Puguh Hendrawan dalam buku The Pillow of love kembali menjelajah polemik
tersebut. Mengurai arti cinta. Mulai dari pengertian, kemunculan, pembinaan,
dan hingga kehancuran atau keharmonisan dalam dunia ini. Cinta adalah persaan
sayang kepada lawan jenis. Perasaan ingin memiliki dan menghabiskan waktu
bersamanya. Dari pernyataan itu, dapat diketahui bahwa cinta tidak sama dengan
seks. Pada kenyataannya, banyak orang yang jatuh cinta dan menunjukkan cintanya
dengan seks. Berarti ia tidak dapat memahami arti cinta yang sesungguhnya.
Kasih sayang adalah dua hal yang menjadi satu, yang dicurahkan kepada orang
yang dicintainya. Sedangkan cinta tidak ada hubungannya dengan seks (The Pillow of love Hal. 97).
Begitulah kiranya orang-orang dan para pemuda dan pemudi mengartikan cinta.
Jika sudah cinta berarti segala kepemilikannya menjadi milik pasangannya.
Termasuk dalam hal ini alat pemuas nafsu yang diincar. Dan tak jarang pula tren
dunia modern sekarang memaknai cinta sama dengan nafsu. Jika sudah cinta berati
ada kesukarelaan dalam menikmati tubuh seorang gadis. Sehingga terjadi
pergaulan seks bebas. Hamil di luar nikah, yang laki-laki menghilang setelah
gadis yang dicintainya dihamili di luar nikah. Setelah itu, penyesalan baru
terasa oleh para pemudi yang hamil di luar nikah.
Saat ini, banyak orang menjadikan cinta sebagai alasan untuk melakukan yang
di luar batas. Dalam pacaran, sering terjadi kontak fisik saat berduaan, bahkan
memilih tempat sepi untuk berduaan. Oleh karena itu, banyak pasangan terjerumus
dalam hal negatif karena tidak mampu mengendalikan diri. Hubungan yang mulanya
istimewa, berubah menjadi hubungan yang penuh dosa dan menghancurkan masa depan
keduanya. Biasanya mereka melakukan semua itu dengan alasan cinta, padahal
tidak seharusnya cinta melakukannya (The
Pillow of love Hal. 99).
Cinta bukan segalanya yang harus merusak kehidupan ini. Namun, cinta
memberi segalanya yang mampu membangun bahterah kehidupan ini. Tentunya melalu
cinta yang murni bukan karena pengaruh apapun. Jika cinta hanya karena nafsu
belaka, maka cinta itu tidak akan bertahan lama. Jika cinta hanya karena
sesuatu yang diinginkan, maka cinta itu akan cepat goyah ketika yang menjadi
objeknya tercapai. Cinta dan nafsu tentulah berbeda. Jika cinta, tidak harus
melakukan hubungan seksual yang berdasar pada nafsu belaka.
Cinta bukan untuk melakukan perbuatan dosa, tetapi cinta merupakan anugerah
Tuhan yang harus dijaga kesuciannya. Cinta sejati tidak menimbulkan kewajiban,
tetapi menimbulkan tanggung jawab, tidak menuntut balasan, tetapi lebih banyak
memberi. Banyak penjelasan tentang cinta yang tentu saja tidak sama dengan
seks. Seks terjadi karena cinta yang menuntut pamrih atau yang digerakkan oleh
nafsu. Nafsu tidak bisa mengendalikan dirinya. Sehingga banyak orang melakukan
perbuatan yang menyakiti hati orang lain. Orang menjadi sakit hati karena tidak
memahami cinta yang sebenarnya (The
Pillow of love Hal. 100).
Terkadang pada saat ini para pemuda dan pemudi mengartikan cinta bukan lagi
melihat pada masa depan yang akan dijalani. Namun, mayoritas cinta diartikan
sebagai bentuk kesetiaan dengan menyerahkan apa yang dimilikinya, utamanya oleh
kaum perempuan yang sering mendapata ancaman akan diputus jika tidak mau diajak
bersenggapa. Dan tak jarang pula ketika tidak mau melakukan hal tersebut,
seorang pemuda akan berkata “kamu sudah tidak cinta lagi padaku”. Ketika
begitu, dengan mudah seorang pemudi yang dirinya ingin menunjukkan kesetiaan
dan rasa cintanya ia harus kehilangan keperawanannya saat usia muda belia tanpa
jalan yang sah (nikah). Sehingga terkadang akibatnya ia harus aborsi, atau masa
depannya buram hingga tak jelas arahnya. Dari sini, sudah jelas cinta jangan
dimaknai segalanya. Cinta bukan segalanya, cinta itu suci dan tidak akan
menodai pemiliknya.
Sering kita mendengar sebuah pepatah yang menyatakan bahwa “cinta itu
buta”. Itu merupakan kata-kata yang sering digunakan sebagai alasan. Sebab,
cinta membuat seseorang tidak mampu berpikir rasional dan nyata. Jika kita
menganggap bahwa cinta itu buta, maka kita harus berhati-hati dalam mengambil
langkah agar tidak jatuh jauh ke dalam lubang dan terjerumus ke jalan yang
salah (The Pillow of love Hal. 104).
Dalam upaya menanggapi berbagai pamaknaan tentang cinta, arah dan tujuan
cinta itu yang yang secara moral disalah artikan, buku ini mengajak para
pembaca, khususnya para pemuda dan pemudi yang suka bercinta agar tidak
terjerumus ke jurang kenistaan dalam hidup ini. Karena memang banyak teori
mengenai cinta, namun masih banyak orang yang kesulitan dalam
mendefinisikannya. Maka dari itu, buku ini sebagai alternatif dalam mengupas
tentang cinta. Mulai dari pencarian, pemilihan, penyesuaian, hingga cara
menjaga keutuhannya.
Peresensi : Junaidi Khab Wakil Direktur Gerakan IAIN Sunan Ampel Menulis
(Gisam) IAIN Sunan Ampel Surabaya.
See more at: suar.okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar