Dalam tradisi Jawa, (Khususnya di Desa Logandu Kecamatan Karanggayam Kebumen), ketika acara kenduri atau selamatan dalam istilah Islam tasyakuran, sebelum hidangan dibagikan atau disantap bersama, hal pertama yang harus dilakukan adalah : Kabulan.
Kabulan atau ada yang menyebutnya “ngujudaken”
adalah Menyampaikan
atau mewujudkan atau mengumumkan hajat tujuan dari sohibul hajat (tuan rumah)
kepada undangan (tetangga yang hadir) yang biasanya oleh tuan rumah diwakilkan
kepada tokoh kasepuhan atau pemuka agama yang ada di desa.
Pokok-pokok yang harus disampaikan ketika kabulan:
1.
Nama shohibul hajat.
Kabulan diawali dengan
menyebutkan nama siapa yang mengadakan kenduri selamatan. Jika yang mempunyai
hajat bersifat perseorangan maka dengan menyebutkan nama yang bersangkutan. Jika
bersifat kolektif atau merupakan kumpulan dari beberapa orang yang dilaksanakan
bersama-sama dalam satu tempat, maka dengan menyebutkan nama yang ketempatan
dengan ditambahi menyebut nama-nama yang mempunyai hajat yang sama atau jika
dengan menyebutkan nama wilayah dukuh atau dusun jika merupakan kenduri bersama
dalam satu dukuh atau satu dusun.
2.
Alasan atau latar belakang.
Kenduri (selamatan) biasanya
dilakukan karena ada sebab musabab yang menjadi latarbelakang atau alasannya. Misalnya:
Karena memulai menggarap sawah, memulai menanam padi, tujuan atau cita-citanya
telah tercapai dan lain-lain.
3.
Maksud dan tujuan.
Kenduri dilakukan adakalanya
sebagai wujud permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT). Maka maksud
dan tujuan dari kenduri, agar permohonannya dikabulkan oleh Allah SWT. Tetapi adakalanya
kenduri itu sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah
SWT) karena permohonannya telah dikabulkan.
4.
Pangabekten
Tata urutan “pangabekten” masing-masing wilayah
mempunyai tata aturan dan adat yang berbeda terkait dengan tata urutan “pangabekten”.
Perbedaan tata urutan itu tidak perlu dipertentangkan, karena masing-masing berdasar
pada ajaran para pendahulunya (leluhurnya) yang tentunya mempunyai filosofi dan
pemahaman tersendiri.
Berikut ini adalah tata urutan “pangabekten”
(1) Gusti Alloh SWT.
Bahwa kenduri, shodakohan
dan doa adalah memohon hanya kepada Allah SWT.
(2) Kanjeng Nabi Muhammad SAW
dan para sahabatnya.
Adalah permohonan untuk
dapat mendapatkan syafaat/pertolongannya baik didunia maupun diakhirat.
(3) Sedulur papat lima pancer.
Apa dan siapa Sedulur papat lima pancer ?
Ada beberapa makna filosofi dari sedulur papat lima
pancer yang kami rangkum dari Kidung Kawedar, Kidung Sariro Ayu, dan Kidung
Marmati anggitan KS. Kalijaga, pada Abad 15-16 dan juga beberapa
sumber lain, sebagai berikut:
·
SEDULUR artinya Saudara,
Ajaran nilai persaudaraan
manusia sebagai makhluk sosial.
·
PAPAT adalah arah mata angin, (Lor, wetan, kidul, kulon).
Ajarannya adalah Pentingnya berpadangan
luas dan menyeluruh (arti kehidupan)
·
LIMA adalah unsur penciptaan manusia (Bumi/tanah, air, angin/udara, api,
eter (hawa)
·
PANCER artinya Pancaran, sinar, pusat.
Titik pusatnya ada pada
pancaran kejernihan hati dan pikiran (yang ada pada diri sendiri)
·
Simbulnya adalah Jenang abang putih yang mengandung makna, bahwa asalnya manusia
dari (bapak) jenang Abang sebagai perwujudan sikap keberanian, dan dari (ibu) jenang
Putih simbul suci dan kesucian.
·
Sedulur papat lima pancer juga bisa dimaknai sebagai simbul 4 malaikat
yang diturunkan saat usia kandungan 4 bulan (ngapati), yang menjaganya sampai
pada proses kelahiran.
4 simbol (diatas) menjadi:
·
Sedulur Aluwamah (Jiwa yang terbelenggu)
Sedulur Aluwamah (angin):
nafsu “yang disesali”, dipersalahkan, sifat ora ajeg (Kadang taat kadang
maksiat dll). Atau jiwa yang terbelenggu contohnya
kecewa, minder, putus asa, ketakutan, ragu, meratap dll)
·
Sedulur Supiyah: Nafsu seneng dunya
Sedulur Supiyah (Air/banyu) :
Nafsu seneng dunya (harta, tahta, wanita)
·
Sedulur Amarah: jiwa yang tersesat.
Sedulur Amarah (Api/geni): jiwa
yang sesat (marah, iri, drengki, egois, pelit dll)
·
Sedulur Mutmainnah: jiwa yang sempurna.
Sedulur Mutmainnah
(tanah/lemah): Jiwa yang tenang. (nafsu yang membenarkan keesaan Tuhan, yakin
dengan janji Allah.
·
Dalam ajaran tasawuf Imam Ghozali namanya : Nufs /Nufus : Nafsu
Sedulur papat lima pancer juga bisa dimaknai sebagai
4 malaikat penjaga “bayi”, (dalam adat jawa) disimbolkan/dilambangkan: Kakang
kawah, adi ari-ari, getih, puser.
Kakang Kawah (Ketuban), yang berfungsi:
·
Menemani dari dalam kandungan sampai lahir.
·
Pelindung bayi dari benturan dan kekeringan.
·
Pembuka jalan keluar.
Adi ari-ari (Placenta) yang berfungsi:
·
Menyalurkan saripati makanan.
·
Wujud/implementasi perilaku orangtua.
Darah/getih yang berfungsi:
·
Menemani dari dalam kandungan sampai lahir.
·
Menemani selama hidup di dunia.
Sedangkan Pancer/pusatnya: diri sendiri/raga.
Puser (Tali placenta) adalah Jalan makanan, Pemberi
perhatian
Sedangkan pancernya adalah diri sendiri sebagai
pusat (bersatu/nyawiji) wujud sebagai makhluk Allah SWT.
Sedulur Papat juga ada yang memaknai (Perwujudan
dari sahabat Nabi, Abu bakar, Umar, Utsman dan Ali RA, sedang pancernya adalah
Nabi Muhammad SAW.
Sedulur papat juga ada yang memaknai simbolisasi
dari Jin “Qorin” yang menjaga diri
manusia dari “kiblat papat” (Lor, wetan, kidul, kulon).
Pancere : Dirinya sendiri
(4) Indhang lan danyang.
Siapa “Indhang lan danyang?”
INDHANG adalah hawa dan nafsu yang ada pada diri
manusia yang dipengaruhi oleh “Jin Qorin”
DANYANG / DAN HYANG: Roh halus (leluhur desa) yang
tidak mengganggu dan menyakiti, tetapi melindungi. (mbaurekso)
Lelembut itu “bukan” jin/Setan. Tetapi makhluk Allah
yang menjadi “saudara spiritual” manusia.
Simbul hidangannya: Rakan pala pendhem diantaranya
adalah (Budin) atau singkong, ketela, kentang, talas “uwi, jono, muntul dll. Mengapa
simbul hidangannya adalah rakan pala pendhem?
·
Pala kependhem adalah sumber kelangsungan hidup manusia.
·
Ruh leluhur sifatnya “ghaib” tetapi pasti “ADA”nya.
·
Hidup adalah pilihan
(5) Ki Smara bumi Nyi Smara
bumi.
Apa dan siapa Ki Smara bumi dan Nyi Smara bumi?
Smara dari asal kata Asmara yang artinya Cinta
”seneng”, Bumi adalah tanah kelahiran. Wahyu “Danyang/Danhyang”
Pamong/Pamomong.
Simbul hidangannya adalah : srabi (Beras, kelapa dan
gula jawa);
(6) Apa dan siapa Ki Sampar
Angin ?
Pengatur angin, keyakinan Jawa bahwa angin ada yang
mengatur, SangHyang Bayu (Jawa), dalam (Islam) Malaikat Mikail. Ada yang
mengatakan Nabi Sulaiman AS mukjizatnya mampu mengendalikan angin.
Simbul hidangannya adalah lung-lungan (gegodhongan
/daun). Karena adanya hembusan angin dapat diketahui dengan geraknya dedaunan.
5.
Do’a
Setelah menyampaikan “kabulan”,
kenduri ditutup dengan pembacaan doa. Dalam tradisi jawa do’a yang diucapkan
adakalanya berbahasa arab tetapi ada juga yang berupa bahasa jawa. Penerapan
penggunaan doa disesuaikan dengan hajat atau tujuan dari kenduri itu
dilaksanakan. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar