Selasa, 15 April 2014

SEKOLAH RAMAH ANAK

Salah satu upaya untuk mencapai peningkatan kualitas sekolah (School Improvement Program = SIP) adalah menciptakan sekolah yang ramah anak.
Apakah ciri-ciri Sekolah Ramah Anak itu?
Suatu sekolah dikatakan ramah anak apabila sekolah yang dimaksud mempunyai ciri-ciri antara lain:

1.        Sikap terhadap murid:
a.     Perlakukan adil bagi murid laki-perempuan, cerdas-lemah, kaya-miskin, normal-cacat, anak pejabat-anak buruh
b.      Penerapan norma agama, sosial dan budaya setempat
c.      Kasih sayang kepada murid, memberikan perhatian bagi mereka yang lemah dalam proses belajar. Memberikan hukuman phisik maupun non phisik bisa menjadikan anak trauma
d.  Saling menghormati hak-hak anak baik antar murid, antar tenaga kependidikan serta antara tenaga kependidikan dan murid

Contoh-contoh:
-  Guru dan/atau Kepala Sekolah menunggu kedatangan murid didepan sekolah pada pagi hari dengan raut muka ceria dan berjabat tangan serta memberikan ucapan “salam”, “selamat pagi” kepada setiap murid.
-  Guru dan/atau Kepala Sekolah menanyakan sesuatu yang sederhana kepada murid: “tadi malam belajar sama siapa, nak?”, “sakitnya sudah sembuh?”

2.      Methode pembelajaran:
a.  Terjadi proses belajar sedemikian rupa sehingga siswa merasakan senang mengikuti pelajaran, tidak ada rasa takut - cemas dan was-was, siswa menjadi lebih aktif dan kreatif serta tidak merasa rendah diri karena bersaing dengan teman siswa lain
b.      Terjadi proses belajar yang efektif dihasilkan oleh penerapan methode pembelajaran yang variatif dan inovatif. Misalnya: belajar tidak harus didalam kelas. Guru sebagai fasilitator proses belajar menggunakan alat bantu untuk meningkatkan ketertarikan dan kesenangan dalam pengembangan kompetensi, termasuk lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar (pasar, kebun, sawah, sungai, laut, dll)
c.    Proses belajar mengajar didukung oleh media ajar seperti buku pelajaran dan alat bantu ajar/ peraga sehingga membantu daya serap murid
d.   Guru sebagai fasilitator menerapkan proses belajar mengajar yang kooperatif, interaktif baik belajar secara individu maupun kelompok
e.   Terjadi proses belajar yang partisipatif. Murid lebih aktif dalam proses belajar. Guru sebagai fasilitator proses belajar mendorong dan memfasilitasi murid dalam menemukan cara/ jawaban sendiri dalam suatu persoalan
f.  Murid dilibatkan dalam berbagai aktivitas yg mengembangkan kompetensi dengan menekankan proses belajar melalui berbuat sesuatu (learning by doing, demo, praktek, dll)

3.      Penataan kelas
a.   Murid dilibatkan dalam panataan bangku, dekorasi dan ilustrasi yang menggambarkan ilmu pengetahuan, dll. Penataan bangku secara klasikal (berbaris ke belakang) mungkin akan membatasi kreatifitas murid dalam interaksi sosial dan kerja diskusi kelompok.
b.      Murid dilibatkan dalam menentukan warna dinding atau dekorasi dinding kelas sehingga murid menjadi betah didalam kelas
c.     Murid dilibatkan dalam memajang hasil karya murid, hasil ulangan/ test, bahan ajar dan buku sehingga artistik dan menarik serta menyediakan space utk baca (pojok baca)
d.     Bangku dan kursi sebaiknya ukurannya disesuaikan dengan ukuran postur anak Indonesia serta mudah untuk digeser guna mencipatakan kelas yang dinamis

4.      Lingkungan sehat
a.  Murid dilibatkan dalam mengungkapkan gagasannya dlm menciptakan lingkungan sekolah (penentuan warna dinding kelas, hiasan, kotak saran, majalah dinding, taman-kebun sekolah, dll)
b.  Tersedia fasilitas air bersih, hygiene dan sanitasi, fasilitas kebersihan dan fasilitas kesehatan
c.     Fasilitas sanitasi seperti toilet, orinoir, tempat cuci, dls disesuaikan dengan postur dan usia anak. Misalnya: bak mandi yang tidak terlalu tinggi sehingga bisa dijangkau oleh tangan anak kelas-1.
d.      Disekolah diterapkan kebijakan/ peraturan yang mendukung kebersihan dan kesehatan. Kebijakan/ peraturan ini disepakati – dikontrol – dan dilaksanakan oleh semua murid (dari-oleh-untuk murid).
Contoh-contoh:  
-  ada murid bertugas piket mengontrol murid lain tentang kebersihan kuku didepan pintu kelas dan langsung diadakan pemotongan kuku bagi yang kedapatan panjang dan kotor
-  ada murid bertugas piket mengairi taman didepan kelas
-  kedapatan membuang sampah didalam kelas atau lingkungan sekolah mendapatkan hukuman bernyanyi didepan kelas sambil membawa sampah yang dibuang tsb. 

Apa ciri-ciri proses pembelajaran di sekolah yang partisipatif?
Proses pembelajaran yang partisipatif dapat dilaksanakan dengan berbagai metode antara lain:

1.        Metode Diskusi
Metode diskusi ini adalah salah satu metode yang sangat disukai oleh murid, karena melalui metode ini murid mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan pendapat tanpa rasa takut salah, karena dalam diskusi tersebut disepakati tidak ada pendapat yang  salah. Jenis diskusi adalah diskusi kelompok dan diskusi panel. Diskusi kelompok adalah diskusi diantara sekelompok yang ditentukan lebih kurang 7-9 murid. 
Guru memberikan kesempatan/ tugas kepada kelompok murid untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna menyimpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan suatu masalah. Hasil kesepakatan dari diskusi kelompok ini akan dipresentasikan dalam diskusi yang disebut sebagai diskusi pleno yang mana pesertanya adalah seluruh murid dalam satu kelas. Argumentasi pendapat akan terjadi antar kelompok selama diskusi pleno tersebut. Dalam hal ini guru memfasilitasi diskusi pleno agar:
-  tidak terjadi dominasi pembicaraan
-  pembicaraan tidak keluar dari topik utama
-  menghindari perselisihan pribadi atau kelompok
-  menyimpulkan hasil diskusi dengan win-win solution (semua pihak merasa menang-senang-puas)   

2.      Metode Brainstorming (menggali ide/pendapat/jawaban)
Peran guru (sebagai fasilitator) menggali ide/pendapat/jawaban sebanyak-banyaknya dari muird. Dalam proses ini guru harus berlaku adil dan memberikan kesempatan bagi murid yang pasif supaya tidak terjadi dominasi peran dari murid yang merasa dirinya lebih superior. Guru secara bijak perlu meluruskan dan mengurai manakala ada murid yang menyampaikan pendapat namun kurang/belum/tidak sesuai dengan pokok bahasan, sehingga tidak menjadikan murid tersebut jadi jera. Pada akhir dari proses brainstorming, guru menyimpulkan berbagai alternative jawaban dari pokok bahasan.

3.      Metode Simulasi/ Bermain Peran
Murid bisanya akan riang saat belajar di kelas dengan metode simulasi ini. Guru sebagai fasilitator mencipatakan ide permainan yang sedang nge-trend dilakukan oleh anak, tetapi permainan tersebut mengandung pelajaran.
Contoh-contoh:

-     Pelajaran matematika kelas-3 dengan bermain ular tangga: Pada setiap langkah bidak sesuai undian angka pada dadu, murid sebagai pemain harus “mengalikan” angka tersebut dengan angka yang ada pada kedudukan bidak semula. Pada kotak tertentu, pemain bertugas membuka kartu pesan yang isinya “soal” yang harus dijawb. Dls. Guru membuat variasi soal-soal pada kartu pesan yang bisa diambil dari buku pelajaran. Jadi anak belajar sambil bermain.

-    Pelajaran sains kelas-3 dengan bermain peran (sebagai surveyor/ seorang dokter, ahli geologi): Murid dibagi dalam kelompok tergantung pada kesukaan mereka yaitu: kelompok ayam, kelompok batu, kelompok manusia, dan kelompok air. Semua kelompok diminta untuk mengamati benda sesuai nama kelompok masing-masing. Kelompok ayam selama 10 menit mengamati dan mencatat apa saja yang diketahui tentang ayam (dibelakang sekolah). Kelompok manusia selama 10 menit mengamati apa saja tentang manusia disekitar sekolah, demikian juga dengan kelompok lain. Setelah 10 menit semua kelompok berkumpul dibawah pohon dan harus melaporkan hasil pengamatan mereka. Ada yang melaporkan: ayam perlu makan, manusia perlu minum, batu tidak berubah, dll. Kelompok lain akan melengkapi laporan dari kelompok berbeda sesuai yang mereka pahami. Pada akhir dari pelajaran, guru menyampaikan bahwa saat itu murid sedang belajar yang namanya makhluk hidup dan benda mati. Guru mengulang dan memerinci ciri-ciri makhluk hidup dan benda mati.      

4.      Metode Demonstrasi
Metode ini dapat mengurangi waktu yang biasa dipakai oleh guru untuk “menerangkan” menjadi memperlihatkan sesuatu kepada murid. Keuntungan dari metode ini dismaping informasi menjadi bermakna dan mudah serta cepat dimengerti, juga mengurangi kesalahpahaman murid terhadap konsep atau prosedur yang diajarkan.
Contoh:
Guru membuat alat peraga sederhana dari tanah atau pasir yang dibuat mirip 2 buah gunung. Gunung yang satu ditumbuhi rumput (ambil tanah rumput betulan) sedang gunung yang satu tanpa ditumbuhi apapun. Dua gunung tersebut mendapatkan percikan atau siraman air (sebagai air hujan). Murid akan melihat proses yang namanya “erosi”   

Masih banyak lagi metode partisipatif lain yang bisa dikembangkan sesuai kondisi lokal.
*** disarikan dari berbagaai sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar