Jumat, 20 Januari 2012

MASA ANAK SEKOLAH


1.             LATAR BELAKANG
Perkembangan kejiwaan pada masa anak-anak, terkadang disebut dengan masa anak kecil atau juga masa menjelang sekolah. Ada juga yang menyebut masa estetis, dikarenakan anak mulai mengenal dunia disekitarnya terasa serba indah.
Mulai umur 6 tahun misalnya, seorang anak pertumbuhan badannya relatif seimbang, sehingga anak senang bermain keseimbangan dan penguasaan badan. Pertumbuhan fisik yang berlangsung secara baik itu sudah barang tentu ikut berpengaruh terhadap perkembangan psikis anak itu sendiri.
Pada masa tersebut anak sudah matang untuk masuk sekolah. Walaupun dalam praktek sering kali diadakan seleksi mencari anak yang sudah matang jiwanya.
Namun kenyatannya ternyata masih banyak orang tua yang masih kurang memahami dan memperhatikan proses perkembangan kejiwaan anaknya. Hal itu disebabkan karena minimnya pengetahuan atau karena “kesibukan” orang tua, sehingga kurang memperhatikan perkembangan kejiwaan anaknya.  
Dengan penulisan makalah Masa Anak Sekolah ini diharapkan membantu memberikan pemahaman bagi kita semua terutama bagi para orang tua tentang perkembangan kejiwaan anak dalam rangka mewujudkan yang terbaik bagi anak-anaknya.
2.      PERKEMBANGAN JIWA MASA ANAK SEKOLAH
Masa anak sekolah pada umumnya ketika anak  berusia 6 – 7 tahun, karena pada usia ini secara umum kejiwaan anak sudah matang dan sudah siap untuk masuk sekolah. Untuk mengetahui apakah anak sudah matang jiwanya atau belum, disamping dengan cara diadakan seleksi dengan mencari anak yang sudah matang jiwanya, juga dengan mengetahui beberapa kriteria kematangan anak.
Kriteria kematangan anak dalam hal ini antara lain :
1.    Anak harus sudah dapat bekerja sama dalam suatu kelompok anak-anak lainnya, serta tidak lagi banyak bergantung dengan ibunya dalam kegiatannya.
2.    Anak harus sudah mampu mengamati secara terurai terhadap bagian-bagian dari objek pengamatan.
3.    Anak harus sudah mampu menyadari akan kepentingan orang lain, to take and give. Bagi Indonesia kriteria umur yang ditetapkan adalah sekitar 7 tahun, untuk dapat masuk pada Sekolah Dasar (SD).

Adapun perkembangan jiwa anak pada masa sekolah ini yang menonjol antara lain :
a.    Adanya keinginan yang cukup tinggi, terutama yang menyangkut perkembangan intelektual anak, biasanya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, senang melakukan pengembaraan atau percobaan-percobaan.
b.    Energi yang melimpah, sehingga kadangkala anak itu tidak memperdulikan bahwa dirinya telah lelah atau capek. Dengan energi yang sangat cukup inilah nantinya sebagai sumber potensi dan dorongan anak untuk belajar.
c.    Perasaan kesosialan yang berkembang pesat, sehingga anak menyukai untuk mematuhi grup teman sebayanya (peer group), malah terkadang anak lebih mementingkan peer group nya dibanding orang tuanya. Hal itu disebabkan karena anak sudah banyak temannya disekolah.
d.   Sudah dapat berpikir secara abstrak, sehingga memungkinkan anak untuk menerima hal-hal yang berupa teori atau norma-norma tertentu.
e.    Minat istimewanya tertuju kepada kegemaran dirinya (misalnya gemar bermain gitar, sepak bola, memelihara binatang atau yang lainnya) yang mengakibatkan anak melalaikan tugas belajarnya.
f.     Adanya kekejaman yaitu : “ Perhatian anak ditujukan kepada dunia luar, akan tetapi dirinya tidak mendapat perhatian, saat itu juga anak belum mengenal jiwa orang lain.”
Pada masa anak sekolah ini sebenarnya anak telah tumbuh sikap objektifnya, yang menyangkut tentang :
1.      Kenyataan       : anak mempunyai sikap yang serius kepada dunia nyata (realistis).
2.      Kesusilaan       : sikap anak terhadap norma susila sudah juga, meskipun terkadang acuh tak acuh.

3.             TEORI PERKEMBANGAN JIWA ANAK
Proses tumbuh kembang anak terkadang hanya dipahami bahwa anak secara naluri atau kodrati akan tumbuh dan berkembang secara sendirinya seiring dengan perkembangan fisik maupun psikis anak. Pertanyaannya benarkah anggapan seperti itu? Untuk menjawab sekaligus mengetahui perkembangan kejiwaan anak pada masa sekolah dapat diketahui dengan beberapa teori tentang fase, sebagai berikut :

1)      Fase Pengamatan
Pada fase pengamatan ini ada beberapa pendapat, diantaranya :

a.      Menurut Meuman
Meuman membagi-bagi pengamatan kedalam tiga masa, yaitu :
1.      Masa sintesis fantasi : 7 sampai dengan 8 tahun. Pada masa ini pengamatan anak masih sangat global belum tampak jelas dan masih kabur. Bagian yang kabur itu ditambahnya dengan fantasinya, sehingga disebut sintesis fantasi.
2.      Masa analisis : 8 sampai 12 tahun.
Pada masa ini anak sudah bisa membedakan sifat dan bagian-bagiannya. Fantasinya berkurang diganti dengan pengamatan yang nyata (realitas).
3.      Masa logis : 12 tahun keatas.
Pada masa ini anak sudah dapat berpikiran yang logis, pengertian dan kesadarannya semakin sempurna.

b.      Menurut William Stern
Stern membagi-bagi pengamatan kedalam empat masa, yaitu :
1.      Masa mengenal benda : sampai 8 tahun.
Pada masa ini pengamatannya masi global dan tetapi telah dapat membedakan benda-benda tertentu, misalnya : manusia, hewan.
2.      Masa mengenal perbuatan : 8 sampai 9 tahun.
Dalam masa ini anak telah memperlihatkan perbuatan manusia dan hewan.
3.      Masa mengenal hubungan : 9 sampai 10 tahun.
Anak mulai mengenal hubungan antara waktu, tempat dan sebab akibat.
4.      Masa mengenal sifat : 10 tahun keatas.
pada usia ini anak mulai menganalisis pengamatannya sehingga ia mengenal sifat-sifat benda, manusia dan hewan.

c.       Menurut Oswald Kroh
Oswald membagi pengamatan kedalam empat taraf, yaitu :
1.      Sintesis fantasi : 7 sampai 8 tahun.
Pada masa ini pengamatannya masih dipengaruhi oleh fantasinya
2.      Masa realisme naif : 8 sampai 10 tahun.
Semua yang diamati diterima begitu saja tanpa ada kecaman atau kritik, sehingga masa ini disebut juga “masa mengumpulkan ilmu pengetahuan.
3.      Masa relisme kritis : 10 sampai 12 tahun.
Dalam masa ini anak mulai berfikir kritis dan mulai mencapai tingkat berpikir abstrak.
4.      Masa subjektif : 12 sampai 14 tahun.
Pada masa ini anak berpaling pada dunianya sendiri. Perhatiannya ditujukan pada dirinya sendiri. Hidupnya mulai gelisah, ragu-ragu, timbul rasa malu dan hidup perasaan tidak nyaman.

            Dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas bila diperhatikan ada beberapa persamaan yang secara garis besar dapat dirangkum bahwa, dalam masa anak sekolah perkembangan pengamatan merupakan peralihan dari keseluruhan menuju pada bagian-bagiannya, menerima tanpa kritik menuju kearah pengertian dari alam khayal (fantasi) menuju alam kenyataan.

2)      Perkembangan Fantasi
Sejak anak berumur lima atau enam tahun, perhatiannya mulai ditujukan ke dunia luar, ke alam kenyataan. Tetapi bukan berarti fantasinya menjadi lenyap, fantasi itu masih terus hidup. Fantasi yang senantiasa hidup itu akan mencari lapangan penyaluran lain, misalnya membuat hiburan seperti membaca buku-buku, mendengarkan cerita, membuat sesuatu, dan sebagainya.
a.       Beberapa Masa Fantasi
1.      Masa dongeng : 4 sampai 8 tahun.
Masa ini bertepatan waktunya dengan perkembangan anak ke arah kenyataan. Anak suka mendengarkan cerita kehidupan seperti : anak yang lucu, anak yang rajin, anak yang durhaka dan lain sebagainya. Termasuk cerita raja-raja yang arif bijaksana, dan sebagainya.
2.      Masa robinson crusoe : 8 sampai 12 tahun.
Pada masa ini anak mengalami realisme naif, kemudian memasuki masa realisme krisis. Anak sudah tidak lagi menyukai cerita atau dongeng yang fantastis (tidak masuk akal). Sekarang ia lebih menyukai cerita yang sebenarnya, cerita yang masuk akal seperti : cerita perjalanan, cerita roman dan sebagainya.
3.      Masa pahlawan : 12 sampai 15 tahun.
Anak lebih suka membaca cerita atau buku perjuangan yang benar-benar pernah terjadi.

b.      Beberapa Nilai Fantasi
Ada beberapa nilai fantasi, yang terutama adalah :
1.      Fantasi dapat dipergunakan sebagai hiburan.
2.      Fantasi dapat memudahkan anak dalam menerima pelajaran.
3.      Fantasi membentuk budi pekerti anak.

c.       Beberapa Keburukan Berfantasi
Selain memiliki nilai-nilai manfaat, dari sisi lain fantasi itu menimbulkan dampak yang tidak baik, yaitu :
1.      Anak sering tenggelam kedalam dunia fantasinya. Tampaknya ia suka melamun.
2.      Anak takut menghadapi kenyataan. Ia menjadi orang yang pemalu atau menjadi seorang pembual dikalangan teman-temannya.

3)      Perkembangan pikiran dan akal
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah dasar berkembang secara berangsur-angsur dan tenang. Disamping keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang sistematis terhadap pembentukan akal budi anak.pola pikir dan perkembangannya berubah, dari iklim yang egosentris memasuki realitas benda dan dunia pikiran orang lain. Dari kehidupan fantasi (dengan menyukai cerita atau dongeng) berubah menjadi menyukai kehidupan yang nyata.
Ingatan anak pada usia 8 – 12 tahun mencapai insensitas tinggi dan paling kuat. Daya menghafal (memorisasi) adalah paling kuat.

4)      Kehidupan perasaan.
Pada umumnya anak lebih emosional dibanding dengan orang dewasa. Sifatnya  optimistis dn kurang dirisaukan oleh rasa penyesalan. Kesengsaraan, kepedihan dan kegembiraan orang lain kurang dipahami dan dihayati oleh anak.
Perasaan intelektuan anak pada periode ini sangat besar, sehingga menyukai sesuatu yang menantang, misalnya soal-soal matematika, fisika dan perhitungan yang sulit terutama ang berkaitan dengan angka.
Pada masa ini perasaan religiusnya menipis seiring dengan berubahnya tidak lagi menyukai cerita fantasi. Hal ini bukan berarti perasaan religius anak hilang sama sekali, tetapi tidak menonjol. Untuk mengatasi hal tersebut, hendaknya pendidikan agama pada anak usia 6 – 12 tahun  mendapat perhatian yang serius dari orang tuanya. Namun metode yang digunakan tidak dilaksanakan dengan kekerasan, dan ancaman, akan tetapi diberikannya untuk melakukan perkembangan psikis, kebutuhan dan keinginan anak. Disamping itu juga diperlukan sikap orang dewasa atau orang tua yang arif dan bijaksana. Tuntunan (uswatun hasanah) dan pemberian keyakinan akan tuangan kasih sayang orang tua akan menguatkan kepercayaan pada diri anak.

KESIMPULAN
Dari paparan diatas dapat disimpulkan, bahwa pertumbuhan fisik yang berlangsung secara baik itu sudah barang tentu ikut berpengaruh terhadap perkembangan psikis anak itu sendiri.
Dalam masa anak sekolah perkembangan pengamatan merupakan peralihan dari keseluruhan menuju pada bagian-bagiannya, menerima tanpa kritik menuju kearah pengertian dari alam khayal (fantasi) menuju alam kenyataan.
Sikap yang arif bijaksana dan tuntunan (uswatun hasanah) dari orang dewasa atau orang tua sangat diperlukan dalam rangka mendampingi anak untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat usianya.

------  mas  -----

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu, Drs. H. dan Sholeh, Muhammad, Drs. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT RINEKA CIPTA
Jalaludin, Prof. Dr. H. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar