Selasa, 29 April 2025

Mengenal adat istiadat dan budaya desa: SELAMATAN WETONAN

Dikalangan masyarakat pada umumnya peringatan ulang tahun biasanya diperingati pada setiap tanggal dan bulan kapan peristiwa itu terjadi atau waktu kelahirannya. Berbeda dengan tradisi jawa (Desa Logandu), peringatan hari ulang tahun kelahiran, tidak diperingati pada setiap tanggal dan hulan kelahiran, tetapi diperingati setiap hari dan pasaran kelahirannya dan dilaksanakan di bulan Sura (menggunakan penanggalan kalender Aboge) yang dinamakan wetonan. Misalnya ada seseorang yang lahir pada hari Ahad wage, 27 April 2025 atau 28 Sawal 1446 H/1958 saka (penanggalan aboge). Peringatan hari ulang tahun (wetonan) tidak dilaksanakan pada setiap 27 April atau 28 Sawal, tetapi dilaksanakan setiap hari Ahad wage di bulan Sura.  Wetonan dilaksanakan dengan mengadakan kenduri, selamatan, bancakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena telah terlahir didunia, dan memohon (berdoa) kepada Allah SWT, semoga umur yang diberikan menjadi umur yang barokah bermanfaat  dan selalu mendapatkan keselamatan dunia dan akhiat. Kenduri/bancakan mengundang para tetangga dengan menyiapkan uborampe (perlengkapan kenduri) yang telah ditentukan secara turun temurun.


Adapun beberapa uborampe (perlengkapan) selamatan wetonan yang harus disiapkan antara lain:

Tumpeng.

Nasi yang berbentuk kerucut yang dibentuk menggunakan kukusan, sehingga bentuknya seperti bangun segitiga sama sisi. Tumpeng, yen wis metu kudu mempeng. Artinya ketika manusia sudah terlahir ke dunia harus semangat dalam bekerja dan berusaha dalam rangka menjaga fitrah dan tujuan hidup manusia yakni keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tumpeng ada yang menamakan buceng, nyebuto sing kenceng. Artinya dalam kehidupan manusia harus selalu menyebut asma Allah SWT (eling marang Pengeran) sebagai perwujudan rasa syukur karena telah menciptakan manusia dan dapat terlahir di dunia.

Tumpeng dengan bentuk kerucut atau segitiga sama kaki, artinya dalam kehidupan dunia, manusia harus memegang teguh 3 dimensi pokok manusia. Yaitu dimensi iman sebagai dasar, dimensi Islam dan Ihsan pada kedua sisinya, dan dari ketiga dimensi itu mengerucut menuju pada satu titik yakni keridloan Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa).

Ingkung.

Ayam (jengger) yang dipanggang utuh (tidak dipotong-potong) dengan kepala ditundukkan, kaki dan  badannya diikat sehingga ketika disajikan mirip seperti orang sujud dalam sholat. Ingkung dari kata “jinangkung” artnya mengayomi atau melindungi, atau dari kata “manekung” yang artinya memanjatkan doa. Dalam tradisi jawa (Desa Logandu) ayam ingkung dinamakan ayam rasulan (ayam jantan yang masih suci) sebagai symbol kebaktian/ketaatan kepada Nabi Muhammad SAW dengan melaksanakan sujud sembahyang/sholat.

Jenang abang putih.

Bubur beras warna merah (dengan gula merah) dan warna putih (original/tanpa campuran apapun). Menandakan bahwa manusia lahir dari bapak (jenang abang, symbol keberanian) dan dari seorang ibu (jenang putih sebagai symbol kesucian).

“Kethengan dan srunthul”

Makanan berbentuk bulat seperti onde-onde dengan ukuran yang berbeda yakni besar dan kecil. Kethengan lebih besar dan terbuat dari beras, sedangkan srunthul lebih kecil dan terbuat dari besar yang dicampuri dengan ampas kelapa. Bahwa hidup di dunia ini bulat dan berputar seperti cakra manggilingan. Kesadaran bahwa roda kehidupan terus berputar, kadang diatas artinya hidup dalam kesenangan, dan rejeki melimpah, tetapi adakalanya dibawah, artinya sedang dalam keadaan susah rejekinya, susah kesehatannya. Hal itu harus disadari dan dipahami sebagai sunatullah yang pasti akan terjadi pada setiap manusia.

“Rondean”

Makanan/lalapan yang terdiri dari petai, jengkol, kacang panjang, dan kecambah kacang hijau. Symbol bahwa dalam hidup banyak rasa, banyak corak dan warna.

Srudeng

Makanan yang terbuat dari ampas kelapa yang digoreng. Dalam hidup pasti akan menemui permasalahan, sekecil apapun masalah jangan disepelekan tetapi harus diselesaikan.

Rakan

Makanan dari Pala pendhem, seperti singkong, ubi, jono wari (tales), uwi dll. Pelajarannya bahwa didalam bumi tersimpan rejeki. Rawat, pelihara dan olah bumi dengan baik, niscaya akan memberikan rejeki untuk kelangsungan hidup manusia.

Selengkapnya baca: https://babehmardiadi.blogspot.com/2025/04/tradisi-kabulan-bagian-pertama-dalam.html

Setelah uborampe selamatan/bancakan tersedia, kemudian diumumkan (kabulan/diujudaken/ diikrarkan) dan diakhiri dengan doa. (kgta)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar