Kamis, 10 April 2014

Kebangkitan Pesantren modern


Sudah banyak diketahui bahwa peran pesantren secara konvensional adalah melakukan proses transfer ilmu agama Islam, mencetak kader-kader ulama’, dan mempertahankan tradisi. Dalam perkembangan modern, pesantren-pesantren menghadapi tantangan baru, di mana tidak bisa mengelak lagi dari proses modernisasi dewasa ini. Dampak dari modernisasi setidaknya mempengaruhi pesantren tersebut dari berbagai aspek. Di antaranya adalah sistem kelembagaan, orientasi hubungan kiyai-santri, kepemimpinan dan peran pesantren itu sendiri. Orientasi peran pesantren sangat dipengaruhi oleh faktor internal pesantren, terutama pandangan dunia kiyainya; dan faktor ekstrenal, yaitu perkembangan dan tuntutan zaman (sebut saja pengaruh globalisasi). Dan kedua faktor inilah yang mempengaruhi perkembangan dan orientasi pesantren tersebut. Beberapa pesantren yang awalnya hanya mengajarkan kitab-kitab kuning dan bertujuan mencetak kader ulama’, kemudian berubah dengan menawarkan sekolah formal, seperti madrasah atau sekolah; adalah bukti bahwa pesantren telah mengalami perubahan orientasi. Perubahan ini terutama sekali dipengaruhi oleh faktor kiyai, yang dalam pesantren tradisional adalah pemilik sekaligus pemimpin absolut dari pesantren tersebut. Persinggungan kiyai-kiyai tradisional dengan budaya luar, baik melalui ibadah haji maupun kegiatan lainnya, turut menyumbangkan gagasan pembaruan yang dilakukan kiyai. Para Kiyai yang sudah ”modern” itu beranggapan bahwa santri tidak cukup dibekali dengan pengetahuan agama semata, melainkan harus memiliki tambahan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupannya ketika terjun dan kembali kemasyarakat. Beberapa pesantren yang membuka sekolah dan madrasah formal, selain karena gagasan pembaruan kiyai, juga disebabkan karena tuntutan zaman. Oleh karenanya pesantren-pesantren yang membuka sekolah dan madrasah sedikit banyak dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat tentang tenaga profesional yang memiliki akhlak mulia. Dan agar terlihat berbeda dengan pesantren tradisional, mereka meletakkan kata “modern” pada penyebutan nama pesantren tersebut.
Sesungguhnya dalam perkembangan modern seperti saat ini, tuntutan peran pesantren semakin kompleks. Problem-problem sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat, seperti masalah disintegrasi, kemiskinan, kemunduran akhlak sudah semakin terbuka dan merajalela di masyarakat. Pesantren diharapkan tidak saja mampu menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan faham keagamaan, tetapi juga diharapkan dapat terlibat menyelesaikan masalah-masalah sosial tersebut. Dan sejauh pengamatan penulis, pesantren yang berlogokan modern ini memiliki banyak peluang dan kesempatan untuk terlibat aktif dalam menuntaskan berbagai problematika masyarakat. Apalagi pesantren modern ini memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat karena sifat egalitar dan kesahajaannya yang memungkinkannya dapat berinteraksi secara intensif dengan masyarakat.

1 komentar:

  1. in addition to your reference about faith and divinity, please see "Comparison of three (3) divine religions in the month of February 2013 my blog...

    BalasHapus