Selasa, 22 Januari 2013

Makalah Administrasi Pendidikan 2

Peran Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemimpin dan kepemimpinannya dibutuhkan oleh manusia karena adanya kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh setiap manusia. Hal ini berarti bahwa ada manusia yang memiliki kemampuan untuk memimpin, tetapi ada pula manusia yang tidak memiliki kemampuan untuk memimpin. Pemimpin adalah seorang yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan kerja sama ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian jelas bahwa pemimpin harus memiliki berbagai kelebihan kecakapan dibandingkan dengan anggota lainnya. Dengan kelebihan yang dimiliknya, pemimpin dapat memiliki kewibawaan sehingga dipatuhi oleh para pengikutnya. Kelebihan tersebut beragam, diantaranya ialah kelebihan moral, semangat kerja, keterampilan, kecerdasan, keuletan dan sebagainya. (Turmudi, 2003:25).
Atmosoedirajo (1987:152) mengatakan bahwa seorang pemimpin harus mempunyai “kelebihan-kelebihan” (superior qualities, superrieur hoedaninghederi) yang cukup dan meyakinkan di atas para bawahan atau pengikut manapun, semakin tidak cukup kelebihannya, semakin lemah leadershipnya, semakin banyak sifat dan kemampuan kebiasaan superrieurnya, semakin kuat kempemipinannya.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kepemimpinan berkaitan dengan kepribadian dan hubungan antar manusia dan kedudukannya dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu, pemimpin dibagi pada 2 jenis yaitu pemimpin formal dan pemimpin nonformal. Sifat-sifat kepemimpinan berbeda-beda bergantung pada asal mula munculnya kepemimpinan itu sendiri. Jika berbicara kepemimpinan formal munculnya kepemimpinan terkait dengan jabatannya sehingga tindakan kepemimpinan model ini sangat terkait dengan standar perilaku absolut dalam organisasi formal yang dipimpinnya. Artinya tata kerjanya sudah baku. Sebagaimana kedudukan dan tugas rektor atau kepala sekolah, kepemimpinannya secara manajerial sudah diatur oleh kedudukan dan tugasnya yang terdapat dalam statuta dan peraturan yang berlaku, secara administratif kepemimpinanya bersifat rutinitas absolut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan hal-hal yang menjadi topik masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. Apa yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai seorang pemimpin?
2. Apa tugas-tugas kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dalam upaya mencapai tujuan pendidikan?
3. Apa yang harus dilakukan kepala sekolah dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin organisasi pendidikan di sekolah, khususnya dalam pengambilan suatu keputusan?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin dan Pengembangannya

Kepala sekolah termasuk pemimpin formal dalam lembaga pejabat pendidikan. Diartikan sebagai kepala, karena kepala sekolah adalah pejabat tertinggi di sekolah, misalnya di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Kepala sekolah merupakan penanggung jawab utama secara struktural dan administratif di sekolah. Oleh karena itu, ia memiliki staf atau pejabat yang berada di bawah kepemimpinannya.
Sebagai kepala sekolah, ia juga berfungsi sebagai pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya di sekolah. Para guru dan karyawan sekolah adalah bawahannya yang berada di bawah otoritas kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam menjalankan kepemimpinannya, kepala sekolah dibantu oleh seorang wakil kepala sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah memegang peranan penting dalam perkembangan sekolah. Jiwa kepemimpinana kepala sekolah dipertaruhkan dalam proses pembinaan para guru, pegawai tata usaha dan pegawai sekolah lainnya. Sebagai pemimpin, ia harus mengetahui, mengerti dan memahami semua hal yang berkaitan sengan administrasi sekolah. Bahkan, ia harus memahami potensi yang dimiliki oleh para gurunya, sehingga komunikasi dengan para guru dan karyawan sekolah akan membantu kinerjanya, terutama untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh sekolah yang dipiminnya.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin organisasi pendidikan di sekolah, kepala sekolah harus meneliti berbagai persyaratan tertentu agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Tiap-tiap persyaratan ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Beberapa persyaratan tersebut diantaranya adalah memiliki ijazah, kemampuan mengajar dan kepribadian yang baik serta memiliki pengalaman kerja pada sekolah yang sejenis. Dalam hal pengalaman bekerja, tidak ditentukan jangka waktu yang dibutuhkan karena hal ini tergantung pada jenis sekolah. Ada sekolah yang menghendaki agar kepala sekolahnya memiliki pengalaman bekerja yang relatif lama, sementara ada juga sekolah yang tidak memperhatikan lamanya pengalaman bekerja. Biasanya, sekolah yang menuntut agar kepala sekolahnya memiliki pengalaman bekerja yang relatif lama adalah sekolah-sekolah yang berkualitas baik, yang memiliki guru-guru yang prosefional sehingga mampu menghasilkan lulusan siswa yang memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan sekolah lain yang sejenis. Sebaliknya sekolah yang tidak menekankan lamanya pengalaman bekerja kepala sekolah biasanya disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya tenaga pengajar yang ada sangat berkompeten dan memiliki banyak pengalaman dalam melaksanakna kegiatannya sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah yang lama memasuki masa pensiuan, sedangkan sekolah sama sekali belum memiliki penggantinya, ataupun penyebab lainnya. Pihak yang menempatkan kepala sekolah ini adalah pihak yayasan pendidikan atau pemerintah.
Syarat lainnya yang harus dimiliki oleh kepala sekolah adalah memiliki kepribadian yang baik. Segi kepribadian ini memegang peranan penting dalam kegiatan administrasi di sekolah. Seseorang kepala sekolah yang tidak berpendirian, emosional, ceroboh, pemarah dan bersifat buruk lainnya akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan organisasi sekolah. Sebaliknya, kepala sekolah yang memiliki sifat pengayom, penyabar, tidak ceroboh, luwes, ramah, tegas tetapi tidak kaku, membantu guru dalam menjalankan tugas-tugasnya menyebabkan suasana sekolah menjadi tertib dan harmonis sehingga mempercepat terwujdunya tujuan yang diharapkan. Hal ini juga membantu terciptanya suasana kerja yang aman, tenteram dan menyenangkan.
Kepala sekolah juga memiliki pengetahuan dan kecakapa tinggi yang sesuai dengan bidang, tanggung jawabnya dalam sekolah tersebut. Dengan demikian, dia dapat menjalankan perannya sebagai pemimpin organisasi yang baik. Kepala sekolah juga harus memiliki ide-ide kreatif yang dapat meningkatkan perkembangan sekolah. Dengan bantuan para guru, ia dapat mendiskusikan ide-ide tersebut untuk diterapkan pada sekolah. Bila dicapai kesepakatan antara kepala sekolah dan guru, ide-ide tresbeut dapat direalisasikan (Yusak Nurhanudin, 2005:119-120).

Sebagai pemimpin, kepala sekolah memiliki tugas-tugas yang sangat strategis dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Tugas-tugas kepala sekolah itu adalah sebagai berikut:
1. Membuat perencanaan, perencanaan ini berkaitan dengan program pengajaran, kesiswaan, pembinaan guru, pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengembangan aktivitas siswa yang bersifat intra dan ekstrakurikuler.
2. Pengembangan dan pemberdayaan pegawai
3. Pengelolaan administrasi keuangan sekolah
4. Pengembangan sarana dan prasarana sekolah

Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah juga harus memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dalam melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan yang arif dan bijaksana, serta tidak memaksakan kehendak.
2. Pemimpin yang berwibawa dan loyal terhadap tugas dan kewajibannya
3. Seorang yang ahli dan terampil
4. Perencana yang penuh dedikasi kepada yang direncanakan
5. Pengambil keputusan yang sigap, akurat dan penuh perhitngan ke depan.
6. Perilakunya sebagai representasi dari semua bawahannya
7. Pengawas yang memberi teladan dengan pedoman Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
8. Motivator dan stabilisator untuk segala situasi dan kondisi
9. Pemberi penghargaan dan saksi bagi bawahannya yang berpretsasi
10. Bertindak sebagai wasit yang adil dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di lembaganya
11. Panutan ibarat anak kepada ayahnya, para guru dan abawahannya dapat berkomunikais dengan suasana hati yang tenang dan menyejukkan.

Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah dituntut bijaksana dalam mengambil keputusan, terutama dalam situasi yang dilematik. Pengambilan keputusan ini merupakan fungsi kepemimpinan yang turut menentukan proses dan tingkat keberhasilan kepemimpinan itu sendiri.
Mengingat pentingnya pengambilan keputusan itu, Ngalim Purwanto (1998:67-68) menjelaskan langkah-langkah dan beberapa model pengambilan keputusan yatu sebagai berikut:
1. Mendefinisikan atau menetapkan masalah. Dalam langkah pertama, seorang pemimpin terlebih dahulu harus mengetahui duduk permasalahannya, terutama latar belakang masalah dan bentuk masalahanya yang konkret. Jika realitas dari masalahnya telah diketahui, barulah ditetapkan sebagai masalah, bukan sekadar wacana atau praduka dan khayalan. Yang dimaksud dengan masalah adalah adanya pertentangan antara kenyataan yang dihadapi dengan rencana yang telah ditetapkan atau realitas tidak sejalan dengan teori.
2. Menentukan pedoman pemecahan masalah, sehingga berusaha mengidentifikasi sebanyak-banyaknya cara pemecahan masalah yang mungkin dapat dilaksanakan.
3. Mengdientifikasi alternatif. Pengambil keputusan berusaha mengidentifikasi sebanyak-banyaknya cara pemecahan masalah yang mungkin dapat dilaksanakan. Semakin banyak laternatif pemecahan masalah, semakin luas peluang terpecahkannya masalah. Akan tetapi, harus dipilih alternatif yang paling memungkinkan dan lebih mempercepat penyelesaiannya dengan cara yang efektif dan efisien. Jangan memecahkan amsalah dengan alternatif pemecahan masalah di luar kemampuan sehingga akan menlahirkan maslaah baru.
4. Mengadakan penilaian terhadap alternatif. Semua alternatif dikaji dan diuji dengan sebaik mungkin sebelum diambil keputusan terbaik dari skala prioritas. Dengan demikian, alternatif tersebut merupakan cara terbaik, termudah, termurah, tercepat dan sesuai dengan kemampuan pelaku alternatif pemecahan masalah.
5. Dampak yang ditimbulkan oleh alternatif yang dipilih sebagai problem solving adalah dampak yang terbaik dan membawa kemaslahatan untuk umum, baik secara personal maupun kelembagaannya.

Keterujian kepala sekolah sebagai pemimpin adalah dalam menghadapi masalah dan melibatkan semua bawahannya untuk ikut serta memecahkan masalah sesuai dengan kapasitas keahliannya. Gagasan pemecahan masalah dapat ditampung sedemikian rupa dari seluruh bawahannya dan bawahannya diberi kesempatan untuk memberikan contoh pemecahan masalah. Dengan cara ini seorang pemimpin telah melakukan suatu kaderisasi kepemimpinan.

Sikap pemimpin model di atas dicirikan dengan hal-hal di bawah ini:
1. Semua masalah dikemukakan kepada bawahannya sekaligus bawahannya diminta pendapat dan gagasannya yang dapat dijadikan solusi alternatif permasalahan yang dihadapinya.
2. Bawahannya diminta untuk memecahkan masalahnya dengan musyawarah mufakat atau melalui suara terbanyak, terutama menghadapi permaslaahan yang menyangkut nasib dan masa depan bawahannya. Dengan demikian, pengambilan keputusan secara substansial merupakan kehendak bawahannnya secara keseluruhan.
3. Jika bawahannya tidak memiliki cara pandang yang akurat dan musyawarah tidak berjalan mulus, seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan yang terpahit sekalipun demi kemaslahatan bersama.
Proses pengambilan keputusan bagi pimpinann berkaitan dengan kecerdasan pemimpin meneladani kinerja stafnya. Suatu telaah yang dibuat oleh pemimpin tidaklah semata-mata membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan yang tepat. Hendaknya suatu telaah mengandung pula pertimbangan-pertimbangan tentang penerimaan dan pelaksanaan keputusan yang diambil oleh pimpinan tersebut.
Pada hakikatnya, telaahan dapat dipergunakan untuk semua permasalahan yang memerlukan keputusan, mulai masalah rutin sampai masalah rumit, kritis dan fundamental. Tujuan telaah staf adalah membantu pimpinan dalam mengambil keputusan terhadap masalah tertentu yang dihadapi. Hasil yang diperoleh dari suatu penelaahan adalah rekomendasi yang memuat alternatif yang perlu ditempuh dalam memecahkan suatu permasalahan.

Pada umumnya suatu penelahaan memiliki karakteristik tertentu yaitu sebagai berikut:
1. Investigasi tentang apa yang ingin dicapai oleh pembuat keputusan.
Suatu penelaahan baru dapat dijalankan bila timbul suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Suatu permasalahan dapat timbul bila terdapat ketidakpuasan suatu keadaan. Untuk mengubah keadaan demikian diperlukan suatu keputusan. Mungkin, pimpinan mempunyai ide untuk mengubah keadaan yang tidak memuaskan itu, namun mungkin saja tujuan keputusan yang akan diambil belum sempat digarap secara lebih mantap atau mungkin saja tujuan dan keputusannya tidak praktis. Di samping itu mungkin saja pimpinan belum menyadari implikasi-implikasi yang tidak diinginkan dari keputusan yang akan diambil terhadap masalah yang dihadapinya. Oleh sebab itu, penentuan tujuan dari suat keputusan merupakan unsur yang penting bagi suatu telaahan.
2. Pencarian alternatif dalam pemecahan tujuan sesuatu keputusan.
Bila tujuan dari suatu keputusan yang akan diambil oleh pimpinan telah dapat dirumuskan secara lebih jelas, pencarian alternatif mulai dijalankan dengan memfokuskan pada perancangan dan penemuan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada.
3. Perbandingan terhadap alternatif-alternatif yang tersedia, terutama terhadap pengaruh yang ditimbulkannya.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh setiap alternatif diperbandingkan satu sama lain. Dalam melakukan perbandingan terhadap alternatif-alternatif ini sekaligus diusahakan untuk memperoleh tingkat penerimaan dan pelaksanaan dari alternatif yang bersnagkutan.
4. Pertimbangan aspek-aspek permasalahan yang dianggap penting.
Sejauh mana aspek-aspek permasalahan itu dapat dipecahkan melalui alternatif yang ditemukan, suatu penilaian perlu dilakukan.
5. Pendekatan irerative. Pendekatan ireratif ini mengandung makna bila alternatif-alternatif yang telah diusahakan tidak akan dapat mencapai tujuan dari keputusan, perlu diusahakan untuk mencari alternatif baru. Bila alternatif baru ini dianggap mamsih kurang sempurna dalam mencapai tujuan keputusan, tujuan dari suatu keputusan perlu diteliti kembali, Hasil dari penelitian ini dapat saja mengubah tujuan semula dengan penyempurnaan yang diperlukan.
6. Dari karaketristik telaahan, sebagaimana digambarkan di atas, dapat diperoleh pula sifat hakikat dari sutau telaahan yang dibuat oleh pimpinan, yaitu memberikan alternatif / pilihan, terhadap pimpinan, terhadap pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya.

Dari telaahan tersebut, beberapa unsur dari suatu telahaan telah tercermin di dalamnya yaitu tujuan, alternatif dam pengarah. Secara lengkap suatu telahaan itu memiliki lima unsur sebagai berikut:
1. Tujuan
2. Alternatif
3. Pengaruh
4. Model
5. Kriteria
Sebagaimana telah pula disinggugn di atas, pengertian tujuan dalam suatu telaahan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh pimpinan melalui suatu keputusan. Untuk mengetahui apa yang menajdi tujuan pimpinan dengan suatu keputusan bukanlah soal mudah bagi pemimpin itu sendiri. Adakalanya pimpinan mengemukakan tujuan yang diinginkannya itu sebagai suatu rumusan yang bersifat umum dan abstrak serta tidak jarang pula “ambigious” sifatnya. Oleh sebab itu, perlu ada pembicaraan dengan pimpinann tentang tujuan dari keputusannnya, setidak-tidaknya rincian-rincian yang diperlukan mendapat persetujuan pemimpin.
Pada hakikatnya alternatif mengandung arti pilihan atau sarana yang tersedia bagi pengambilan keputusan dalam mencapai tujuan dari suatu keputusan. Alternatif –alternatif itu adalah beragam, bergantung pada permaslahan yang dihadapi, dapat berupa kebijaksanaan atau strategi, tindakana yang harus dijalankan dan sebagainya. Antara satu alternatif dan alternatif lain tidak dapat dianggap sebagai pengganti satu sama lain. Begitu pula, alternatif yang satu tidak melaksanakan fungsi yang sama dengan alternatif lain. Di dalam pengembangan alternatif, usaha penelitian mungkin diperlukan untuk menemukan suatu alternatif baru. Penelitian, penemuan bahkan intuisi juga dibutuhkan dalam rangka membuat perkiraan tentang kondisi dan hambatan dalam pelaksanaan berbagai alternatif. Setelah ditemukan berbagai kemungkinan alternatif, masing-masing perlu diteliti, baik d ari sei kemungkinan pelaksanannya beserta risiko yang dihadapi. Satu sama lain alternatif-alternatid itu diperbandingkan.
Konsekuensi pelaksanaan suatu alternatif dapat bersifat positif dan negatif. Aspek-aspek positif dan negatf ini dapat dilihat dari segi manfaat, biaya dan nilai.
Kriteria sebagai unsur telaahan dapat diartikan suatu aturan atau standar yang dapat dipakai untuk melaksanakan rangking terhadap semua alternatif yang tersedia. Selain itu, kriteria akan dapat menghubungkan unsur-unsur tujuan, alternatif dan pengaruh. Pimpinan harus dapat menemukan cara untuk memperkirakan dan mengidentifikasikan hasil pelakasanaan suatu alternatif, sebelum alternatif itu benar-benar dapat dilaksanakan.

Dalam melaksanakan keputusan diperlukan penjajakan tentang:
1. Nilai, tujuan dan kriteria
2. Identifikaksi alternatif-alternatif
3. Evaluasi dan perbandingan alternatif
Penjajakan tujaun dari keputusan adalah dalam rangka penentuan kebutuhan pimpinan / organisasi secara keseluruhan. Dalam penjajakan tujuan ini, sekaligus akan diketahui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan tujuan akhir yang ingin dicapai. Dalam melakukan penjajakan sebaiknya permaslaahan yang dihadapi hendaklah dilihat secara menyeluruh.
Pada hakikatnya, pengambilan keputusan perlu dimulai dengan kegiatan perumusan, yaitu segala usaha untuk memperjelas tujuan dari suatu keputusan serta merumuskan permasalahan yang dihadapi dan jika mungkin melakukan pembatasan dari masalah tersbeut.
Bila perumusan tujuan dan permaslahan sudah dapat dilakukan, tahap kegiatan penelitian sudah dapat dijalankan yaitu pengumpulan data yang diperlukan, mencari hubungan-hubungan dari berbagai sebab dan akibat / pengaruh, identifikasi alternatif-alternatif baru dan sekaligus mengembangkan modal yang diperlukan untuk dapat dipakai sebagai alat mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh pelaksanaan alternatif.
Pada tahap perbandingan akan diteliti pengaruh-pengaruh yang ungkin timbul misalnya ditinjau dari segi biaya dan keuntungan. Kriteria yang telah dirumuskan dapat dipakai untuk merangking alternatif-alternatif yang ditemukan.
Tahap kegiatan selanjutnya adalaah penafsiran. Penafsiran sifatnya adalah eksklusif karena ia berkaitan dengan keputusan dan intuisi. Sebetulnya, penafsiran dapat dijalankan pada setiap tahap kegiatan telahan, tetapi pada tahap ini, pimpinan sudah mulai menarik kesimpulan dan saran tindakan yang diperlukan.
Ada satu hal yang sangat penting pada tahap ini yaitu keterlibatan semua pihak dalam proses penafsiran ini. Alasannya adalah pimpinan masih memerlukan informasi yang sebelumnya tidak diketahuinya. Selain itu, pimpinan akan lebih menyadari akan hambatanhambatan yang timbu dalam elaksanaan suatu tindakan.
Yang dimaksud dengan verifikasi adalah verifikasi dari kesimpulan dan saran itu belum dapat diuji dalam bentuk eksperimen-eksperimen, pada tahap ini, kesempatan yang tersedia bagi pimpinan untuk verifikasi adalah mengudang kritik daris semua pihak, semua bawahan dan staf.
Identifikasi terhadap semua aktivitas yang telah dijalankan oleh isntansi-instansi lain yang berkaitan dengan masalah yang ditelaah perlu dilakukan. Identifikasi ini adalah mengetahui antara lain sejauh mana aktivitas itu telah dijalankan, berapa biaya yang telah dipergunakan dan dari aktivitas yang telah dijalankan kelompok mana yang telah mendapatkan manfaat. Tanpa adanya tujuan yang jelas dari suatu keputusan, telahaan tidak dapat dijalankan secara baik (Team Penyusun Pendidikan dan pelatihan lembaga Adminstrasi Negara, 1995, 32-34).
Pengambilan keputusan yang dilakukan kepala sekolah sebagai pemimpin, tentu harus mengacu pada pandangan-pandangan rasional dan kebijakan yang telah dimusyawarahkan dengan seluruh bawahannya.
Oleh sebab itu, dalam menentapkan alternatif pemecahan masalah, ia senantiasa harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Sumber dan latar belakang permasalahan
2. Alas an-alasa pentingnya permaslaahan yang harus mendapat perhatian serius
3. Kelompok atau institusi yang menjadi sasaran suatu keputusan program
4. Keuntungan-keuntungan yang dapat diraih
5. Proram yang telah dilaksanakan yang ada kaitannya dengan masalah yang dihadapi
6. Tujuan yang ingin dicapai
7. Kerangka analisis berkisar pada macam-macam alternatif, metodologi dana asumsi.
8. Alternatif yakni uraian, efektivitas, biaya, pengaruh sampingan, keterangan tentang rangking alternatif, pertimbangan lain yang diperlukan.
9. Saran tindakan
10. Lampiran

Semua uraian tersebut disusun dan dikemukakan dalma kertas kerja yang akan menjadi data tertulis, sehingga data yang telah disimpan akan disajikan bahan rujukan bagi upaya pengembangan akademik berikutnya.

BAB III
KESIMPULAN

Kepala Sekolah termasuk pemimpin formal dalam lembaga pendidikan yaitu mereka yang secara langsung diangkat dan dipilih oleh pejabat yang berwenang. Sebagai kepala sekolah, ia juga berfungsi sebagai pemimpin yang menjalankan kepemimpinanya di sekolah, kepemimpinan kepala sekolah memegang peranan pentong dalam perekmebangan sekolah. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin organisasi pendidikan di sekolah, kepala sekolah harus meneliti berbagai persyaratan tertentu agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Syarat yang harus dimiliki oleh kepala sekolah adalah memiliki kepribadian yang baik, memiliki pengetahuan dan kecakapan tinggi yang sesuai dengan bidang tanggung jawabnya dalam sekolah tersebut. Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah juga harus memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dalam melakukan beberapa hal. Kepala sekolah dituntut bijaksana dalam mengambil keputusan, terutama dalam situasi yang dilematik.
Pada hakikatnya, pengambilan keputusan perlu dimulai dengan kegiatan perumusan, yaitu suatu usaha untuk memperjelas tujuan dari suatu keputusan serta merumuskan permasalahan yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang dilakukan kepala sekolah sebagai pemimpin tentu harus mengacu pada pandangan-pandangan rasiomal dan kebijakan yang telah dimusyawarahkan dengan seluruh bawahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Atmosoedirdjo, Pradjoedi. 1976. Pengambilan Keputusan (Decision making) cetakan keempat. Jakarta.

Gary Yuki. 1994. Leadership in Organization dalam Kepimpinan Dalam Organisasi, alih bahasa Yusuf Udaya. Jakara : Prenhalindo

Herabudin. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung.

Moh Rifai. 1982. Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Sekar Djaja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar