Minggu, 01 Januari 2012

Menjaga Lesan (Mulut)


Keutamaan Menjaga lesan
Hai saudaraku, ingatlah bahwa diam atau tidak banyak bicara merupakan sikap bijaksana dalam keselamatan diri dari perbuatan munkar atau pembicaraan yang tiada guna.  Sering kali terjadinya pertengkaran, dendam, perdebatan, permusuhan, pembunuhan sampai peperangan yang di akibatkan oleh lisan. Sebab ketajaman lisan itu melebihi tajamnya pedang.
        Meskipun diam itu tampaknya ringan, tetapi sedikit sekali orang yang mampu  melaksanakannya. Lebih-lebih bagi orang yang suka ngomong. Sesuai dengan sabda Rosululloh SAW yang artinya:
“Diam adalah kebijaksanaan dan sedikit orang yang mampu  melaksanakannya”. (HR. Abu Mansur).
Muhammad bin Wasi’ berkata kepada Malik bin Dinar: ”Wahai Abu yahya! menjaga lisan itu lebih berat  dari pada menjaga uang dinar atau uang dirham!”(Ihya’ ulumuddin jilidd dua)
        Meskipun begitu besarnya efek yang di timbulkan oleh perkataan maka diam adalah sikap mulia yang menjadi kebiasaan para nabi dan wali Alloh. Rosululloh SAW bersabda: ”Diam adalah akhlak yang terbaik barang siapa suka humor tentu dia akan di sepelekan”. (Nashoikhul ‘ibad)
         Karena itu , Rosululloh menganjurkan untuk mendekati orang diam lagi berwibawa , sebab dia akan mengajarkan berbagai hikmah dan keutamaan. Hikmah itu banyak  di temukan  pada orang diam, bukan pada orang yang banyak bicara.
Rosululloh SAW bersabda,yang artinya:
“Apabila kamu melihat orang mukmin yang pendiam lagi berwibawa, maka dekatilah dia. Sesungguhnya dia akan mengajarkan hikmah”. (HR. Abu hurairoh)
          Mu’adz bin jabbal pernah berkata  kepada beliau SAW: ”ya Rosululloh! Beri aku wasiat!”. Maka beliau bersabda yang artinya: “Sembahlah  Alloh seolah-olah kamu melihat-Nya. Dan daftarkanlah dirimu kedalam golongan orang-orang yang mati. Jika engkau menghendaki, maka aku beri tahukan kepadamu, tentang sesuatu yang paling menguasaimu dari pada semua ini. Lalu beliau memberi isyarat kepada lisannya dengan tangannya”. (HR.Ibnu Abid Dunya).
           Orang yang bijaksana  akan selalu berfikir panjang sebelum mengucapkan sebuah kalimat mengenai dampak positif  dan negatifnya. Jika omongannya nanti menimbulkan kemadlaratan, baik bagi dirinya atau orang lain, maka ia akan lebih  memilih bersikap diam. Dalam hal ini Rosululloh saw bersabda: ”Sesungguhnya lisan seorang mukmin itu berada di belakang hatinya. Apabila hendak mengatakan sesuatu, ia mempertimbangkan dengan hatinya, kemudian ia laksanakan dengan lisannya. Adapun lisan orang munafik itu ada di depan hatinya. Apabila menginginkan sesuatu ia laksanakan dengan lisannya tanpa mempertimbangkan dengan hatinya.” (ihya’ ulumuddin jilid 2)
             Oleh karena itu, seluruh anggota tubuh senantiasa memperingatkan kepada lisan  untuk berhati-hati  dalam berbicara. Sebab kesalahan yang di lakukan oleh lisan dampaknya dapat di rasakan langsung oleh anggota tubuh yang lain sampai di akhirat nanti.
Seperti yang di jelaskan Rosululloh SAW dalam sabda: “Apabila anak cucu adam masuk waktu pagi, maka semua anggota badan berpesan kepada lisan”. Maksudnya ia berkata: “takutlah kepada Allah demi kami, karena jika kamu tegak, niscaya kami tegak. Jika kamu bengkok niscaya kami bengkok”.
Sebagaimana yang di sabdakan oleh Rosululloh saw: “tiada satupun dari tubuh, kecuali mengadukan lisan kepada Allah karena ketajamannya”.
            Wahai kawula muda! Menjaga lisan dalam setiap pergaulan merupakan cermin dari kepribadian seseorang yang berakhlak mulia, yang tidak suka mengumbar pembicaraannya, berbicara seperlunnya saja selebihnya bersikap diam. Sebab diam selain dapat menyelamatkan diri juga menjauhkan dari murka Allah. Sampai nabi Sulaiman as bin Dawud berkata : manakala perkataan itu laksana perak, maka diam itu bagaikan emas.
1.      KEUTAMAAN BERSIFAT DIAM
             Wahai kawula muda! Jika engkau bertanya: “mengapa keutamaan yang besar justru terdapat pada diam?”. Maka ketahuilah! Bahwa sesungguhnya amat banyak bencana yang di timbulkan oleh terpelesetnya lisan. Seperti dusta, mengumpat, adu domba, riya, bermuka dua, berkata keji, berdebat, mengabaikan diri sendiri, hanyut dalam kebatilan, permusuhan, ngobrol yang tiada guna, mengorek berita, menambah dan mengurangi omongan, menyakiti orang lain untuk meruntuhkan kehormatannya serta ucapan-ucapan kotor lainnya. Bahaya-bahaya seperti inilah yang selalu mengiringi lisan dalam mengucapkan kata-katanya, yang tidak terasa berat untuk di ucapkan, namun efeknya luar biasa.
            Al-auza’I berkata: Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada kami yang isinya di antaranya: “barang siapa yang ingat mati, niscaya ia rela dengan sedikit bagian dari keduniaan ini. Barang siapa yang menghitung perkataannya di banding perbuatannya, niscaya ia akan menyedikitkan perkataannya, hanya berkata terhadap hal-hal yang penting saja bagi dirinya!”.
            Sebagian sahabat berkata:”Diam itu dapat mengumpulkan dua keutamaan bagi seseorang , yaitu keselamatan dalam agamanya dan mengerti kepada temannya”.
            Oleh sebab itu ada beberapa hikmah dan keutamaan yang tersembunyi dari ballik sikap diam, diantaranya adalah :
a.       Alloh Menutupi Aibnya
Maksudnya , Alloh akan menutupi aib atau kecacatan orang yang diam dan tidak banyak bicara. Karena dengan diam berarti dia telah menutupi aib orang lain, tidak menggunjing, tidak merendahkan, tidak berkata keji, tidak riya dan tidak berkata kotor. Dengan demikan , secara tidak langsung ia telah berlaku santun dan bijaksana dalam pergaulan dengan menjaga mulutnya.
      Karena sikap diamnya ini, maka Alloh membalas dengan menutupi aib dirinya di hadapan orang lain .Sebagaimana penjelasan Rosululloh SAW: ”Barang  siapa yang menjaga lisannya, niscaya  Alloh akan menutupi auratnya. Barang siapa menahan murkanya, niscaya Alloh melindungi dari siksa-Nya. Dan barang siapa yang mengemukakan alasan kepada Alloh, niscaya Alloh menerima alasannya.
      Umar berkata: “Barang siapa meninggalkan ucapan yang berlebih-lebihan, maka dia akan diberi hadiah berupa hikmah”.
      Demikian diantara keutamaan diam selain dapat menjaga keselamatan diri juga ada hikmah didalamnya.   
Sumber: Wasiat untuk Remaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar