertakan semua potensi yang ada baik personal maupun material secara efektif dan efisien.
Pengertian Peserta Didik menurut ketentuan umum Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.
Dari pengertian beberapa ahli, bisa dikatakan bahwa peserta didik adalah orang/individu yang mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya.
Demikian juga Hamalik menambahkan bahwa siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan potensi yang hidup dan berkembang.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Kesiswaan atau Pupil Personnel Administration adalah layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individuan seperti penggembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah. Manajemen Kesiswaan juga dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Manajemen Kesiswaan merupakan kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan masalah kesiswaan di sekolah.
Dengan demikian Manajemen peserta didik itu bukanlah dalam bentuk kegiatan-kegiatan pencatatan peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang lebih luas, yang secara operasional dapat dipergunakan untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan.
Manajemen kesiswaan adalah suatu proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa di sekolah mulai dari perencanaan, penerimaan siswa, pembinaan siswa sampai dengan siswa menyelesaian pendidikannya di sekolah melalui penciptaan suasana pembelaaran yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar atau pembelajaran yang efektif.

2. Tujuan, fungsi dan prinsip manajemen kesiswaan

Tujuan Manajemen Kesiswaan adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan Manajemen Kesiswaan adalah menata proses kesiswaan mulai dari perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Fungsi Manajemen Kesiswaan adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangakan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.

Agar tujuan dan fungsi manajemen peserta didik dapat tercapai, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Penyelenggara harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada saat program dilaksanakan
b. Manajemen peserta didik harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen sekolah secara keseluruhan
c. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik
d. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta yang mempunyai keragaman latar belakang dan dan punya banyak perbedaan
e. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik
f. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik
g. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik, baik di sekolah lebih-lebih di masa depan

3. Ruang lingkup manajemen kesiswaan

Manajemen peserta didik itu bukanlah dalam bentuk pencatatan data peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat digunakan untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.

Ruang lingkup Manajemen Kesiswaan itu meliputi:
a. Analisis Kebutuhan Peserta Didik, Langkah pertama dalam kegiatan manajemen peserta didik adalah melakukan analisis kebutuhan yaitu penetapan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan (sekolah). Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah:
1) Merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima
2) Menyusun progam kegiatan kesiswaan
b. Rekruitmen Peserta Didik
Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah) pada hakikatnya adalah merupakan proses pencarian, menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan. Langkah-langkah rekruitmen peserta didik (siswa baru) adalah sebagai berikut :
1) pembentukan panitia penerimaan siswa baru,
2) Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru yang dilakukan secara terbuka.
c. Seleksi Peserta Didik
Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemilihan calon peserta didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut berdasarkan ketentuan yang berlaku. Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah:
1) Melalui tes atau ujian
2) Melalui penelusuran bakat kemampuan
3) Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN
d. Orientasi
Orientasi peserta didik adalah kegiatan penerimaan siswa baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu menempuh pendidikan. Tujuan diadakannya orientasi bagi peserta didik antara lain:
1) Agar peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah
2) Agar pesera didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sekolah
3) Agar peserta didik siap menghadapi lingkungannya yang baru baik secara fisik, mental dan emosional sehingga ia merasa betah dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah serta dapat menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah.
e. Penempatan Peserta Didik (Pembagian Kelas)
Sebelum peserta didik yang telah diterima pada sebuah lembaga pendidikan (sekolah) mengikuti proses pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya. Pengelompokan peserta didik yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah sebagian besar didasarkan kepada sistem kelas.
f. Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik
Pembinaan dan pengembangan peserta didik dilakukan sehingga anak mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa yang akan datang.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan tentang kondisi peserta didik perlu dilakukan agar pihak lembaga dapat memberikan bimbingan yang optimal pada peserta didik.
h. Kelulusan dan Alumni
Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari manajemen peserta didik. Kelulusan adalah pertanyaan dari lembaga pendidikan (sekolah) tentang telah diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh peserta didik. Ketika peserta didik sudah lulus, maka secara formal hubungan antara peserta didik dan lembaga telah selesai. Namun demikian, diharapkan hubungan antara para alumni dan sekolah telah terjalin. Hubungan antara sekolah dan para alumni dapat dapat dipelihara lewat pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh para alumni yang biasa disebut “reuni”.

4. Layanan Khusus yang Menunjang Manajemen Kesiswaan

a. Layanan Bimbingan dan Konseling
Menurut Hendyat Soetopo bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalam rangka perkembangan yang optimal, sehingga mereka memahami dan mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
b. Layanan Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberi layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka.
c. Layanan Kantin/Kafetaria
Kantin/ warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolah supaya makanan yang dibeli peserta didik terjamin kebersihannya dan cukup mengandung gizi. Para guru diharapkan sekali-kali mengontrol kantin sekolah dan berkonsultasi dengan pengelola kantin mengenai makanan yang bersih dan bergizi. Peran lain kantin sekolah yaitu supaya para peserta didik tidak berkeliaran mencari makanan keluar lingkungan sekolah.
d. Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha kesehatan sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan sekolah.
e. Layanan Transportasi Sekolah
Sarana angkutan (transportasi) bagi para peserta didik merupakan salah satu penunjang untuk kelancaran proses belajar mengajar. Transportasi diperlukan terutama bagi para peserta didik ditingkat prasekolah dan pendidikan dasar.
f. Layanan Asrama
Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari orang tuanya diperlukan diperlukan asrama. Selain manfaat untuk peserta didik, asrama mempunyai manfaat bagi para pendidik dan petugas asrama

BAB III
PENUTUP

Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik daam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. dalam pelaksanaannya , manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks MB S(manajemen berbasis sekolah)dan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan). Robert S.Zais (1976) mengemukakan empat landasan kurikulum , yaitu philosophy and nature of knowledge, society and culture, the individual, learning theory.
Tugas dan peran kepala sekolah yang harus dimiliki berkenaan dengan manajemen kurikulum, yaitu berhubungan dengan kompetensi kepala sekolah dalam memahami sekolah sebagai system yang harus dipimpin dan dikelola dengan baik, diantaranya pengetahuan tentang manajeman itu sendiri. Kemampuan dalam mengelola ini nantinya akan dijadikan sebagai pegangan cara berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis sekolah dengan cara berpikir seorang manajer.
Manajemen Kesiswaan atau Pupil Personnel Administration adalah layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individuan seperti penggembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Tujuan Manajemen Kesiswaan adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Sedangkan fungsinya adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangakan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
Adapun prinsip-prinsip Manajemen Kesiswaan antara lain adalah penyelenggara harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada saat program dilaksanakan. Manajemen Kesiswaan harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan. Segala bentuk kegiatan haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik, diupayakan untuk mempersatukan peserta yang mempunyai keragaman latar belakang dan dan punya banyak perbedaan, sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik, mendorong dan memacu kemandirian peserta didik, fungsional bagi kehidupan peserta didik, baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. Kurikulum . (Online). (http://wikipedia.org.com, diakses tanggal 2 November 2010)

Sudrajat, Akhmad. 6 Februari 2008. Manajemen Kurikulum. (Online). (http://blogspot.com, diakses tanggal 2 November 2010)

Sudrajat, Akhmad. 6 Februari 2008. Manajeme nKesiswaan. (Online). (http://blogspot.com, diakses tanggal 2 November 2010)

Tim administrasi pendidikan UPI. 2009. Manajemen pendidikan, Bandung : Alfabeta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar