Jumat, 21 November 2014

Antara MITOS dan FAKTA Pacaran


Mitos: Cemburu maupun kekerasan dari pacar adalah bentuk perhatian dia pada kita. Bisa juga diartikan sebagai tanda bahwa dia sangat mencintai kita.
Fakta: Itu bukan bukti cinta, tetapi upaya mengontrol kita agar patuh, tunduk, dan selalu menuruti kemauan pacar.

Mitos: Korban kekerasan juga punya andil memancing pelaku. Jadi, korban sendirilah yang menyebabkan kekerasan itu.
Fakta: Pelaku akan tetap melakukan kekerasan meski korban tidak melakukan apa pun. Dengan menyalahkan korban, si pelaku berupaya membela diri dan melemparkan kesalahannya.

Mitos: Kalau si dia sudah minta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi, maka korban sudah ‘aman’ dan boleh percaya dia tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Fakta: Kekerasan umumnya terjadi seperti siklus atau lingkaran yang akan kembali pada pola lamanya. Sesudah melakukan kekerasan, pelaku sering meminta maaf dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Kita harus waspada karena janji-janji itu sulit dipercaya.

Mitos: Setelah melakukan kekerasan pada kita, si dia akan semakin mesra.
Fakta: Ini salah satu pandangan menyesatkan. Kalau dipikir-pikir, bakal lebih banyak kekerasan yang dialami dibandingkan mesranya.

Mitos: Kalau pacar sudah janji mau bertanggung jawab sebelum melakukan hubungan seksual, maka kita akan baik-baik saja, dan dia pasti akan menepati janjinya.
Fakta: Hati-hati dengan janji manis atau rayuan ‘maut’ yang dilontarkan laki-laki saat memaksa berhubungan seksual. Sudah banyak kasus perempuan ditinggal pasangannya setelah ia dinodai bahkan sampai hamil di luar nikah. Menikah dan menjadi ayah adalah tanggung jawab yang sangat besar. Bagi cewek, jika hamil diluar nikah, secara hukum posisinya akan sulit sekali. Apalagi tidak semua cowok mau mengorbankan masa depannya, bahkan untuk hal-hal yang sangat penting seperti ini. Bisa jadi dia akan membujuk ceweknya untuk mengugurkan kandungan. Sedangkan untuk menikah, pernikahan karena terpaksa walaupun saling mencintai biasanya lebih sulit dijalani dan lebih banyak masalah yang muncul karena tidak ada kesiapan perencanaan matang sebelumnya.

Mitos: Pacar berhak melakukan apa saja karena kita sudah menjadi miliknya.
Fakta: Tak seorang pun berhak atas diri kita selain kita sendiri. Pacar dan suami pun tidak berhak memperlakukan kita seenaknya.

Mitos : HUS (hubungan seksual) adalah tanda Cinta
Fakta : Cinta adalah soal perasaan sedangkan seks adalah masalah biologis. Pengakuan banyak orang, mereka bisa melakukan HUS tanpa ada rasa cinta. Kalau memang cinta, tunjukkan tanpa harus mempertaruhkan masa depan berdua.

Mitos : Nggak jantan kalau nggak pernah mencoba HUS
Fakta : Mengukur kejantanan tidak harus lewat kemampuan ber-HUS. Sebenarnya kejantanan itu ditentukan oleh keberanian berpikir dan mengambil keputusan yang tepat untuk diri sendiri, nggak hanya ikut-ikutan omongan orang. Masih banyak hal-hal lain yang bisa membuktikan kejantanan, missal dengan berprestasi di sekolah, atau lewat bidang-bidang lain yang disenangi seperti seni, olah raga, kerajinan, dll.

Mitos : Kalau menolak HUS saya takut dibilang nggak sayang
Fakta : Kalau kamu berpikir bahwa satu-satunya cara menunjukkan sayang adalah dengan HUS, itu salah besar. Kalau pacarmu meminta untuk HUS dengan alasan “itu tanda sayang”, sepertinya pacarmu malah yang nggak sayang sama kamu. Kalau benar sayang, dia nggak bakalan melakukan itu. Rasa sayang diwujudkan dengan kita saling menghargai dan juga melindungi dari kemungkinan yang tidak baik, seperti HUS yang belum waktunya.

Mitos : Kalau nggak mau HUS dia akan meninggalkan saya
Fakta : Kalau memang demikian, kamu perlu tanya apakah dia betul-betul mencintai. Kalau saling cinta tentu saling menghormati keinginan dan harapan masing-masing. Hubungan yang hanya berdasarkan seks biasanya nggak akan berlangsung lama. Tumbuhkan rasa cinta dengan kepribadianmu, bukan dengan tubuhmu.

Mitos : HUS pada waktu bukan masa subur aman
Fakta : Untuk menghitung masa subur, khususnya remaja, sangat sulit karena siklus menstruasi remaja biasanya tidak teratur, sehingga butuh waktu lama untuk menghitungnya. Lagipula, di dalam rahim, sel sperma bisa menunggu selama 72 jam (3 hari) untuk membuahi sel telur. Jadi ber-HUS 3 hari sebelum atau sesudah masa subur pun masih beresiko kehamilan. Kapan persisnya masa subur itu, ini yang sulit dipastikan dan membuat resiko hamil terjadi.

Mitos : HUS saat menstruasi nggak bakal hamil
Fakta : Kemungkinan tetap ada kalau cewek itu siklus haidnya pendek dan HUS dilakukan pada akhir masa mens yang dekat dengan masa subur. Dan yang nggak boleh dilupakan, pada saat menstruasi rahim sedang mengalami kontraksi untuk meluruhkan dinding rahim, yang berakibat rasa kram di sekitar perut, pegal-pegal dan kadang mual. Vagina adalah bagian tubuh yg memiliki rongga yg rentan sekali terkena infeksi. Ketika menstruasi, selaput lendir yg diproduksi mulut rahim yg berfungsi antara lain untuk membentengi kuman-kuman yg masuk menjadi berkurang, dan bakteri/virus dari luar mudah masuk. Dan rongga yg terbuka memungkinkan udara masuk ke dalam tubuh. Resikonya tidak saja bisa hamil, tetapi mengakibatkan emboli (udara terperangkap dalam pembuluh darah), yg bisa menyebabkan kematian. Bila udara ini masuk ke otak, maka dalam sejenak otak akan berhenti berfungsi.

Mitos : Kalau Cuma HUS sekali ga mungkin hamil.
Fakta : Siapa bilang? Tidak ada jaminan melakukan HUS sekali saja tidak akan hamil. Meskipun hanya sekali, kemungkinan hamil sangat terbuka lebar setiap kali anda ber-HUS. INGAT : untuk membuahi sel telur hanya butuh satu sel sperma saja.
              Pembuahan sel telur oleh sperma yang menjadi awal kehamilan tidak ada hubungannya dengan berapa kali melakukan HUS. Sekali saja melakukan HUS, kalau itu pas di masa subur, kemungkinan sangat besar akan terjadi kehamilan.
              Katakan bahwa yg bisa menjamin anda tidak akan hamil hanya kalau anda berdua tidak melakukan HUS sama sekali.

Mitos : Saya tahu bagaimana caranya supaya ga hamil. “Kalau nggak sampai dimasukkan nggak mungkin bisa hamil”; “Melakukan sambil berdiri…nggak sampai orgasme…ejakulasi di luar…habis HUS langsung mandi…minum sprite banyak-banyak…langsung loncat-loncat supaya spermanya keluar…dsb”
Fakta : Semua itu tidak benar sama sekali dan masih sangat besar kemungkinan terjadinya kehamilan. Petting (menempelkan alat kelamin), persetubuhan terputus (coitus interuptus), ejakulasi di luar, tidak menjamin tidak akan hamil. Ketika pria terangsang, dia akan mengeluarkan cairan Cowper yang berfungsi sebagai pelumas ketika melakukan HUS. Nah, dalam cairan ini kadang terselip juga sperma. Jika cairan ini sampai masuk ke liang vagina (meskipun belum ejakulasi), sperma bisa masuk ke dalam rahim dan resiko hamil bisa terjadi.

Hati- hati Jurus maut pembual ulung
KNPI _
K : Kissing
N : Necking
P : Petting
I  : Intercourse

Selasa, 11 November 2014

KEKERASAN DALAM PACARAN


Apa itu KDP ?
Menurut Deklarasi penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan tahun 1994 pasal 1 :
Adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis. Termasuk ancaman tindakan tertentu,pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi”.
KDP juga :
Perilaku atau tindakan seseorang yang dapat digolongkan  sebagai tindakan kekerasan dalam percintaan atau pacaran bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung, dan disakiti dengan apa yang telah dilakukan pasangannya

Bentuk-bentuk KDP :
1.             Kekerasan fisik
Memukul, menjambak, menendang, menyundut rokok, menampar, mencekik, dll
2.             Kekerasan psikis
Ancaman, tekanan, cacian, menjadikan kita bahan olok-olok dan tertawaan, memberi julukan yang bikin sakit hati, cemburu berlebihan
3.             Kekerasan seksual
Rabaan, ciuman, sentuhan yang tidak kita kehendaki, pelecehan seksual, paksaan untuk melakukan hubungan seks dengan beribu satu alasan tanpa persetujuan kita.
4.             Kekerasan ekonomi
Menguasai akses keuangan, menipu secara ekonomi
5.             Kekerasan sosial
Melarang dan membatasi aktifitas, membatasi pergaulan, larangan bertegur sapa dengan orang lain

Apa yang bisa dilakukan?
1.        Komunikasi
Mungkin kedengarannya klise ya, tapi komunikasi tuh penting banget dalam hubungan. Tanpa adanya komunikasi, pasti deh sering banget muncul kesalahpahaman. Komunikasikan saja apa yang kamu dan pacarmu inginkan. Bicarakan semuanya, jangan tutupi perasaan dan keinginan kalian.
2.        Berani berkata “TIDAK”
Semua hal dapat terjadi jika kita membiarkannya. Putuskan apa yang kita inginkan dan tidak kita inginkan. Komunikasikan perasaan, pikiran, dan keyakinan kita pada pacar. Jika ada perasaan tidak nyaman, komunikasikan secara terbuka dan jujur. Beri penjelasan kenapa Anda menolaknya. Ingat, kalau pacar memang cinta tentu dia akan melindungi orang yang dicintainya dari kerusakan. Katakan ”tidak” sebelum terjadi yang tidak dinginkan.
3.        Hargai Tubuh Kita
Dengan keyakinan bahwa tubuh kita berharga, jangan biarkan apa pun yang tidak kita kehendaki terjadi padanya. Ketika tubuh mulai dieksploitasi untuk pertama kali, maka akan ada yang kedua, ketiga dan mungkin tidak akan berhenti. Tunjukkan pada pacar bahwa kita sangat menghargai tubuh kita. Kalau dia benar-benar mencintai Anda, dia pun akan belajar memahaminya.
4.        Tekankan Makna Pacaran
Jangan takut untuk mendefinisikan makna pacaran dan bagaimana hubungan akan dibina ketika pacar mulai meminta sesuatu yang tidak Anda kehendaki. Pacaran merupakan keputusan sadar dengan penuh pertimbangan dan itikad baik antara dua pihak. Pacaran melibatkan aspek emosi, keyakinan, sosial dan budaya. Ada unsur pembelajaran, penghargaan, penghormatan, dan komunikasi dalam pacaran.
Sangat penting memiliki komitmen antara kamu dan pasangan. Komitmen yang dimaksud di sini adalah kesepakatan yang dibuat bersama pacar tentang arah dan tujuan kalian berpacaran dengan mempertimbangkan resiko yang akan kalian tanggung bersama. Ingatlah kalau pacar adalah orang yang masih dalam tahap pendekatan, belum tentu ia akan menjadi pasangan hidup kita.
5.        Menjadi Diri Sendiri
Jangan membiarkan kekerasan menimpa kita hanya karena ingin menyenangkan pacar. Belajarlah menjadi diri sendiri. Selama sikap dan perbuatan kita positif, pertahankan.
Belajar, belajar, dan belajar menjadi diri sendiri.
6.        Cari Dukungan
Karena kekerasan dalam pacaran juga dipengaruhi oleh faktor budaya, maka untuk mengubahnya kadang mesti dipaksa secara missal dan dilakukan bersama-sama. Ungkapkan perasaan dan kampanyekan, cari teman-teman yang sependapat.
Mari bersama-sama tolak dan lawan kekerasan dalam pacaran

Pacaran Sehat


Istilah PACARAN sering disebut-sebut terutama oleh anak-anak ketika sampai masa puberitas. Sehingga menjadi hangat dan asyik dibicarakan oleh kalangan anak-anak muda. Namun apa arti pacaran itu, bagaimana dampaknya? Mari kita perhatikan bersama.
Apakah pacaran itu?
Pacaran dapat diartikan bermacam-macam, tetapi intinya adalah jalinan cinta antara seseorang dengan pasangannya
Pacaran merupakan tahap bagi setiap pasangan untuk saling menjajaki pribadi masing-masing.
Bagaimanakah pacaran yang SEHAT itu?
1.             Sehat fisik
Sehat secara fisik berarti enggak ada kekerasan dalam berpacaran. Biarpun cowok secara fisik lebih kuat, bukan berarti bisa seenaknya menindas kaum cewek (Kesetaraan Gender).
2.             Sehat emosional
Hubungan akan terjalin baik bila ada rasa nyaman, saling pengertian, dan keterbukaan. Kita tidak hanya dituntut mengenali emosi sendiri, tetapi juga emosi orang lain. Yang penting bagaimana kita mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik
3.             Sehat sosial
Pacaran sebaiknya tidak bersifat mengikat, artinya hubungan sosial dengan yang lain tetap harus dijaga dan tidak hanya berfokus pada pacar saja “ seakan dunia hanya milik berdua”, dan tidak mungkin kita merasa asing di lingkungan sendiri.
4.             Sehat seksual
Secara biologis remaja mengalami perkembangan dan kematangan seks. Tanpa disadari pacaran akan mempengaruhi kehidupan seksual seseorang. Kedekatan secara fisik dapat mendorong keinginan melakukan kontak fisik yang lebih jauh, apabila tidak terkontrol, akan menimbulkan banyak hal beresiko

Apa saja yang mempengaruhi perilaku seksual remaja?
1.             Faktor internal
Pengaruh yang berasal dari dalam diri kita. Bagaimana kita mengekspresikan perasaan, keinginan, dan pendapat tentang berbagai macam masalah. Menentukan pilihan ataupun mengambil keputusan bukan hal yang gampang. Dalam memutuskan sesuatu, kita harus punya dasar, pertimbangan, dan prinsip yang matang.
2.             Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri kita,  misalnya kemampuan orangtua mendidik kita akan memengaruhi pemahaman kita mengenai suatu hal, terutama masalah seks.
Remaja cenderung banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya sehingga tingkah laku dan nilai-nilai yang kita pegang banyak dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan kita.
Teknologi informasi yang makin berkembang memudahkan kita mengakses informasi setiap saat. Tetapi, kemajuan teknologi informasi enggak selalu membawa pengaruh yang positif. It’s depend on you.
Agar pacaran kita aman dan awet, kita harus punya prinsip. Artinya, segala sesuatu yang kita lakukan ada dasar dan tujuan yang jelas. Dalam pacaran, bukan enggak mungkin kita menemukan perbedaan prinsip, beda batasan tentang apa yang boleh dan enggak boleh dilakukan. Wajar kok, asalkan bisa saling menghargai. Tiap orang punya hak untuk bicara terbuka, termasuk mengungkapkan prinsip masing-masing.
Mengungkapkan prinsip yang kita pegang akan berpengaruh pada penerimaan orang lain. Maksud dan keinginan kita akan sulit diterima dan dimengerti orang lain kalau kita enggak tahu bagaimana mengomunikasikannya dengan baik.

Model Komunikasi :
Pasif
Kita sulit/tidak bisa mengekspresikan keinginan, perasaan, dan pikiran kita.
Hal ini akan berefek buruk karena apa yang kita harapkan enggak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, kita tidak berani nolak pas pacar ngajakin kissing, padahal sebenarnya kita enggak mau.
Agresif
Dalam mengemukakan keinginan, pikiran, dan perasaan, kita cenderung mendominasi, enggak ramah dan mengabaikan kepentingan orang lain. Model komunikasi seperti ini bisa memicu keretakan hubungan kita dengan orang lain.
Asertif
Gaya komunikasi yang paling oke. Kita bisa bersikap tegas dalam mengekspresikan keinginan, perasaan, dan pendapat, tetapi tetap menghargai orang lain. Kondisi orang lain juga menjadi pertimbangan sebelum kita mengungkapkan keinginan. Misalnya, menolak dengan sopan dan memberikan alasan yang masuk akal ketika pacar minta yang aneh-aneh.
Dampak pacaran :
Pacaran mempunyai dampak negatif maupun positif
1)            Prestasi sekolah
2)            Pergaulan sosial
3)            Bisa stres
4)            Berkembang perilaku baru