Sudah banyak diketahui bahwa peran
pesantren secara konvensional adalah melakukan proses transfer ilmu agama
Islam, mencetak kader-kader ulama’, dan mempertahankan tradisi. Dalam perkembangan
modern, pesantren-pesantren menghadapi tantangan baru, di mana tidak bisa
mengelak lagi dari proses modernisasi dewasa ini. Dampak dari modernisasi
setidaknya mempengaruhi pesantren tersebut dari berbagai aspek. Di antaranya
adalah sistem kelembagaan, orientasi hubungan kiyai-santri, kepemimpinan dan
peran pesantren itu sendiri. Orientasi peran pesantren sangat dipengaruhi oleh
faktor internal pesantren, terutama pandangan dunia kiyainya; dan faktor
ekstrenal, yaitu perkembangan dan tuntutan zaman (sebut saja pengaruh
globalisasi). Dan kedua faktor inilah yang mempengaruhi perkembangan dan
orientasi pesantren tersebut. Beberapa pesantren yang awalnya hanya mengajarkan
kitab-kitab kuning dan bertujuan mencetak kader ulama’, kemudian berubah dengan
menawarkan sekolah formal, seperti madrasah atau sekolah; adalah bukti bahwa
pesantren telah mengalami perubahan orientasi. Perubahan ini terutama sekali
dipengaruhi oleh faktor kiyai, yang dalam pesantren tradisional adalah pemilik
sekaligus pemimpin absolut dari pesantren tersebut. Persinggungan kiyai-kiyai
tradisional dengan budaya luar, baik melalui ibadah haji maupun kegiatan
lainnya, turut menyumbangkan gagasan pembaruan yang dilakukan kiyai. Para Kiyai
yang sudah ”modern” itu beranggapan bahwa santri tidak cukup dibekali dengan
pengetahuan agama semata, melainkan harus memiliki tambahan pengetahuan yang
bermanfaat bagi kehidupannya ketika terjun dan kembali kemasyarakat. Beberapa
pesantren yang membuka sekolah dan madrasah formal, selain karena gagasan
pembaruan kiyai, juga disebabkan karena tuntutan zaman. Oleh karenanya
pesantren-pesantren yang membuka sekolah dan madrasah sedikit banyak
dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat tentang tenaga profesional yang memiliki
akhlak mulia. Dan agar terlihat berbeda dengan pesantren tradisional, mereka
meletakkan kata “modern” pada penyebutan nama pesantren tersebut.
Sesungguhnya
dalam perkembangan modern seperti saat ini, tuntutan peran pesantren semakin
kompleks. Problem-problem sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat, seperti
masalah disintegrasi, kemiskinan, kemunduran akhlak sudah semakin terbuka dan
merajalela di masyarakat. Pesantren diharapkan tidak saja mampu menyelesaikan
masalah-masalah yang terkait dengan faham keagamaan, tetapi juga diharapkan dapat
terlibat menyelesaikan masalah-masalah sosial tersebut. Dan sejauh pengamatan
penulis, pesantren yang berlogokan modern ini memiliki banyak peluang dan
kesempatan untuk terlibat aktif dalam menuntaskan berbagai problematika
masyarakat. Apalagi pesantren modern ini memiliki kedekatan emosional dengan
masyarakat karena sifat egalitar dan kesahajaannya yang memungkinkannya
dapat berinteraksi secara intensif dengan masyarakat.
in addition to your reference about faith and divinity, please see "Comparison of three (3) divine religions in the month of February 2013 my blog...
BalasHapus