Minggu, 27 April 2025

TRADISI DAN BUDAYA “BARITAN”

Baritan adalah salah satu tradisi yang masih dijaga kelestariannya oleh warga Desa Logandu Karanggayam Kebumen. Tradisi Baritan adalah rangkaian acara ritul bagi para petani yang dilaksanakan setiap paska panen padi dengan hari yang sudah ditentukan secara turun temurun, yakni hari Rabu kliwon. Baritan dilaksanakan sehari semalam (sampai dengan malam Kamis legi) yang diawali dengan kenduren Lubaran pada pagi harinya. 

(baca: Tradisi kenduri lubaran dan ikrar kabulannya),   https://babehmardiadi.blogspot.com/2025/04/tradisi-kabulan-kenduri-bagian-2.html 

Apa dan mengapa ada tradisi Baritan.

Baritan adalah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) atas karunia rejeki berupa panen padi, yang diwujudkan dengan kenduri, doa bersama dan diakhiri dengan “tayuban”. Meskipun antara tayuban dan baritan itu ada kesamaan yakni (joged) dengan penari tayub (lengger), tetapi sebetulnya ada perbedaan antara tayuban dan baritan. Perbedaannya adalah tayuban dapat dilaksanakan kapan saja (tidak ada ketentuan hari) dan dapat dilaksanakan oleh orang perseorangan, misalnya waktu hajatan sunatan atau nikahan. Sedangan untuk baritan, selain merupakan acara ritual dengan adanya ketentuan hari, untuk penarinya (lengger) dan aturan jogednya juga ada ketentuannya, yaitu:

1. Penarinya (lengger) harus menguasai gending-gending jawa klasik, seperti Ketawang Puspowarno, Ladrang Elung gadhung, Ladrang Wilujeng (Slamet), Sontoloyo, Kijingmiring dll.

Mengapa?

Selain sebagai upaya melestarikan gending-gending jawa klasik sebagai wujud penghormatan dari peninggalan para pujangga dan para empu gending terdahulu, gending-gending tersebut juga mempunyai makna yang tersirat yang harus selalu dipegang oleh para petani.

Ketawang Puspowarno.

Puspowarno dapat diartikan bunga yang beraneka warna sehingga indah dipandang mata. Makna tersiratnya adalah kehidupan didunia itu memang indah dengan gemerlapnya. Tetapi jangan sampai terbuai dengan keindahaan dan gemerlapnya dunia sehingga melupakan sang pencipta.

Ladrang Elung Gadhung.

Gadhung adalah jenis pala pendhem dengan daunnya yang pahit dan dahannya berduri, tetapi gadhung jenis tanamanyang dapat tumbuh dimana saja dan tidak mati meskipun di musim kemarau. Gadhung adalah jenis pala pendem yang beracun dan sangat membahayakan atau mematikan jika dimakan mentah atau tidak mengetahui cara pengolahannya. Tetapi jika diolah dengan benar akan menjadi makanan yang memiliki nilai jual sangat tinggi.

Makna tersiratnya adalah:

a.  Tuhan menciptakan bumi untuk diolah oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan anugrah rejeki Tuhan tidak akan ada habisnya dan tidak dibatasi dengan waktu dan musim, asalkan manusia mau berusaha dan bekerja.

b.  Dalam kehidupan jangan melihat dan terpengaruh sisi luarnya, jangan suka berprasangka buruk apalagi menjustifikasi kepada orang lain dengan stigma yang tidak baik. Seseorag yang saat ini kelihatan tidak baikpun akan menjadi baik jika kita mampu “mengolahnya”, karena pada hakekatnya semua orang tercipta atau terlahir dalam keadaan suci (baik).


Ladrang Wilujeng (Slamet).

Tradisi baritan, tujuan utamanya adalah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) agar setiap langkah yang dikerjakan oleh para petani dan hasil dari pertaniannya menjadi rejeki yang berkah, selalu membawa keselamatan bagi dirinya dan keluarganya.


Sontoloyo.

Sontoloyo adalah simbul perilaku yang semaunya sendiri, tidak taat pada aturan, egoisme, keangkuhan, dan tidak peduli kepada orang lain. Sontoloyo adalah simbul perilaku yang harus selalu dihindari dalam kehidupan sehari-hari.


Kijingmiring.

Kita harus selalu ingat bahwa tujuan akhir kehidupan adalah kematian menghadap kepad sang pencipta. Yang harus selalu diingat bahwa jangan sampai ketika mati dipasang/ditandai dengan Kijingmiring, (nisan yang terpasang miring) yang artinya mati dengan meninggalkan jejak kehidupan yang tidak baik sehingga sudah matipun masih di ingat kejelekannya.

2. Tata urutan yang njoged diatur mulai dari tokoh kesepuhan, Kepala Desa dan perangkatnya, tokoh dan lembaga desa, dan perwakilan dari masing-masing dusun.

3. Sebelum njoged / menari dengan lengger, harus “mbanjel” yakni membayar atau menaruh uang ke dalam baskom atau tempat penngumpulan uang yang telah disediakan oleh panitia, dan akan berhenti menari seketika jika ada penari lain yang “mbanjel” /menaruh uang ke dalam baskom.


Dari penjelasan diatas, kita menjadi tahu bahwa tradisi baritan adalah warisan para leluhur yang sarat dengan makna dan memberikan pitutur yang tersirat untuk mencapai kehidupan yang selaras. Agar makna yang tersirat dari tradisi baritan tetap terjaga, maka penting mewariskan nilai-nilai yang terkandung didalamnya kepada para generasi penerus. Dan melalui JAGONGAN NGUPET yang dilaksanakan oleh warga Desa Logandu setiap malam Ahad Wage itulah sarana dan media diskusi yang tepat dan terarah dalam rangka melestarikan adat dan budaya yang ada di Desa Logandu Kecamatan Karanggayam Kebumen. (nuwun_kgta)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar