Jumat, 20 Januari 2012

ILMU BUDAYA DASAR ( IBD )


I. PENGERTIAN IBD
IBD adalah Ilmu yang terdiri dari beberapa disiplin ilmu yang dapat digunakan sebagai alat memecahkan masalah manusia sebagi makhluk yang berbudaya, baik sebagai makhluk individu, social maupun sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
IBD di bentuk dari beberapa komponen ilmu, yaitu :
  1. Filsafat
  2. Theology
  3. Sejarah
  4. Seni ( sastra, seni musik, seni rupa, seni tari dan berpidato )

a. Filsafat
Dengan filsafat dapat mewujudkan pertanyaan-pertanyaan esensial manusia ( darimana, seperti apa dan mau kemana ) manusia itu diciptakan ke dunia.

b. Theology
  • Dengan theology akan mengajari kepada kita tentang apa tujuan manusia
  • Membekali manusia tentang apa saja yang boleh dilakukan dan apa tidak boleh dilakukan oleh manusia.
  • Memperkenalkan manusia tentang nilai yang patut didambakan dengan kebahagiaan hidup didunia dan di akherat.
  • Manusia dibekali pengetahuan untuk mencapai kebahagiaan jasmani dan rohani.
c. Sejarah :
  • Dengan sejarah membekali manusia untuk mengetahui siapa sebenarnya
  • Dengan sejarah manusia menjadi tahu orang-orang terdahulu, adat istiadat, pandangan hidup dan asal-usulnya.
d. Seni
Seni adalah perwujudan kekaguman dan penghargaan manusia terhadap keindahan dan nilai-nilai yang ditemuinya.

II. IBD sebagai MKDU
Kita ketahui bahwa tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila.
Sedangkan hakekat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut hendaknya menempatkan manusia sebagai pusat interaksi kegiatan pembangunan material dan spiritual. Pembangunan yang melihat manusia sebagai makhluk budaya dan sebagai sumber daya dalam pembangunan.. Hal itu berarti bahwa pembangunan seharusnya mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Dengan dasar itulah, maka IBD dimasukan sebagai Mata Kuliah Dasar Umum pada setiap Perguruan Tinggi, dengan tujuan membentuk manusia yang :
  1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agamanya dan memiliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lainnya.
  2. Berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan dan tindakannya mencerminkan pengamalan nilai-nilai Pancasila dan memiliki integritas kepribadian yang tinggi yang mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan.
  3. Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bermasyarakat dan secara bersama-sama mampu berperan serta meningkatkan kualitasnyadilingkungan alamiah maupun didalam pelestariannya.
  4. Memiliki wawasan komprehensif dan pendekatan integral didalam menyokapi permasalahan kehidupan baik social, politik, kebudayaan maupun pertahanan keamanan.
Ilmu Budaya Dasar adalah terjemahan dari Basic Humanities atau pendidikan Humaniora, humanior adalah bahasa latin yang artinya manusiawi.
Filsuf Indonesia Mardiatmodjo menegaskan perlunya humaniora bagoi pendidikan berarti menempatkan manusia ditengah-tengah proses pendidikan.
Adapun sumbangan humaniora dalam proses pendidikan antara lain :
-          menyatu derapkan pengembangan pikiran ( rasio ) dengan hati (rasa).
-          Memperkenalkan kepada anak didik nilai-nilai kemanusiaan yang universal dan abadi.
-          Mengerjasamakan pendidik dengan anak didik serta teori dengan praktek.

III.             TUJUAN ILMU BUDAYA DASAR
Berdasarkan Keputusan Dijendikti dari Depdikbud No. 32/DJ/KEP/1983 diadakannya mata kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah sebagai pembentukan dan pengembangan kepribadian serta perluasan wawasan, perhatian, pengetahuan dan pemikiran mengenahi berbagai gejala yang ada dan timbul dalam lingkungan khususnya yang berkenaan dengan kebudayaan dan kemanusiaan, agar daya tangkap, persepsi dan penalaran berkaitan dengan lingkungan dapat diperhalus.
Dalam Ilmu Budaya Dasar ada 8 yang harus dibahas:
  1. manusia dan cinta kasih.
  2. manusia dan keindahan
  3. manusia dan penderitaan
  4. manusia dan keadilan
  5. manusia dan pandangan hidup
  6. manusia dan tanggung jawab
  7. manusia dan kegelisahan
  8. manusia dan harapan .
Setelah kita dalami ternyata dalam ilmu budaya dasar yang menjadi pimpinan dalam ilmu tersebut adalah manusia dalam ketiga dimensinya yang hakiki : yaitu manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan , manusia sebagai makhluk individu , dan manusia anggota masyarakat .
Tujuan ilmu budaya dasar secara keseluruhan ialah :
  1. agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu budaya dasar .
  2. agar mahasiswa mengetahui dan memahami arti kasih sayang , kemesraan dan  pemujaan
  3. agar mahasiswa memahami dan mengetahui arti keindahan
  4. agar mahasiswa memahami dan mengetahui arti penderitaan
  5. agar mahasiswa mengetahui dan memahami arti kehidupan manusia
  6. agar memahami dan mengetahui arti pandangan hidup
  7. agar mahasiswa memahami dan mengetahui arti tanggungjawab bagi kehidupan manusia
  8. agar mahasiswa memahami dan mengetahui tentang seluk beluk kegelisahan hubungannya kehidupan manusia
  9. agar mahasiswa memahami dan mengetahui tentang seluk beluk harapan dalam kehidupan manusia

IV.             ILMU BUDAYA DASAR SEBAGAI ILMU KEMANUSIAAN.
IBD bukanlah ilmu yang MONOLIT atau ilmu yang tunggal tetapi sebagai ilmu gabungan ( body of Knolegde ) / tubuh keilmuan. Karena sasaran IBD adalah masalah-masalah manusia dan budayanya yang mencakup filsafat, theology, sejarah dan seni.
IBD di luar negeri dikenal dengan istilah “ humaniora “ yng merupakan istilah lain dari “ the humanities “ berasal dari bahasa latin “ humanus “ yang dalam bahasa Indonesia artinya manusiawi, berbudaya dan halus.
Istilah Ilmu Budaya Dasar merupakan terjemahan atau alih bahasa dari “Basic Humanities”. Yang pertama kali menggunakan istilah itu dalam kurikulum pendidikan adalah Prof. Dr. Warsya W. Bachtiar. Istilah Ilmu Budaya Dasar ada yang menyebut dengan istilah Ilmu Kemanusiaan, Pendidikan Kemanusiaan dan ada yang menyebut Pengetahuan Budaya.
Menurut M. Habib Mustopo dalam buku Manusia dan Budaya, ilmu budaya dasar berusaha memberikan konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalh-masalah manusia dan kebudayaan. Sedangkan menurut Andy Zoeltom mengatakan bahwa sebagi ilmu yang berbicara tentang nilai-nilai yang dihadapi oleh manusia dalam hidupnya sehari-hari.
Ada 2 kekayaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yaitu akal dan budi. Dengan akal dan budi manusia akan :
-          memungkinkan munculnya cipta, karsa dan rasa ada diri amnesia
-          akan lahir cara dan pola hidup manusia yang berbeda dengan cara dan pola hidup makhluk lain.
Jelaslah bahwa Ilmu Budaya Dasar bukanlah ilmu tentang budaya dan sebangsanya, melainkan ilmu yang diharapkan mampu menjadikan manusia yang mempelajari lebih berbudaya dan lebih manusiawi.


BAB. II.
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN HUMANIORA

1.      PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda), culture ( bahasa Inggris) berasal dari bahasa latin “colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Kemudian arti culture ini berkembang menjadi “segala daya dan aktivitet manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sedangkan dilihat dari sudut bahasa Indonesia kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “BUDDHAYAH” yang merupakan bentuk jamak dari Budhaya yang berarti budi atau akal. Ada perbedaan antara budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
Beberapa devinisi kebudayaan menurut para sarjana kebudayaan antara lain :
1.      E. B Taylor dalam bukunya yang berjudul “Primitive Culture: kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang lain.
2.      R. Linton dalam buku “The cultural background of personality” menyatakan bahwa kebudayaan merupakan konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang kesemuanya berasal dari masyarakat tertentu.
3.      J. P. H. Dryvendak mengatakan kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa manusia yang beraneka ragam dalam suatu masyarakat tertentu.
4.      Prof. Dr. Moentjaraningrat mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan, dan hasil kelakuan yang teratur oleh ketatalakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
5.      Mangunsarkoro berpendapat kebudayaan adalah segala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas-luasnya.
6.      Dr. Sidi Gazalba, kebudayaan adalah cara berpikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan social dengan suatu nruang dan suatu waktu.
7.      Prof. M. M Djojodiguno dalam bukunya azas-azas Sosiologi (1958), mengatakan kebudayaan atau budaya adalah daya dari budi, yang merupakan cipta, karsa, dan rasa.
Cipta adalah kerinduan manusia untuk mengetahui segala hal yang ada dalam pengalaman lahir dan batin. Hasil dari cipta berupa ilmu pengetahuan.
Karsa adalah kerinduan manusia untuk menginsafi tentang hal “sangkan paran”. Dari mana manusia sebelum lahir (sangkan), dan kemana manusia setelah mati (paran). Hasilnya berupa norma-norma keagamaan atau kepercayaan.
Rasa adalah kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan. Hasil dari rasa adalah norma-norma keindahan/kesenian.
8.      Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan kebudayaan adalah: keselurahan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar yang tersusun dalam kehidupan masyarakat, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dan dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut.
a.       Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan dan dilakukan manusia meluputi
·         kebudayaan material (bersifat jasmaniah) berupa benda-benda ciptaan manusia misalnya alat-alat perlengkapan hidup
·         kebudayaan immaterial (bersifat rohaniah) yaitu semua hal yang tidak dapat dilihat dan diraba misalnya religi, bahasa, dan ilmu pengetahuan.
b.      Kebudayaan tidak diwariskan secara generatif atau biologis melainkan dengan cara belajar.
c.       Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat akan sulit bagi manusia membentuk kebudayaan. Begitupun sebaliknya, manusia tak bisa bertahan sebagai individu maupun masyarakat bila tanpa kebudayaan.
d.      Jadi kebudayaan adalah budaya manusia. Dan setiap gerak-gerik manusia adalah kebudayaan. Hal inilah yang membedakan yang menjadikan perbedaan antara manusia dengan hewan. Dan ada 7 prinsip pokok perbedaan manusia dengan hewan itu.
1.      Sebagian besar manusia dikuasai oleh akalnya yang memungkinkan manusia hidup di mana saja sedangkan hewan oleh nalurinya sehingga hewan hidup di tempat tertentu saja.
2.      Sebagian besar kehidupan manusia dapat berlangsung dengan bantuan peralatan sebagai hasil kerja akalnya. Hal ini merupakan sambungan dari akal yang disebabkan secara fisik manusia lebih lemah disbanding hewan. Meskipun hewan relatif lebih kuat, namun hewan tidak mampu membuat alat bagaimanapun lemahnya manusia, dengan akalnya dapat menguasai hewan.
3.      Kelakuan manusia sebagian besar didapat dan dibiasakan melalui proses belajar, sedangkan hewan melalui nalurinya saja.
4.      Manusia mempunyai bahasa, baik secara lisan maupun tertulis. Sedangkan pada hewan tidak demikian.
5.      Pengetahuan manusia bersifat akumulatif atau senantiasa bertambah seiring berkembangnya masyarakat.
6.      Sistem pembagin kejra yangjauh lebih komplek.
7.      Masyarakat manusia sangat beraneka ragam. Sedangkan pada hewan tidak dekemikian, pada hewan akan tetap walaupun berada jauh di beda benua.

2.      MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA
Dua kekayaan manusia yang paling utama adalah akal dan budi atau yang lazim disebut pikiran dan perasaan. Dua kekayaan tersebut akan menjadikan manusia mempunyai banyak tuntutan hidup yang melebihi makhluk lain. Selain itu kekayaan tersebut juga akan memungkinkan munculnya karya-karya yang hanya bisa diciptakan oleh manusia. Cipta, rasa, dan karsa manusia akan selalu melaju dan berkembang menciptakan benda-benda baru untuk memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Proses pemenuhan kebutuhan ini menimbulkan hal yang disebut kebudayaan. Sehingga kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang disebut manusia sebagai makhluk yang berbudaya adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan. Pencapaian kebahagiaan ini hakikatnya sesuatu yang baik, benar, dan adil. Maka dapat dikatakan bahwa manusia selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran, dan keadilan sajalah yang pantas disebut manusia berbudaya.
Sesuai dengan kedudukannnya sebagai makhluk individu, makhluk social, dan makhluk ciptaan Tuhan, maka kebaikan itu tidak hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk masyarakat dan makhluk lain di sekitarnya demi untuk memuliakan Tuhan sebagai Sang Pencipta.
Kebahagiaan merupakan hak setiap orang yang untuk memperolehnya digunakanlah berbagai cara, akal, gaya, dan melalui berbagai upaya sesuai kemampuan dan kesempatan yang ada. Namun satu yang diingat bahwa cara manapun yang ditempuh harus tidak boleh merusak atau melanggar kemanusiaan pada umumnya, serta tidak melanggar batas-batas ketetapan Tuhan. Manusia yang disebut berbudaya dalam menikmati kebahagiaannya akan selalu berusaha tidak mengurangi apalagi meniadakan sama sekali kebahagiaan dari pihak lain. Bahkan sebisa mungkin pihak lain dapat ikut merasakan kebahagiaan itu.

3.      BUDAYA, ALAM, DAN MANUSIA
Budaya akan selalu menawarkan berbagai ketegangan dari hal-hal yang disediakan oleh alam. Tanpa adanya ketegangan ini, manusia tidak akan pernah mengalami kemajuan. Sebagai contoh jika hewan menemui sungai maka hewan tersebut akan berusaha mencari jalan yang paling aman dan mudah untuk menyeberang. Demikian pula manusia pertama dia juga melakukan hal tersebut, namun lama-kelamaan dia berpikir untuk membuat jembatan untuk lebih memudahkan perjalanannya.
Budaya itu terdapat pada suatu makhluk yang bila makhluk tersebut bisa mengambil jarak dari alam. Setiap manusia adalah makhluk berbudaya sedangkan hewan tidak. Pada hewan semua tata kerjanya bersifat naluriah dan tetap, yang mengakibatkan pada hewan tidak mengalami ketegangan seperti yang dialami manusia. Lain halnya pada manusia yang disebut oleh Ernst Cassirer bahwa manusia merupakan animal symbolicam yang berarti makhluk yang penuh dengan lambang. Baginya realitas adalah lebih dari sekitar tumpukan fakta-fakta
Di antara alam dan dirinya, manusia menyisipkan sesuatu dan dengan sarana itulah ia mengambil jarak dengan alam sehingga ia mampu menelaah dan mengertinya. Sarana-sarana tersebut antara lain: bahasa, mitos, dan agama yang oleh Cassiser disebut lambang. Dalam lambang-lambang dari seluruh budaya manusia itu terletak kebebasan dan keleluasaan.

4.      MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PENGEMBAN NILAI-NILAI MORAL
Manusia yang memiliki akal dan budi menimbulkan kehidupan cara dan pola hidup yang berdimensi ganda. Keduanya yaitu kehidupan bersifat material dan kehiduan yang bersifat spiritual.  Manusia di manapun berada akan berusaha menggapai kenikmatan kedua jenis kehidupan  tersebut. Akal dan budi sangat berperan dalam usaha menciptakan  kedua jenis kehidupan tersebut. Untuk menciptakan kehidupan yang berbahagia baik jasmani dan rohani manusia akan menciptakan benda-benda baru. Hal ini akan mengembangkan dan memajukan kebudayaan.
Jika kemajuan dan  perkembangan terbatas pada kemajuan material saja akan menimbulkan kepincangan pada kehidupan manusia. Hidup mereka kurang sempurna yang disebabkan kosongnya kehidupan batin. Akibat dari kosongnya kehidupan spiritual menyebabkan mereka tidak memperoleh ketentraman dan ketertiban hidup. Hilangnya ketrentaman dan ketertiban hidup akan hilang pula rasa kebersamaan dan tenggang rasa. Yang muncul adalah sifat egosentris dan sifat menghalalkan segala cara bahkan akan muncul kembali semboyan “Homo Homini Lupus” atau yang lemah dimakan oleh yang kuat. Akal dan budi manusia berbudaya pasti akan menolak bila menyaksikan kehidupan seperti itu karena menyalahi kodrat dan bertentangan dengan kita sebagai manusia. Sebab pada hakikatnya manusia hidup selalu memerlukan pertolongan orang lain.
Dan sebagai manusia yang normal akan berusaha bertindak baik, jujur, dan adil. Sifat-sifat yang diperoleh dari hasil akal dan budi manusia ini tidak tumbuh seperti tubuh yang otomatis. Namun sifat-sifat tersebut akan timbul dari proses belajar. Yaitu bagaimana manusia harus memperhatikan penerangan akal dan budi pekerti. Jika manusia telah berhasil menguasai hawa nafsu serta keinginannya maka dia telah berhasil sebagai manusia sebagai pengemban norma-norma kesusilaan atau normal.
Jika semua manusia telah berhasil mengemban norma-norma moral maka akan tercapai adil dan damai di kehidupan bermasyarakat. Sebaliknya selama masih ada di antara orang yang melakukan sesuatu hanya demi kepentingan pribadi maka kedamaian dan keadilan hanyalah merupakan impian belaka.

5.      MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK MULIA
Dilihat dari bentuk fisiknya manusia termasuk makhluk termulia dibanding makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan atas kemahamurahan dan kemahaadilanNya anusia dibekali “peralatan hidup” yang lengkap sehingga corak kehidupan manusia lebih beragam dibanding kehidupan makhluk lain.

Beberapa bukti sebagi tanda kemuliaan atau keistimewaan manusia dengan makhluk lainNya antara lain :
a.             semua unsur alam termasuk makhluk lain dapat dikuasai manusia dandimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.
b.            Manusia mampu mengatur perkembangan hidup makhluk lain dan menghindarkannya dari kepunahan.
c.             Manusia mampu mengusahakan agar apa yang ada dialam ini tidak saling meniadakan
d.            Manusia mampu mengubah apa yang ada dialam ini yang secara alamiah tidak bermanfaat menjadi bermanfaat; baik bagi keperluan hidup manusia sendiri, maupun kehidupan pada umumnya.
e.             Manusia memiliki kreativitas oleh karenanya mampu menciptakan benda-benda yang diperlukan dengan bentuk dan model menurut keinginannya.
f.             Manusia memiliki rasa indah dan karenanya mampu menciptakan benda-benda seni yang dapat menambah kenikmatan hidup rohaninya.
g.            Anusia memiliki alat untuk berkomunikasi dengan sesamanya yang disebut bahasa, yang memungkinkan mereka dapat saling bertukar informasi demi kesempurnan hidup bersama.
h.            Manusia memiliki sarana pengatur kehidupan bersama yang disebut sopan santun atau tata suila, yang memungkinan terciptanya suasana yang tertib dan saling menghargai.
i.              Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang karenanya kehidupan mereka makin berkembang dan makin sempurna.
j.              Manusia memiliki pegangan hidup anatar sesama demi kesejahteraan hidupnya didunia, selain itu juaga mengatur “pergaulaanya” dengan sang pencipta demi kebahagiaan hidupnya diakherat kelak.
Sebaliknya sesuai dengan sifatnya sebagai “benda ciptaan” atau makhluk manusia pasti memiliki kekurangan dan kelemahan. Hal itu tidak kemudian menjadikan kita “rendah diri” tetapi menjadikan kita “tahu diri”. Dengan bekal “tahu diri” menjadikan kita tidak sombong dengan kekayaan dan jabatan yang sedang melekat pada diri kita, melainkan menjadikan manusia mengagungkan Sang Pencipta alam semesta, mau berserah diri kepada Tuhan dan selalu menjaga hubungan baik dengan sesama manusia manupun kepada makhluk lain.

6.      BUDAYA SEBAGAI SARANA KEMAJUAN DAN SEBAGAI ANCAMAN BAGI MANUSIA.
Menurut Hegel dalam abad 19 membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan dirinya sendiri. Maksudnya adalah keterlepasan atau keterasingan sebagai akibat terjadinya aneka ketegangan yang terus menerus mendorong kemajuan budaya itu.
Van Peursen menjelaskan : manusia dengan mengembangkan alam ia memasukan dirinya kedalam dirinya sendiri.
Menurut Klages : Budaya merupakan bahaya bagi diri manusia sendiri. Karena budaya itu menguasai, menyalahgunakan, menjajah dan mematikan. Sehingga Klages menyimpulkan bahwa manusia memang tidak dapat hidup tanpa budayayang memuat ancaman bagi dirinya sendiri.
Freud dalam brosurnya yang berjudul “Das Unbehagen in der Kultur” (Derita dalam budaya) menjelkaskan bahwa budaya dapat bersifat Neurotis. Sedangkan dalam brosur yang berjudul “Die Zunkufteiner Illusion” (Masa depan suatu fusi) bahwa sumber budaya terdiri atas nafsu birahi (eros) dan kedaruratan (situasi kepepet) yang mendorong manusia untuk bermasyarakat dan mendorongnya untuk bekerja.
Hoenderdaal menyimpulkan : budaya itu bagaimanapun merupakan bagian dari kehiduan manusia baik segala hal yang berharga sehingga hrus dikejarnya, maupun sebagai hal yang tidak berharga sehingga harus dijauhinya.
Sehubungan dengan hal itu filosuf Perancis Albert Schweitzer mengatakan : mengembangkan budaya tanpa pakai etika pasti membawa kehancurkan, sehingga kita harus berjuang mati-matian unsur etika didalam mendasari budaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar