Masa
anak-anak adalah masa yang sangat indah, penuh ceria. Dunia dimana saatnya
menyiapkan masa depan gemilang. Apa yang kita lakukan sekarang itulah gambaran
masa depan kita. Gapailah cita-citamu, raihlah masa depanmu, jangan sia-siakan
masa anak-anak dengan perbuatan yang tidak bermanfaat.
Sebagai orang
dewasa (orang tua) kita mempunyai beban tanggung jawab untuk menyiapkan
generasi yang berkualitas secara intelektual dan bermoral.
Mendidik anak
bukan sesuatu yang gampang, tetapi juga bukan hal yang sulit.
Nahh,
untuk itulah dibawah ini adalah kiat-kiat mendidik
anak secara Islami.
1. Pahami anak
sebagai individu yang berbeda.
Seorang anak dengan yang lainnya memiliki karakter yang berbeda. Memiliki bakat
dan minat yang berbeda pula. Karenanya, dalam menyerap ilmu dan mengamalkannya
berbeda satu dengan yang lainnya. Sering terjadi kasus, terutama pada pasangan
muda, orangtua mengalami “sindroma” anak pertama. Karena didorong idealisme
yang tinggi, mereka memperlakukan anak tanpa memerhatikan aspek-aspek
perkembangan dan pertumbuhan anak. Misal, anak dipompa untuk bisa menulis dan
membaca pada usia 2 tahun, tanpa memperhatikan tingkat kemampuan dan motorik
halus (kemampuan mengoordinasikan gerakan tangan) anak.
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah
menurut kesanggupanmu”. (At-Taghabun: 16)
Hadits dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:
“Apabila aku melarangmu dari sesuatu
maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu perkara maka tunaikanlah
semampumu”. (HR. Al-Bukhari, no. 7288)
Kata semampumu menunjukkan kemampuan dan kesanggupan
seseorang berbeda-beda, bertingkat-tingkat, satu dengan lainnya tidak bisa
disamakan. Ini semua karena pengaruh berbagai macam latar belakang.
2. Memberi tugas
hendaklah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.(Al-Baqarah:
286)
3. Berusahalah
untuk selalu menghargai niat, usaha dan kesungguhan anak.
Dari Abu
Hurairah RA, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan
harta kalian, tapi Allah melihat kepada hati (niat) dan amal-amal kalian. (HR.
Muslim no. 2564)
Jangan mencaci maki anak karena kegagalannya. Tapi
berikan ungkapan-ungkapan yang bisa memotivasi anak untuk bangkit dari
kegagalannya. Misal, ‘Abi tidak marah kok, Ahmad belum hafal surat Yasin. Abi
tahu, Ahmad sudah berusaha menghafal. Lain kali, kita coba lagi ya.?
4. Tidak
membentak, memaki dan merendahkan anak. Apalagi di hadapan teman-temannya atau
di hadapan umum.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
‘Dan ucapkanlah
kepada mereka kata-kata yang baik.’ (An-Nisa`: 5)
5. Tidak membuka
aib (kekurangan, kejelekan) yang ada pada anak di hadapan orang lain.
Dari Abdullah
bin ‘Umar RA, bahwa Nabi SAW bersabda:
Barangsiapa menutup (aib) seorang muslim, Allah akan
menutup (aib) dirinya pada hari kiamat. (HR. Al-Bukhari no. 2442)
6 6.
Jika anak melakukan kesalahan, jangan
hanya menunjukkan kesalahannya semata.
Tapi berilah
solusi dengan memberitahu perbuatan yang benar yang seharusnya dia lakukan.
Tentunya, dengan cara yang hikmah. ‘Umar bin Abi Salamah RA berkata:
Saat saya masih kecil dalam asuhan Rasulullah Shallallahu
?alaihi wa sallam, saya menggerak-gerakkan tangan di dalam nampan (yang ada
makanannya). Lantas Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam menasihatiku,
Wahai ananda, sebutlah nama Allah (yaitu bacalah Bismillah saat hendak makan).
Makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang ada di sisi
dekatmu. (HR.
Al-Bukhari no. 5376)
7. Tidak memanggil atau menyeru anak
dengan sebutan yang jelek.
Seperti
perkataan: Dasar bodoh! Ini berdasarkan hadits Ummu Salamah RA, Rasulullah SAW
bersabda:
Janganlah kalian menyeru (berdoa) atas diri kalian
kecuali dengan sesuatu yang baik. Karena, sesungguhnya malaikat akan mengaminkan
atas apa yang kalian ucapkan. (HR. Muslim no. 920)
8. Perbanyak ucapan-ucapan yang mengandung
muatan doa pada saat di hadapan anak.
Seperti ucapan: Semoga Allah memberkahi kalian.
Allah
SWT berfirman:
Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.
(Al-Baqarah: 83)
Juga selalu mendoakan kebaikan bagi sang anak,
sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan orang-orang yang berkata: Ya Rabb
kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (Al-Furqan:
74)
9. Berusahalah untuk senantiasa berlaku
hikmah dalam menghadapi masalah anak. Tidak mengedepankan emosi.
Tidak mudah menjatuhkan sanksi.
Telusuri setiap masalah yang ada pada anak dengan penuh hikmah, tabayyun
(klarifikasi). Allah SWT berfirman:
Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. (Al-Baqarah: 269)
10. Berusahalah bersikap adil terhadap
anak-anak dan berbuat baik kepadanya.
‘Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.’(An-Nahl:
90)
11. Hindari sikap-sikap dan tindakan yang
menjadikan anak mengalami trauma, blocking (mogok), malas atau enggan belajar.
Sebaliknya,
ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Dari Anas RA, Rasulullah SAW
bersabda:
‘Permudah dan
jangan kalian persulit. Gembirakan, dan jangan kalian membuat (mereka) lari.’
(HR. Al-Bukhari no. 69)
Demikian,
mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Amiiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar