Sabtu, 26 Oktober 2013

Transparansi terbuka lebar

Sistem yang baik tidak diciptakan oleh dewa. Sistem yang kondusif dirancang, dibangun, serta dipelihara oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya. Tak ubahnya tubuh manusia. Jika ada salah satu bagian yang sakit, maka yang lain akan ikut merasakan.
Hal itu disadari betul oleh Sarlan (49), Kepala Desa Logandu, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen. Menurutnya sepandai apapun pemimpin desa , tidak ada artinya tanpa dukungan masyarakat. Itulah sebabnya dia sangat bersyukur memimpin masyarakat desa yang tingkat partisipasinya tinggi dalam perencanaan pembangunan.
“Bedanya sebelum Plan mulai bekerja di Logandu, tahapan partisipasi sangat sederhana. Sekarang menjadi lebih optimal dan fokus,” katanya.
Optimal berarti jumlah masyarakat yang berpartisipasi lebih banyak dan luas, sedangkan fokus berarti topik yang dibahas tidak melebar sehingga memudahkan pencarian solusi. Perubahan ini berdampak pada meningkatnya inisiatif dan kepedulian warga, misalnya tidak pasif menunggu perintah maupun lebih aktif terlibat di pelaksanaan pembangunan seperti gotong royong membangun proyek tertentu.
Bahkan akhirnya dengan difasilitasi Plan, masyarakat Desa Logandu berhasil mewujudkan good governance yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES) yang dicapai dengan partisipasi aktif semua unsure termasuk anak.
Namun Sarlan tidak sekedar diam menikmati keaktifan masyarakatnya. Untuk mendapat masukan dari anak-anak misalnya, tak segan dia hadir di kegiatan mereka dan mendengarkan langsung apa yang mereka inginkan.
“Salah satu hasil interaksi langsung dengan anak adalah kebijakan penetapan jam belajar jam 7-8 malam,” katanya.
Perhatian pada anak ini memang sangat terlihat di Desa Logandu, salah satunya dengan berkurangnya angka putus sekolah. Pendidikan Anak Usia Dini pun kini sudah punya gedung sendiri, berkat keberhasilan mengakses bantuan dana PNMP Mandiri.
Prinsip Sarlan adalah melibatkan masyarakat sejak perencanaan pembangunan agar dukungan mereka besar misalnya dalam hal pemeliharaan. Baginya status kepala desa hanya salah satu cara berkontribusi pada desa.
“Kalau memang saya tidak jadi kepala desa, saya akan ikut membantu pelaksanaan di desa. Prinsipnya, sebagai warga desa tetap mendukung apalagi pondasinya sudah cukup kuat begini,” katanya.
Satu hal tekadnya adalah tidak meninggalkan peningkatan kapasitas warga berbarengan dengan pembangunan fisik. Itulah yang menjadi peninggalan utama Plan selama bekerja di Logandu.
“Kita tidak boleh membiarkan masyarakat bodoh, karena kalau masyarakat jadi pintar bisa bersama-sama membangun desa dengan lebih baik.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar