Selasa, 29 April 2025

Mengenal adat istiadat dan budaya desa: SELAMATAN WETONAN

Dikalangan masyarakat pada umumnya peringatan ulang tahun biasanya diperingati pada setiap tanggal dan bulan kapan peristiwa itu terjadi atau waktu kelahirannya. Berbeda dengan tradisi jawa (Desa Logandu), peringatan hari ulang tahun kelahiran, tidak diperingati pada setiap tanggal dan hulan kelahiran, tetapi diperingati setiap hari dan pasaran kelahirannya dan dilaksanakan di bulan Sura (menggunakan penanggalan kalender Aboge) yang dinamakan wetonan. Misalnya ada seseorang yang lahir pada hari Ahad wage, 27 April 2025 atau 28 Sawal 1446 H/1958 saka (penanggalan aboge). Peringatan hari ulang tahun (wetonan) tidak dilaksanakan pada setiap 27 April atau 28 Sawal, tetapi dilaksanakan setiap hari Ahad wage di bulan Sura.  Wetonan dilaksanakan dengan mengadakan kenduri, selamatan, bancakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena telah terlahir didunia, dan memohon (berdoa) kepada Allah SWT, semoga umur yang diberikan menjadi umur yang barokah bermanfaat  dan selalu mendapatkan keselamatan dunia dan akhiat. Kenduri/bancakan mengundang para tetangga dengan menyiapkan uborampe (perlengkapan kenduri) yang telah ditentukan secara turun temurun.


Adapun beberapa uborampe (perlengkapan) selamatan wetonan yang harus disiapkan antara lain:

Tumpeng.

Nasi yang berbentuk kerucut yang dibentuk menggunakan kukusan, sehingga bentuknya seperti bangun segitiga sama sisi. Tumpeng, yen wis metu kudu mempeng. Artinya ketika manusia sudah terlahir ke dunia harus semangat dalam bekerja dan berusaha dalam rangka menjaga fitrah dan tujuan hidup manusia yakni keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tumpeng ada yang menamakan buceng, nyebuto sing kenceng. Artinya dalam kehidupan manusia harus selalu menyebut asma Allah SWT (eling marang Pengeran) sebagai perwujudan rasa syukur karena telah menciptakan manusia dan dapat terlahir di dunia.

Tumpeng dengan bentuk kerucut atau segitiga sama kaki, artinya dalam kehidupan dunia, manusia harus memegang teguh 3 dimensi pokok manusia. Yaitu dimensi iman sebagai dasar, dimensi Islam dan Ihsan pada kedua sisinya, dan dari ketiga dimensi itu mengerucut menuju pada satu titik yakni keridloan Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa).

Ingkung.

Ayam (jengger) yang dipanggang utuh (tidak dipotong-potong) dengan kepala ditundukkan, kaki dan  badannya diikat sehingga ketika disajikan mirip seperti orang sujud dalam sholat. Ingkung dari kata “jinangkung” artnya mengayomi atau melindungi, atau dari kata “manekung” yang artinya memanjatkan doa. Dalam tradisi jawa (Desa Logandu) ayam ingkung dinamakan ayam rasulan (ayam jantan yang masih suci) sebagai symbol kebaktian/ketaatan kepada Nabi Muhammad SAW dengan melaksanakan sujud sembahyang/sholat.

Jenang abang putih.

Bubur beras warna merah (dengan gula merah) dan warna putih (original/tanpa campuran apapun). Menandakan bahwa manusia lahir dari bapak (jenang abang, symbol keberanian) dan dari seorang ibu (jenang putih sebagai symbol kesucian).

“Kethengan dan srunthul”

Makanan berbentuk bulat seperti onde-onde dengan ukuran yang berbeda yakni besar dan kecil. Kethengan lebih besar dan terbuat dari beras, sedangkan srunthul lebih kecil dan terbuat dari besar yang dicampuri dengan ampas kelapa. Bahwa hidup di dunia ini bulat dan berputar seperti cakra manggilingan. Kesadaran bahwa roda kehidupan terus berputar, kadang diatas artinya hidup dalam kesenangan, dan rejeki melimpah, tetapi adakalanya dibawah, artinya sedang dalam keadaan susah rejekinya, susah kesehatannya. Hal itu harus disadari dan dipahami sebagai sunatullah yang pasti akan terjadi pada setiap manusia.

“Rondean”

Makanan/lalapan yang terdiri dari petai, jengkol, kacang panjang, dan kecambah kacang hijau. Symbol bahwa dalam hidup banyak rasa, banyak corak dan warna.

Srudeng

Makanan yang terbuat dari ampas kelapa yang digoreng. Dalam hidup pasti akan menemui permasalahan, sekecil apapun masalah jangan disepelekan tetapi harus diselesaikan.

Rakan

Makanan dari Pala pendhem, seperti singkong, ubi, jono wari (tales), uwi dll. Pelajarannya bahwa didalam bumi tersimpan rejeki. Rawat, pelihara dan olah bumi dengan baik, niscaya akan memberikan rejeki untuk kelangsungan hidup manusia.

Selengkapnya baca: https://babehmardiadi.blogspot.com/2025/04/tradisi-kabulan-bagian-pertama-dalam.html

Setelah uborampe selamatan/bancakan tersedia, kemudian diumumkan (kabulan/diujudaken/ diikrarkan) dan diakhiri dengan doa. (kgta)

 

Senin, 28 April 2025

Mengenal adat istiadat dan budaya desa

Adat istiadat adalah sistem norma dan kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun dalam suatu masyarakat, yang menjadi pedoman perilaku dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Ini mencakup berbagai aturan, tradisi, dan nilai yang memengaruhi kehidupan sosial, budaya, dan bahkan hukum di suatu wilayah. 

Tradisi adalah Kebiasaan/segala sesuatu yang di salurkan atau di wariskan dari masa lalu ke masa kini atau sekarang atau sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama;

Adat istiadat selain berfungsi sebagai pedoman bagi individu dalam berinteraksi dengan orang lain, menyelesaikan masalah, dan menjalankan berbagai kegiatan sosial, budaya, dan ritual, adat istiadat juga memiliki fungsi penting dalam menjaga keharmonisan sosial, melestarikan nilai budaya, dan mengatur kehidupan masyarakat secara umum.

Setiap wilayah memiliki adat istiadat, tradisi dan budaya yang berbeda beda. Perbedaan tersebut menunjukkan khasanah budaya yang harus terjaga kelestariannya. "Perbedaan budaya seharusnya tidak memisahkan kita satu sama lain, melainkan keragaman budaya membawa kekuatan kolektif yang dapat bermanfaat bagi seluruh umat manusia."  Kata Robert Alan (sejarawan Amerika).

Adat istiadat dan tradisi Desa Logandu.

Desa Logandu Kecamatan Karanggayam adalah sebuah desa dengan cluster pegunungan yang terletak diperbatasan Kabupaten Kebumen dan Banjarnegara dengan mayoritas penduduknya adalah petani dan peternak. Seperti halnya desa-desa dipegunungan, Desa Logandu dikenal sebagai desa abangan karena masih kental dan masih menjaga adat istiadat dan tradisi para leluhurnya.

Dibawah ini adalah beberapa adat istiadat dan tradisi yang masih terjaga kelestariannya:

1. Kenduri

Kenduri adalah acara tasyakuran yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) agar diberikan keselamatan dan memohon agar dikabulkan hajatnya.

Ritualnya adalah: mengundang tetangga, menyediakan uborampe/persayaratan kenduri berupa makanan yang jenisnya telah ditentukan, mengikrarkan maksud dan tujuan kenduri (kabulan) ditutup dengan doa dan diakhiri dengan membagikan makanan kepada yang hadir.

Karena kenduri adalah media permohonan, maka setiap ada hajat/keperluan diawali dengan kenduri.

Beberapa kenduri dan waktu pelaksanaannya.

a.   Wedusan: dinamakan Wedusan karena kenduri dengan menyembelih kambing dimasing-masing RT yang dilaksanakan untuk menjemput musim hujan atau akan memulai menggarap sawah untuk tanam padi. Baca: Kenduri Wedusan.   https://babehmardiadi.blogspot.com/search?q=wedusan

b.      Nututi tandur kenduri yang dilaksanakan setelah selesai menanam padi.

c.    Jabelan, kenduri yang dilaksanakan ketika padi sudah menguning dan siap untuk dipanen. (Penjelasannya pada edisi berikutnya).

d.  Lubaran, kenduri yang dilaksanakan setelah selesai panen padi yang diteruskan dengan acara/tradisi baritan, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan penghormatan kepada hewan ternak (sapi) yang telah membantu proses menggarap sawah. Baca: Tradisi dan budaya baritan.  https://babehmardiadi.blogspot.com/2025/04/tradisi-dan-budaya-baritan.html

e.    Kasaban, kenduri yang dilaksanakan setelah panen padi sebagai ungkapan rasa syukur atas anugrah panen padi.

f.  Wetonan adalah kenduri hari dan pasaran kelahiran seseorang (hari ulang tahun) yang dilaksanakan setahun sekali di bulan Sura (Muharram)

g.  Nylameti pekarangan, kenduri yang dilaksanakan sebagai permohonan maaf kepada bumi yang ditempati dan rasa syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan keselamatan dan menjauhkan dari segala mara bahaya (bilahi) selama setahun yang telah dilewati.

h.   Selamatan/sidhekah orang yang meninggal, yaitu selamatan yang dilaksanakan ketika ada orang yang meninggal, mulai dari nyaur tanah (sebelum prosesi pemakaman), 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, setahun (mendhak sepisan), 2 tahun (mendhak kapindho/meling), terakhir 1.000 hari. baca: Sidhekah. https://babehmardiadi.blogspot.com/search?q=selamatan+orang+meninggal+

i.     Nyameti pedhet, kenduri yang dilaksanakan oleh para peternak ketika sapinya melahirkan. (mempunyai pedhet)

j.   Ngapati, kenduri dan ritual yang dilaksanakan ketika istri/perempuan mengandung 4 bulan.

k.   Mitoni/tingkeban/keba, adalah kenduri dan ritual yang dilaksanakan ketika istri/perempuan mengandung 7 bulan. baca: Perlindungan anak dalam kontek budaya   https://babehmardiadi.blogspot.com/search?q=tingkeban%2Fkeba.

l.      Gebasan, adalah kenduri dan ritual yang dilaksanakan setiap 4 bulan sekali yang didahului dengan bersih makam. (baca: Bersih makam : Gebasan)    https://babehmardiadi.blogspot.com/search?q=gebasan+

m. Sadranan/Syabanan, adalah kenduri dan ritual yang dilaksanakan hari jumat terakhir di bulan Sya’ban (Ruwah) menjelang datangnya bulan suci Ramadlan dan didahului dengan bersih makam. (Penjelasannya pada edisi berikutnya).

n.     Kenduri awal ramadlan, kenduri yang dilaksanakan setiap awal atau memasuki bulan suci Ramadlan, selain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT karena telah diberikan umur dan kesempatan untuk beribadah puasa Ramadlan dan sholat Taraweh, juga permohonan semoga diberikan kekuatan untuk beribadah selama bulan Ramadlan.

o.  Kenduri maleman atau likuran, yakni kenduri yang dilaksanakan pada malam tanggal 21 ramadlan/bulan pasa (dalam kalender aboge). Jika malam tanggal 21 ramadlan/pasa bertepatan dengan malam Senin maka diganti pada tanggal-tanggal ganjil akhir ramadlan. Kenduri dilaksanakan untuk permohonan kepada Allah SWT semoga di berikan kesempatan untuk beribadah di malam Laelatul Qodar.

p. Kenduri akhir bulan Ramadlan, kenduri yang dilaksanakan pada hari terakhir bulan Ramadlan atau malam 1 syawal. Kenduri dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, karena telah diberikan kekuatan dan keselamatan dapat menjalankan ibadah ramadlan sampai akhir (selesai).

q.   Kenduri hari raya, yakni kenduri yang dilaksanakan setiap hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Kenduri yang dilaksanakan bersama-sama di masjid musholla pada hari raya berdasarkan kelender hijriyah dan dilaksanakan di balai desa hari raya berdasarkan kalender aboge. Dan setelah acara kenduri dilaksanakan halal bihalal.

r.  Kenduri membangun rumah, kenduri dilaksanakan dimulai dari ketika akan menggali pondasi (sebelum proses pembangunan dilaksanakan, ketika pasang rangka kayu, ketika mayu (pasang genteng dan ketika pembangunan telah selesai.

s.   Dan masih banyak lagi jenis tradisi kenduri, seperti: puputan (pemberian nama bayi), ketika punya hajat, Muludan (tanggal dan bulan kelahiran nabi berdasarkan kelender aboge) dll.

Bersambung….

Minggu, 27 April 2025

TRADISI DAN BUDAYA “BARITAN”

Baritan adalah salah satu tradisi yang masih dijaga kelestariannya oleh warga Desa Logandu Karanggayam Kebumen. Tradisi Baritan adalah rangkaian acara ritul bagi para petani yang dilaksanakan setiap paska panen padi dengan hari yang sudah ditentukan secara turun temurun, yakni hari Rabu kliwon. Baritan dilaksanakan sehari semalam (sampai dengan malam Kamis legi) yang diawali dengan kenduren Lubaran pada pagi harinya. 

(baca: Tradisi kenduri lubaran dan ikrar kabulannya),   https://babehmardiadi.blogspot.com/2025/04/tradisi-kabulan-kenduri-bagian-2.html 

Apa dan mengapa ada tradisi Baritan.

Baritan adalah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) atas karunia rejeki berupa panen padi, yang diwujudkan dengan kenduri, doa bersama dan diakhiri dengan “tayuban”. Meskipun antara tayuban dan baritan itu ada kesamaan yakni (joged) dengan penari tayub (lengger), tetapi sebetulnya ada perbedaan antara tayuban dan baritan. Perbedaannya adalah tayuban dapat dilaksanakan kapan saja (tidak ada ketentuan hari) dan dapat dilaksanakan oleh orang perseorangan, misalnya waktu hajatan sunatan atau nikahan. Sedangan untuk baritan, selain merupakan acara ritual dengan adanya ketentuan hari, untuk penarinya (lengger) dan aturan jogednya juga ada ketentuannya, yaitu:

1. Penarinya (lengger) harus menguasai gending-gending jawa klasik, seperti Ketawang Puspowarno, Ladrang Elung gadhung, Ladrang Wilujeng (Slamet), Sontoloyo, Kijingmiring dll.

Mengapa?

Selain sebagai upaya melestarikan gending-gending jawa klasik sebagai wujud penghormatan dari peninggalan para pujangga dan para empu gending terdahulu, gending-gending tersebut juga mempunyai makna yang tersirat yang harus selalu dipegang oleh para petani.

Ketawang Puspowarno.

Puspowarno dapat diartikan bunga yang beraneka warna sehingga indah dipandang mata. Makna tersiratnya adalah kehidupan didunia itu memang indah dengan gemerlapnya. Tetapi jangan sampai terbuai dengan keindahaan dan gemerlapnya dunia sehingga melupakan sang pencipta.

Ladrang Elung Gadhung.

Gadhung adalah jenis pala pendhem dengan daunnya yang pahit dan dahannya berduri, tetapi gadhung jenis tanamanyang dapat tumbuh dimana saja dan tidak mati meskipun di musim kemarau. Gadhung adalah jenis pala pendem yang beracun dan sangat membahayakan atau mematikan jika dimakan mentah atau tidak mengetahui cara pengolahannya. Tetapi jika diolah dengan benar akan menjadi makanan yang memiliki nilai jual sangat tinggi.

Makna tersiratnya adalah:

a.  Tuhan menciptakan bumi untuk diolah oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan anugrah rejeki Tuhan tidak akan ada habisnya dan tidak dibatasi dengan waktu dan musim, asalkan manusia mau berusaha dan bekerja.

b.  Dalam kehidupan jangan melihat dan terpengaruh sisi luarnya, jangan suka berprasangka buruk apalagi menjustifikasi kepada orang lain dengan stigma yang tidak baik. Seseorag yang saat ini kelihatan tidak baikpun akan menjadi baik jika kita mampu “mengolahnya”, karena pada hakekatnya semua orang tercipta atau terlahir dalam keadaan suci (baik).


Ladrang Wilujeng (Slamet).

Tradisi baritan, tujuan utamanya adalah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) agar setiap langkah yang dikerjakan oleh para petani dan hasil dari pertaniannya menjadi rejeki yang berkah, selalu membawa keselamatan bagi dirinya dan keluarganya.


Sontoloyo.

Sontoloyo adalah simbul perilaku yang semaunya sendiri, tidak taat pada aturan, egoisme, keangkuhan, dan tidak peduli kepada orang lain. Sontoloyo adalah simbul perilaku yang harus selalu dihindari dalam kehidupan sehari-hari.


Kijingmiring.

Kita harus selalu ingat bahwa tujuan akhir kehidupan adalah kematian menghadap kepad sang pencipta. Yang harus selalu diingat bahwa jangan sampai ketika mati dipasang/ditandai dengan Kijingmiring, (nisan yang terpasang miring) yang artinya mati dengan meninggalkan jejak kehidupan yang tidak baik sehingga sudah matipun masih di ingat kejelekannya.

2. Tata urutan yang njoged diatur mulai dari tokoh kesepuhan, Kepala Desa dan perangkatnya, tokoh dan lembaga desa, dan perwakilan dari masing-masing dusun.

3. Sebelum njoged / menari dengan lengger, harus “mbanjel” yakni membayar atau menaruh uang ke dalam baskom atau tempat penngumpulan uang yang telah disediakan oleh panitia, dan akan berhenti menari seketika jika ada penari lain yang “mbanjel” /menaruh uang ke dalam baskom.


Dari penjelasan diatas, kita menjadi tahu bahwa tradisi baritan adalah warisan para leluhur yang sarat dengan makna dan memberikan pitutur yang tersirat untuk mencapai kehidupan yang selaras. Agar makna yang tersirat dari tradisi baritan tetap terjaga, maka penting mewariskan nilai-nilai yang terkandung didalamnya kepada para generasi penerus. Dan melalui JAGONGAN NGUPET yang dilaksanakan oleh warga Desa Logandu setiap malam Ahad Wage itulah sarana dan media diskusi yang tepat dan terarah dalam rangka melestarikan adat dan budaya yang ada di Desa Logandu Kecamatan Karanggayam Kebumen. (nuwun_kgta)

 

Jumat, 25 April 2025

Budaya dan agama

Kehancuran suatu bangsa (masyarakat) ketika sudah melupakan sejarah. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Termasuk bagian sejarah adalah warisan, petuah, tradisi dan budaya para leluhur.

Dibawah ini beberapa kutipan dari para tokoh dunia tentang pentingnya melestarikan budaya:

 "Orang yang tidak mengetahui sejarah, asal usul, dan budaya masa lalunya seperti pohon tanpa akar." - Marcus Garvey (Presiden Jamaika I, 1940)

Anda tidak perlu membakar buku untuk menghancurkan budaya. Buat saja orang berhenti membacanya." - Ray Bradbury (Sastrawan Amerika)

"Budaya suatu bangsa bersemayam di hati dan jiwa masyarakatnya." - Mahatma Gandhi (Aktivis, Politikus India)

"Perbedaan budaya seharusnya tidak memisahkan kita satu sama lain, melainkan keragaman budaya membawa kekuatan kolektif yang dapat bermanfaat bagi seluruh umat manusia." - Robert Alan (sejarawan Amerika)

Budaya adalah cerminan budi pekerti bangsa yang harus dipertahankan.

Berbicara tentang budaya adalah berbicara tentang budi pekerti, etika dan kehormatan. Sebuah kewajiban dan tanggungjawab bersama untuk melestarikan budaya yang ada dan sudah berkembang dimasyarakat. Salahsatu upaya yang harus dilakukan sebagai wujud pelestarian budaya adalah dengan mempelajari makna yang terkandung didalamnya. Dengan mempelajari akan menjadi lebih memahami. Dan dengan memahami itulah selain kita akan tahu makna yang sesungguhnya sehingga tidak mudah untuk menjustifikasi dan menvonis benar dan salah, juga akan melahirkan tekad untuk selalu berusaha dan berupaya untuk melestarikannya. Ingat, ada sebuah ungkapan mutiara, siapapun yang akan “beribadah” menyembah kepada Tuhannya dengan cara dan model apapun, harus dengan ilmu. (mengetahui tatacara dan aturannya).

Seringkali budaya dibenturkan dengan agama. Berbagai ungkapan bahkan stigma yang seolah-olah menyudutkan dan mengerdilkan pola pikir tentang budaya yang dianggap bahwa budaya “bertentangan” dengan nilai agama.

Ada pesan penting dari para pujangga dalam wujud Tembang sinom:

Tetelu tan biso pisah

Ilmu, agama lan seni

Ilmu kang tanpo agomo

Sasar uripe ing mbenjing

Agomo tanpo seni

Iku bakal keton kaku

Lamon angrasuk agomo

Tanpo ilmu kang sayekti

Tanpo guno rumongso bener priyonggo.

Terjemahan bebasnya:

Ada tiga perkara yang tidak bisa dipisahkan; yakni: ilmu, agama dan seni. Mengapa??

Ilmu tanpa agama, akan menyesatkan hidupnya dikemuadian hari;

Agama tanpa seni, akan kaku, artinya ketika mengamalkan dan mengajarkan agama hanya secara tekstual dan keterbatasan referensinya tanpa mampu melihat kapasitas dan SDM umatnya, maka yang berjalan adalah egonya, mudah menjustifikasi orang lain terkait dengan pengamalan agamanya.

Sedangkan jika beragama tanpa ilmu, akan menjadikan dirinya merasa benar sendiri, merasa paling suci dan merasa paling agamis;

Dari sebait tembang sinom diatas, kalau kita telaah dan mencerna dengan baik, dari setiap kata mengandung makna dan petuah yang sangat dalam dan bahasa sastra yang indah.

Bersambung……………

Selasa, 22 April 2025

TRADISI KABULAN KENDURI (bagian 2)

Tradisi kenduri Lubaran dan ikrar kabulannya

Pada tulisan sebelumnya, yakni https://babehmardiadi.blogspot.com/2013/01/budaya-jawa-lubaran.html pada 30 Januari 2013, telah dibeberkan sekilas tentang tradisi lubaran berdasarkan hasil penuturan para tokoh kasepuhan dan tokoh adat yang ada di desa. Sebagai tambahan pengetahuan dan tambahan referensi bersama kali ini kita tuliskan tentang kenduri lubaran dan ikrar kabulannya.

Lubaran adalah salahsatu tradisi warga Desa Logandu Kecamatan Karanggayam Kebumen yang masih melekat dan dilestarikan sampai saat ini. LUBARAN secara etomologi atau bahasa berarti LUBAR  atau selesai. Artinya LUBAR atau selesai panen padi. Sehingga Tradisi lubaran adalah kenduri yang dilaksanakan paska panen padi.

Hal yang unik dari tradisi kenduri lubaran ini adalah:

1. Kenduri yang dilaksanakan oleh semua warga yang memelihara sapi.

2. Kenduri dilaksanakan di luar rumah (halaman) dan yang “ngepung” ikut kenduri  semua penghuni rumah laki-laki perempuan, tua muda dan anak-anak.

3. Uborampe (hidangannya) tumpeng, kupat lepet, dan lauknya adalah belalang.

4. Doa yang dilantunkan juga berbeda yakni dengan doa yang berbahasa jawa.

5. Setelah kenduri, pucuk tumpeng dan sebagian kupat lepet (sepasang) diambil dan diberikan ke hewan ternak (sapi).

Tujuan kenduri lubaran adalah:

1. Sebagai ungkapan rasa syukur setelah panen padi.

2. Permohonan maaf kepada bumi, jika selama proses penggarapan sawah, para among tani banyak melakukan kesalahan dan melukai bumi.

3. Penghormatan / ungkapan rasa terima kasih kepada hewan ternak (sapi) yang telah membantu para petani mulai membajak sawah sampai kotorannya yang digunakan untuk pupuk dan kesuburan bumi.

Bumi diciptakan oleh Allah SWT  Tuhan Yang Maha Esa, diperuntukkan untuk keberlangsungan hidup manusia. Jaga dan rawat bumi seperti merawat dirinya sendiri.

Berikut contoh ikrar kabulan kenduri Lubaran:

Nuwun sewu kepareng sumelo atur dumateng sanak sederek sedoyo, sepuh miwah anem mboten kulo wiji-wiji ingkang kempal sesarengan wonten ing mriki mboten namung panjenengan sedoyo kulo aturi njurung pamuji soho nekseni piyambak-piyambak nggiihhhh

Kepareng kulo supados nglantaraken ingkang dados hajatipun Bapak ......... sak keluarga, ginandheng hajat kalian sanak sederekipun tiyang ….. kempal hajat dados setunggal. dene hajatipun, gegandengan sedaya nglampahi among tani nembe kemawon nampi sarining bumi pasihaning pengeran sampun kaleksanan panen kanthi wilujeng, kersanipun damel wilujengan, hajatipun lubaran.

Sedoyo wilujengan minangka sarono nyenyuwun dumateng ngarsanipun Gusti Alloh ing mugio bapak ....... sak keluarga, soho sanak sederek sedoyo tiyang ……. tansah pinaringan kawilujengan, katentreman lan kaberkahan, tansah manggih tata titi tentrem aman, pinaringan murah rejeki, tinebihna ing goda rencana lan bilahi rahayu ingkang tansah pinanggih, kanti mboten manggih alangan satunggal menopo ing sakterasipun lan samudayanipun.

# Wondene kupat lepet bekti dateng arwahipun Kanjeng Nabi Sulaiman AS, ingkang mengkoni sak kutu-kutu walang ataga, ugi nderek dicaosi bekti, kanthi pinuwun mugio njurung kawilujengan lan kaberkahan.

# Rupining jenang pethak abrit bekti dateng bapa batin biyang batin miwah sederekipun sekawan gangsal pancer, ingkang momongi siang dalunipun, ingkang ambabar tunggil pertapan pisah sanes panggenan ugi nderek dipun bekteni. Saksampunipun dipun bekteni mugio njurung kawilujengan.

# Rakan pala pendhem bekti dumateng indhang soho danyang, indhang ingkang momongi sak rina ndalunipun, dhanyang ingkang mbaurekso dateng banjar pekawisan mriki ugi nderek dipun bekteni. Saksampunipun dipun bekteni mugio njurung kawilujengan.

Pramilo, sak sampunipun sedoyo dipun bekteni, saking atur panyuwunanipun Bapak ...... sak keluarga dalah sak sederekipun, ngrumaosi titah anyar raga wadhag enggal, ingkang siang lali ndalu limpi, namung amasrahaken sedoyo kalepatan. Lepat ingkang sampun kalajeng nyuwung adil pangapunten, dene kapingajeng nyuwun berkat kuat rahayu soho wilujeng. Wilujeng sak keluarganipun sak tanem tuwuhipun, sak raja kayanipun lan wilujeng samudayanipun, pinaringana murah rejeki tebih saking bilahi sahinggo menopo ingkang dados hajatipun saged kabul kasembadan dumugi sak tujuanipun kanthi mboten manggih alangan setunggal menopo, mboten namung penjenengan sedoyo kulo aturi njurung pamuji soho nekseni piyambak-piyambak, nggiiihhh

(** dongane: donga gendrayana, donga Sulaiman lan donga sapu jagat)

 

 

Minggu, 20 April 2025

TRADISI KABULAN KENDURI (bagian pertama)

Dalam tradisi Jawa, (Khususnya di Desa Logandu Kecamatan Karanggayam Kebumen), ketika acara kenduri atau selamatan dalam istilah Islam tasyakuran, sebelum hidangan dibagikan atau disantap bersama, hal pertama yang harus dilakukan adalah : Kabulan.

Kabulan atau ada yang menyebutnya “ngujudaken” adalah Menyampaikan atau mewujudkan atau mengumumkan hajat tujuan dari sohibul hajat (tuan rumah) kepada undangan (tetangga yang hadir) yang biasanya oleh tuan rumah diwakilkan kepada tokoh kasepuhan atau pemuka agama yang ada di desa.

Pokok-pokok yang harus disampaikan ketika kabulan:

1.         Nama shohibul hajat.

Kabulan diawali dengan menyebutkan nama siapa yang mengadakan kenduri selamatan. Jika yang mempunyai hajat bersifat perseorangan maka dengan menyebutkan nama yang bersangkutan. Jika bersifat kolektif atau merupakan kumpulan dari beberapa orang yang dilaksanakan bersama-sama dalam satu tempat, maka dengan menyebutkan nama yang ketempatan dengan ditambahi menyebut nama-nama yang mempunyai hajat yang sama atau jika dengan menyebutkan nama wilayah dukuh atau dusun jika merupakan kenduri bersama dalam satu dukuh atau satu dusun.

2.         Alasan atau latar belakang.

Kenduri (selamatan) biasanya dilakukan karena ada sebab musabab yang menjadi latarbelakang atau alasannya. Misalnya: Karena memulai menggarap sawah, memulai menanam padi, tujuan atau cita-citanya telah tercapai dan lain-lain.

3.         Maksud dan tujuan.

Kenduri dilakukan adakalanya sebagai wujud permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT). Maka maksud dan tujuan dari kenduri, agar permohonannya dikabulkan oleh Allah SWT. Tetapi adakalanya kenduri itu sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) karena permohonannya telah dikabulkan.

4.         Pangabekten

Tata urutan “pangabekten” masing-masing wilayah mempunyai tata aturan dan adat yang berbeda terkait dengan tata urutan “pangabekten”. Perbedaan tata urutan itu tidak perlu dipertentangkan, karena masing-masing berdasar pada ajaran para pendahulunya (leluhurnya) yang tentunya mempunyai filosofi dan pemahaman tersendiri.  

Berikut ini adalah tata urutan “pangabekten”

(1)       Gusti Alloh SWT.

Bahwa kenduri, shodakohan dan doa adalah memohon hanya kepada Allah SWT.

(2)       Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Adalah permohonan untuk dapat mendapatkan syafaat/pertolongannya baik didunia maupun diakhirat.

(3)       Sedulur papat lima pancer.

Apa dan siapa Sedulur papat lima pancer ?

Ada beberapa makna filosofi dari sedulur papat lima pancer yang kami rangkum dari Kidung Kawedar, Kidung Sariro Ayu, dan Kidung Marmati anggitan KS. Kalijaga, pada Abad 15-16 dan juga beberapa sumber lain, sebagai berikut:

·         SEDULUR artinya Saudara,

Ajaran nilai persaudaraan manusia sebagai makhluk sosial.

·         PAPAT adalah arah mata angin, (Lor, wetan, kidul, kulon).

Ajarannya adalah Pentingnya berpadangan luas dan menyeluruh (arti kehidupan)

·         LIMA adalah unsur penciptaan manusia (Bumi/tanah, air, angin/udara, api, eter (hawa)

·         PANCER artinya Pancaran, sinar, pusat.

Titik pusatnya ada pada pancaran kejernihan hati dan pikiran (yang ada pada diri sendiri)

·         Simbulnya adalah Jenang abang putih yang mengandung makna, bahwa asalnya manusia dari (bapak) jenang Abang sebagai perwujudan sikap keberanian, dan dari (ibu) jenang Putih simbul suci dan kesucian.

·         Sedulur papat lima pancer juga bisa dimaknai sebagai simbul 4 malaikat yang diturunkan saat usia kandungan 4 bulan (ngapati), yang menjaganya sampai pada proses kelahiran.

4 simbol (diatas) menjadi:

·         Sedulur Aluwamah (Jiwa yang terbelenggu)

Sedulur Aluwamah (angin): nafsu “yang disesali”, dipersalahkan, sifat ora ajeg (Kadang taat kadang maksiat dll). Atau jiwa yang terbelenggu contohnya kecewa, minder, putus asa, ketakutan, ragu, meratap dll)

·         Sedulur Supiyah: Nafsu seneng dunya

Sedulur Supiyah (Air/banyu) : Nafsu seneng dunya (harta, tahta, wanita)

·         Sedulur Amarah: jiwa yang tersesat.

Sedulur Amarah (Api/geni): jiwa yang sesat (marah, iri, drengki, egois, pelit dll)

·         Sedulur Mutmainnah: jiwa yang sempurna.

Sedulur Mutmainnah (tanah/lemah): Jiwa yang tenang. (nafsu yang membenarkan keesaan Tuhan, yakin dengan janji Allah.

·         Dalam ajaran tasawuf Imam Ghozali namanya : Nufs /Nufus : Nafsu

Sedulur papat lima pancer juga bisa dimaknai sebagai 4 malaikat penjaga “bayi”, (dalam adat jawa) disimbolkan/dilambangkan: Kakang kawah, adi ari-ari, getih, puser.

Kakang Kawah (Ketuban), yang berfungsi:

·         Menemani dari dalam kandungan sampai lahir.

·         Pelindung bayi dari benturan dan kekeringan.

·         Pembuka jalan keluar.

Adi ari-ari (Placenta) yang berfungsi:

·         Menyalurkan saripati makanan.

·         Wujud/implementasi perilaku orangtua.

Darah/getih yang berfungsi:

·         Menemani dari dalam kandungan sampai lahir.

·         Menemani selama hidup di dunia.

Sedangkan Pancer/pusatnya: diri sendiri/raga.

Puser (Tali placenta) adalah Jalan makanan, Pemberi perhatian

Sedangkan pancernya adalah diri sendiri sebagai pusat (bersatu/nyawiji) wujud sebagai makhluk Allah SWT.

Sedulur Papat juga ada yang memaknai (Perwujudan dari sahabat Nabi, Abu bakar, Umar, Utsman dan Ali RA, sedang pancernya adalah Nabi Muhammad SAW.

Sedulur papat juga ada yang memaknai simbolisasi dari  Jin “Qorin” yang menjaga diri manusia dari “kiblat papat” (Lor, wetan, kidul, kulon).

Pancere : Dirinya sendiri

 

(4)       Indhang lan danyang.

Siapa “Indhang lan danyang?”

INDHANG adalah hawa dan nafsu yang ada pada diri manusia yang dipengaruhi oleh “Jin Qorin”

DANYANG / DAN HYANG: Roh halus (leluhur desa) yang tidak mengganggu dan menyakiti, tetapi melindungi. (mbaurekso)

Lelembut itu “bukan” jin/Setan. Tetapi makhluk Allah yang menjadi “saudara spiritual” manusia.

Simbul hidangannya: Rakan pala pendhem diantaranya adalah (Budin) atau singkong, ketela, kentang, talas “uwi, jono, muntul dll. Mengapa simbul hidangannya adalah rakan pala pendhem?

·         Pala kependhem adalah sumber kelangsungan hidup manusia.

·         Ruh leluhur sifatnya “ghaib” tetapi pasti “ADA”nya.

·         Hidup adalah pilihan

 

(5)       Ki Smara bumi Nyi Smara bumi.

Apa dan siapa Ki Smara bumi dan Nyi Smara bumi?

Smara dari asal kata Asmara yang artinya Cinta ”seneng”, Bumi adalah tanah kelahiran. Wahyu “Danyang/Danhyang” Pamong/Pamomong.

Simbul hidangannya adalah : srabi (Beras, kelapa dan gula jawa);

(6)       Apa dan siapa Ki Sampar Angin ?

Pengatur angin, keyakinan Jawa bahwa angin ada yang mengatur, SangHyang Bayu (Jawa), dalam (Islam) Malaikat Mikail. Ada yang mengatakan Nabi Sulaiman AS mukjizatnya mampu mengendalikan angin.

Simbul hidangannya adalah lung-lungan (gegodhongan /daun). Karena adanya hembusan angin dapat diketahui dengan geraknya dedaunan.

 

5.         Do’a

Setelah menyampaikan “kabulan”, kenduri ditutup dengan pembacaan doa. Dalam tradisi jawa do’a yang diucapkan adakalanya berbahasa arab tetapi ada juga yang berupa bahasa jawa. Penerapan penggunaan doa disesuaikan dengan hajat atau tujuan dari kenduri itu dilaksanakan. (bersambung)