Senin, 28 Januari 2013

Cerita remaja: Benang Cinta Terlepas Demi Nyawa

Minggu itu, Cahaya pagi dirundung suram, sang mentari bersembunyi dibalik awan hitam. Hingga akhirnya, langitpun meneteskan letik-letik hujan. Riuhnya gemuruh petir mengikis lamunan Stevani. Gadis cantik berambut ikal ini baru saja terbawa dalam dunia khayalnya. Nampaknya ada sesuatu yang dia pikirkan. Stevani anak yang periang. Biarpun dia sedih, tetapi dia tidak pernah memperlihatkan wajah muramnya. Dia sangat gemar menulis puisi. Setiap perasaannya ia curahkan lewat goresan pena yang penuh makna. Kakaknya sangat bangga dengan sifat Stevani yang periang itu. Tetapi malang, kakaknya mempunyai fisik yang lemah berbeda dengan Stevani selain periang, fisiknya juga kuat. Kakak Stevani ini mengidap penyakit kanker otak, bahkan sampai stadium 4. Sebut saja dia Stevina. Orang tua mereka sama sekali tidak tahu jika anak pertama mereka yang pendiam itu mempunyai penyakit yang berbahaya seperti itu. Bahkan adiknyapun Stevani tidak tahu menahu tentang penyakit yang menyerang kakaknya. Meski seperti itu, Stevina selalu menutup-nutupi penyakitnya yang dideritanya.
Stevani dan Stevina terlalu kembar. Hanya saja Stevina lebih dulu keluar dari rahim ibunya. Barulah selanng beberapa menit kemudian lahirlah Stevani. Biarpun sifat mereka saling bertolak belakang, sejak kecil mereka selalu bersama. Mulai dari sekolah, main, bahkan sampai sekarangpun mereka masih sering tidur bareng. Kini mereka sudah duduk dibangku kuliah. Di kampus, Stevani sangat disegani oleh teman-temannya. Selain cantik dan juga anak yang pintar.tak heran jika ada seorang lelaki hitam manis bernama vino yang mengaguminya.

*****
Suatu hari ketika stevani dan kakaknya sedang duduk di kantin, tak sengaja Vino memperhatikan gerak-gerik Stevani secara diam-diam. Dia tersenyum melihat wajah ayu Stevani. Tetapi naas, Stevina mengira senyum mani9s itu Vino berikan untuknya. Saat ketiga wajah itu berpandang tak tentu arah, suara nyaring stevani memecahkan keheningan.
“ka Vino, sini gabung bareng kita!!! “ pinta Stevani memulai pembicaraan.
“Thanks Van buat ajakannya, bukannya kakak ga mau, tapi kakak takut ganggu kalian” Kata Vino
“ka Vino, kenalin ini kakak Stevani, namanya Stevina. Kakakku ini anaknya emang pendiem. Ka Stevina, kenalin ini ka Vino, dia anaknya baik lho kak…!!! Tutur Stevani sambil memperkenalkan Stevina pada ka Vino.
“Hai,,… namaku Vino,,… “ (sambil mengulurkan tangan pada Stevina).
“Stevina,,…” katanya lirih seraya menerima uluran tangan Vino dengan tersipu malu.
Tak disengaja pertemuan manis ini membuat kembang cinta Stevina yang telah layu mekar kembali.
“ Jadi kalian kakak beradik…!!! Kalau diperhatikan wajah kalian emang mirip sich, kaya,,…” ka Vino berhenti sejenak.
“Seperti apa ka ??!!! Pasti ka Vino mau ngomong kalau wajah kita kaya gorila ya ??!!! Ih,,… ka Vino jahat banget sich…!!! Ketus Stevani dengan suaranya yang menyengatkan telinga.
“Eh Stevani,,… kamu jangan marah dulu dong,,. Ka Vino belum selesai ngomong. Gini lo Stevani, wajah kalian tu mirip banget, kayak pinang dibelah dua,,…” kaya Vino meyakinkan Stevani
“O,,… gitu ya ka,,. Kirain kayak apa !!! Emang sich ka, kita itu terlalu kembar, tetapi antara aku dan kakaku Stevina ini bertolak belakang,,.
“Bertolak belakang,. Maksud kamu apa??!!!” tanya Vino penasaran.
“Ya maksudnya gini lo ka Vinoku yang paling baik, ka Vino lihat sendiri kan, kalau dari tadi kakakku yang cantik ini die,,…mmm terus, sedangkan Aku dari tadi ngoceh,,…hhh mulu…!!!”
“Yaiyalah kamu kan cerewet..!!!” ejek Vino
“Ah ka’ Vino keterlaluan dech bercandanya,,.”
“Ya maaf,,… kaka cuma pengin lihat kamu tersenyum. Eh…malah kamunya marah-marah…”
“Ya udah lah ka’, Stevani ada jam kuliah ne, bentar lagi masuk. Yuk ka’ kita tinggalin laki-laki rese ne…” ajak Stevani pada kakaknya seraya meninggalkan Vino.
Dengan buru-buru mereka masuk kedalam kelas. Vino yang ditinggal sendirian di kantin tak menyangka jika wanita pujaannya itu mempunyai seorang kakak perempuan yang bernama Stevina yang sifatnya sangat pendiam dan bertolak belakang dengan sifat Stevani, adik teruntanya itu. Pertemuan manis dihari ini tak hanya berulang satu kali, kisah hangat seperti itu berlangsung terus-menerus diantara ketiga insan itu dan keakrabannya pun semakin terlihat diantara Vino dan Stevani. Karena belum berani mengungkapkan lagu batinnya, Vino sering mengirim bunga untuk Stevani. Hampir setiap hari dia mengirimnya, tetapi sayang bunga itu selalu diterima oleh Stevina, kakaknya. Hadirnya bunga-bunga dari Vino memberi kebahagiaan bagi dirinya. Meskipun sebenarnya Vino mengirimkan bunga itu untuk Stevani.

*****
Malam berselimut purnama, sang rembulan menampakkan kesempurnaannya, hingga cahaya bintang semakin melengkapi indahnya suasana, seperti halnya juga dengan Stevani. Disebuah lembaran kertas putih ia lukiskan goresan pena yang ikut menari-nari mengikuti gerak jarinya.
Ka Vino…
Kau adalah keindahan,
Kau adalah kesejukan,
Dan kau adalah pancaran kehidupan,

Ka Vino…
Wajahmu secerah rembulan
Matamu seindah kedipan bintang
Dan sapamu hilangkan sejuta kerinduan

Heningnya malam itu, terpecahkan oleh jeritan Stevina. Spontan saja Stevani yang mendengar jeritan itu langsung menuju kamar kakaknya.
“Kakak !!! Kakak kenapa ??? Buka pintunya ka’ !!!” pinta Stevani pada kakaknya. “Pah, Mah !!! cepet kesini !!! Ka’ Stevina sakit…”
Tak lama kemudian Mamah dan Papah pun segera datang.
“Stevani, ada apa dengan kakakmu ???” tanya Mamah pada Stevani.
“Ga’ tau Mah, tadi Stevani lagi di kamar, tiba-tiba Stevani mendengar ka’ Stevina sudah menjerit kesakitan kaya’ gini, Stevani udah coba buka pintunya, tapi kaya’nya dikunci dari dalam, Mah…” jelas Stevani.
“Stevani sayang,,… ini mamah nak, tolong buka pintunya!!! Kamu kenapa sayang??!!!” suara cemas mamah semakin terdengar, karena tidak ada respon sedikitpun dari Stevina, dengan terpaksa papah harus mendobrak pintu kamarnya. Ketika pintu dibuka, Stevina sudah tergeletak tak berdaya diatas ranjang tidurnya. Stevina terjatuh pingsan. Mamah dan papahnya langsung membawa Stevina ke Rumah Sakit.
“Stevani, kamu tunggu di rumah saja biar mamah sama papah saja yang membawa kakakmu ke Rumah Sakit”
“tapi pah,,. Stevani pengin nemenin kakak…”
“Stevani, kamu jangan menambah genting suasana ini” galak papah pada Stevani.

*****
Suara keras papah yang membentak Stevani membuat hati Stevani hancur. Suara papahnya itu bagai petir yang menyambarbuih-buih nuraninya. Kesedihan Stevani semakin bertambah seteh ia membaca buku diary kakaknyayang tak sengaja ia temukan diatas ranjang kakaknya saat itu. Diary itu semakin meruntuhkan kalbu Stavani saja. Ternyata dibalik kediaman kakaknya itu, dia mempunyai penyakit yang sangat berbahaya. Selain itu ternyata kakaknya juga mempunyai perasaan yang dalam pada Vino. Stevani yanng juga mencintai Vino, rasanya tak sanggup menghadapi kenyataan itu.
Keesokan harinya Vino berfikir, hari itu adalah hari yang tepat untuk melambaikan dawai cintanya pada Stevani. Mendengar alunan dawai cinta dari hati Vino, Stevani tak mampu membendung lautan air matanya. Dia sangat ingin menyambut lambaian cinta dari Vino, tetapi disisi lain Stevani tidak ingin mengecewakan kakaknya yang juga mencintai Vino. Apalagi setelah tahu bahwa kakaknya mengidap penyakit berbahaya seperti itu dan dia juga tahu kalau umur kakaknya tinggal beberapa bulan saja. Karena dibuku diary kakaknya yang dia baca, penyakit kakaknya sudah sangat parah, bahkan sudah mencapai stadium 4. Keyakinannya akan penyakit yang diderita kakaknya itu semakin diperkuat oleh mamahnya yang mengcalling saat itu juga.
“hallo mah, ada apa??!!! Gimana dengan keadaan kakak mah??!!! Kata Stevani saat bercakap-cakap dengan mamahnya melalui telepon genggamnya.
“Stevani,,. Kakakmu nak, kakakmu,,…
“kakak kenapa mah??!!! Kakak kenapa??!!!
“Kakakmu terkena kanker otak, keadaannya sudah sangat parah, kata dokter kankernya sudah mencapai stadim 4 dan umurnya tidak lama lagi…..
Kalimat mamahnya terdengar jelas juga oleh Vino yang berada tak jauh dari Stevani. Stevani hampir saja tak sadarkan diri, dia terjatuh dalam pelukan Vino, yang seketika itu juga menngakhiri pembicaraan antara Stevani dan mamahnya. Di pelukan Vino itulah Stevani melepaskan benang cintanya,,…
“Ka Vino,,… sebenernya Stevani sayang sama kaka, Stevani cinta sama kakak, tetapi kakak harus tahu, kalau ka Stevina juga mencintai kakak. Padahal kakak tahu sendiri kan kalau ka Stevina punya penyakit apa dan sekarang umur ka Stevina sudah tidak lama lagi. Aku takut kalau aku menerima kakak, aku takut itu akan menyakiti ka Stevina dan aku ga mau penyakit ka Stevina akan semakin bertambah parah…..”
“Jadi kamu menolak cinta kakak??!!!” tanya Vino dengan nada putus asa.
“Ka Vino,,… Stevani tidak pernah ingin menolak cinta Kakak, tetapi aku mohon ka, bahagiakanlah ka Stevina. Berikanlah cinta kakak untuk dia, bahagiakanlah kakakku. Menikahlah dengan dia kak, sebenernya dia sangat ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama Ka Vino,,…”
“Tetapi kakak hanya mencintaimu Stevani…!!!”
“Cukup ka Vino, kalau kakak emang bener-bener sayang dan cinta sama Stevani, please bahagiakanlah ka Stevina, anggaplah kak Stevina sebagai penggantiku kak,,.”
Dengan terpaksaVino harus menikah dengan Stevina dari Stevani yang dicintainya’
Dihari itu juga, Stevani mengajak Vino untuk menjenguk kakaknya di Rumah Sakit. Disaat itulah Stevani meminta Vino untuk melamar Stevina. Stevina sangat senang mendengar niat Vino itu. Berkat Vino kesehatan Stevina berangsur membaik.

*****
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Stevina untuk bersama dengan Vinopun tiba. Semua telah dipersiapkan oleh kedua belah pihak mempelai. Para tamu undangan telah memenuhi ruangan. Tiba saatnya untuk acara “IJAB KABUL”. Sang pengulu mengulurkan tangannya pada Vino, dan tiba saatnya Vino menjawab pertanyaan sang pengulu. Ketika Vino mengatakan “Saya terima nikahnya,,…
Tiba-tiba kalimat itu terhenti sejenak, disaat kata itu terhenti, disaat itu juga penyakit Stevina kambuh lagi. Semua cemas akan keadaan Stevina. Sebelum Stevina menghembuskan nafas terakhirnya, dia mengatakan sesuatu pada adik tercintanya, Stevani.
“Stevani, kakak tahu, sebenernya kamu dan kak Vino saling mencintai, tetapi untuk membuktikan cinta kak Vino padamu, kamu meminta Ka Vino untuk menikah denganku. Sebelumnya kakak ngucapin makasih ya, untuk pengorbananmu selama ini. Kakak bahagia dan bangga punya adik kaya kamu. Tetapi kakak akan lebih bahagia jika kamu dan kak Vino bisa menyatu. Oleh karena itu kakak mohon, gantikanlah kakak Stevani…!!! Jadilah mempelai putri untuki ka Vino,,…
“Ka Stevina,,… kak Stevina jangan ngomong kayak gitu ka…!!! Stevani rela melepaskan kak Vino demi kakak. Asalkan kakak bahagia, Stevani pasti ikut bahagia kak,,…” rengek stevani
“Ka Vino,,… tolong jaga adikku baik-baik, bahagiakanlah dia kak Vino,,…

*****
Berakhirnya kalimat itu membersamai hembusan nafas Stevina yang terakhir. Sesuai dengan permintaan Stevina, Vinopun mempersunting Stevani sebagai pengganti kakaknya. Setelah melalui gejolak batin yang menyakitkan dan benang cinta yang dulu terlepas telah terganti dengan nyawa, Kini Vino dan Stevani hidup bahagia dalam bahtera.

THE END

by Dinda Joi Al_Husna, child alhabib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar