Dikalangan masyarakat pada umumnya peringatan ulang tahun biasanya diperingati pada setiap tanggal dan bulan kapan peristiwa itu terjadi atau waktu kelahirannya. Berbeda dengan tradisi jawa (Desa Logandu), peringatan hari ulang tahun kelahiran, tidak diperingati pada setiap tanggal dan hulan kelahiran, tetapi diperingati setiap hari dan pasaran kelahirannya dan dilaksanakan di bulan Sura (menggunakan penanggalan kalender Aboge) yang dinamakan wetonan. Misalnya ada seseorang yang lahir pada hari Ahad wage, 27 April 2025 atau 28 Sawal 1446 H/1958 saka (penanggalan aboge). Peringatan hari ulang tahun (wetonan) tidak dilaksanakan pada setiap 27 April atau 28 Sawal, tetapi dilaksanakan setiap hari Ahad wage di bulan Sura. Wetonan dilaksanakan dengan mengadakan kenduri, selamatan, bancakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena telah terlahir didunia, dan memohon (berdoa) kepada Allah SWT, semoga umur yang diberikan menjadi umur yang barokah bermanfaat dan selalu mendapatkan keselamatan dunia dan akhiat. Kenduri/bancakan mengundang para tetangga dengan menyiapkan uborampe (perlengkapan kenduri) yang telah ditentukan secara turun temurun.
Adapun beberapa uborampe (perlengkapan) selamatan wetonan yang harus disiapkan antara lain:
Tumpeng.
Nasi yang berbentuk kerucut yang dibentuk
menggunakan kukusan, sehingga bentuknya seperti bangun segitiga
sama sisi. Tumpeng, yen wis metu kudu mempeng. Artinya ketika manusia sudah
terlahir ke dunia harus semangat dalam bekerja dan berusaha dalam rangka
menjaga fitrah dan tujuan hidup manusia yakni keselamatan dan kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Tumpeng ada yang menamakan buceng,
nyebuto sing kenceng. Artinya dalam kehidupan manusia harus selalu
menyebut asma Allah SWT (eling marang Pengeran) sebagai perwujudan rasa syukur
karena telah menciptakan manusia dan dapat terlahir di dunia.
Tumpeng dengan bentuk kerucut atau
segitiga sama kaki, artinya dalam kehidupan dunia, manusia harus memegang teguh
3 dimensi pokok manusia. Yaitu dimensi iman sebagai dasar, dimensi
Islam dan Ihsan pada kedua sisinya, dan dari ketiga dimensi itu mengerucut menuju
pada satu titik yakni keridloan Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa).
Ingkung.
Ayam (jengger) yang dipanggang utuh
(tidak dipotong-potong) dengan kepala ditundukkan, kaki dan badannya diikat sehingga ketika disajikan
mirip seperti orang sujud dalam sholat. Ingkung dari kata “jinangkung”
artnya mengayomi atau melindungi, atau dari kata “manekung” yang artinya
memanjatkan doa. Dalam tradisi jawa (Desa Logandu) ayam ingkung dinamakan ayam
rasulan (ayam jantan yang masih suci) sebagai symbol kebaktian/ketaatan kepada
Nabi Muhammad SAW dengan melaksanakan sujud sembahyang/sholat.
Jenang abang putih.
Bubur beras warna merah (dengan gula
merah) dan warna putih (original/tanpa campuran apapun). Menandakan bahwa
manusia lahir dari bapak (jenang abang, symbol keberanian) dan dari seorang ibu
(jenang putih sebagai symbol kesucian).
“Kethengan dan srunthul”
Makanan berbentuk bulat seperti
onde-onde dengan ukuran yang berbeda yakni besar dan kecil. Kethengan lebih
besar dan terbuat dari beras, sedangkan srunthul lebih kecil dan terbuat
dari besar yang dicampuri dengan ampas kelapa. Bahwa hidup di dunia ini bulat dan
berputar seperti cakra manggilingan. Kesadaran bahwa roda kehidupan terus
berputar, kadang diatas artinya hidup dalam kesenangan, dan rejeki melimpah,
tetapi adakalanya dibawah, artinya sedang dalam keadaan susah rejekinya, susah
kesehatannya. Hal itu harus disadari dan dipahami sebagai sunatullah yang pasti
akan terjadi pada setiap manusia.
“Rondean”
Makanan/lalapan yang terdiri dari
petai, jengkol, kacang panjang, dan kecambah kacang hijau. Symbol bahwa dalam
hidup banyak rasa, banyak corak dan warna.
Srudeng
Makanan yang terbuat dari ampas kelapa
yang digoreng. Dalam hidup pasti akan menemui permasalahan, sekecil apapun
masalah jangan disepelekan tetapi harus diselesaikan.
Rakan
Makanan dari Pala pendhem, seperti
singkong, ubi, jono wari (tales), uwi dll. Pelajarannya bahwa didalam bumi tersimpan
rejeki. Rawat, pelihara dan olah bumi dengan baik, niscaya akan memberikan
rejeki untuk kelangsungan hidup manusia.
Selengkapnya baca: https://babehmardiadi.blogspot.com/2025/04/tradisi-kabulan-bagian-pertama-dalam.html
Setelah uborampe selamatan/bancakan tersedia,
kemudian diumumkan (kabulan/diujudaken/ diikrarkan) dan diakhiri dengan doa. (kgta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar