Segelitir duka telah
merasuk sukma jiwa. Begitu cepat jantungku berdetak mengedarkan racun – racun
kesetiap persendian. Begitu perih kurasakan. Hingga aku tak mampu menjamahkan perasaan ini.
Hanya tetes air mata yang meluncur disetiap
sudut mataku dan melewati lereng pipiku
hingga membuat bantalku basah kuyup tersiram rinai air mata, aku masih tak
mengerti dengan semua ini andai aku tau hanya luka yang ku dapatkan dari panantiaan
yang sia-sia ini, takan mau aku mengenal apa itu cinta?Tapi apa semua yang kita
lakukan ada resikonya, misalkan kita makan kita bisa tersendak, berjalanpun bila kita tidak hati-hati kita
bisa tersandung bebatuan kecil. Sama halnya dengan cinta, berani bercinta harus
berani patah hati, namun aku masih belum
terima akan teori-teori itu karna pada kenyataanya teori tak sama dengan
prakteknya.
Seperti biasa aku sering smsan
ataupun teleponan dengan Eza. Setiap
dering sms darinya telah mampu membuatku melayany-layang. Tapi kali ini sms darinya telah membuat harapanku
runtuh dan terpuruk. Pasalnya dalam
smsnya tertulis “sebelumnya aku minta maaf kalau selama ini aku udah buat kamu
terluka. Selama ini aku dah bohongin
kamu karna selama kita hubungan jarak jauh aku dah punya cewe lain and selama
ini aku gak pernah cerita hal itu ke kamu. Aku minta maaf banget mungkin hubungan kita
cukup sampe disni. Karena sebentar lagi
aku dah mau nikah sama dia, aku harap
kamu dapat pengganti aku yang lebih baik. “ Tak sanggup aku membaca sms darinya.
Selama ini aku berhubungan
jarak jauh sama Eza karna aku harus pulang kampung untuk melanjutkan sekolahku.
Akupun teringat masa-masa di Jakarta.
Semua terekam jelas dalam ingatan
memoriku. Saat pertama kali aku bertemu
dengannya
disebuah rumah makan PADANG karna orang tuanya yang mempunyai rumah makan
padang tersebut dan kebetulan tanteku sering mengajakku ketempat itu. Dimataku dia amat istimewa. Saat-saat setelah itu adalah saat – saat
yang amat membahagiakan bagiku, hingga suatu hari ia mengajakku ke suatu
tempat yang begitu indah, dibawah
temparan sinar rembulan ia menyatakan
cintanya padaku” Riz, aku mau ngomong sesuatu sama kamu” Katanya seraya memegang tanganku “ Mau ngomong
apa?” tanyaku penasaran. “Pertama kali
aku bertemu dengan mu, ada rasa yang menelusup kedalam relung hatiku, hingga
rasa itu menguatkan-ku bahwa aku
sungguh mencintaimu. Apakah kamu memiliki rasa yang sama denganku?” Tanya-nya padaku. Aku masih terdiam. “ Apa kamu mau jadi kekasihku? Membagi
suka, duka dan melewati hari kita dengan
penuh warna?” Tanyanya lagi
membuyarkan lamunanku “Maaf aku gak bisa…………” Mendengar
ucapanku dia bagaikan tersengat aliran listrik dan melepaskan genggaman
tanganku “Ya sudah, maaf kalau selama
ini aku dah ganggu kamu!” Ada nada
kecewa yang terucap dari bibirnya. “Maaf
za.., aku gak bisa menolak cinta darimu!”
Kataku seraya tersenyum. “Jadi kamu mau terima cintaku ?” Tanyanya gak
percaya. Aku mengangguk pelan, tapi itu dah cukup baginya. Ia memelukku begitu erat, “Makasih yaa?” Katanya girang. Tiba-tiba rinai hujan memaksakan kami
tuk melepaskan pelukan
hangat itu dan kami baru sadar bahwa waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Kamipun bergegas pulang dengan sepeda motor. Melihatku basah kuyup dan kedinginan ia
melepaskan jaketnya dan memberikannya padaku dan sejak saat itu hubungan kami resmi
jadian. Hari-hari kami lewati dengan
uraian kasih sayang. Pernah suatu hari
aku diajak jalan - jalan sama temen aku
yang bernama Rian dan celakanya aku ketahuan sama Eza. Melihatku jalan dengan cowo lain
dengan kasarnya ia menyeret tanganku dan meninggalkan
Rian dengan
begitu saja, “Lepasin tanganku, sakit
za!” kataku. “Hatiku lebih sakit melihatmu jalan dengan cowo lain. Harusnya kamu hargain aku sebagai cowo aku
dong!” Dengan amarah ia memarahi aku. Aku hanya bisa menangis mendengar
amarahnya. Maklum ia orang padang jadi omongannya keras walau tidak dalam
keadaan marah, apa lagi kalau lagi marah dah kaya kakek kakek kebakaran jenggot,
“Ya maaf aku gak bermaksud nyakiti persaanmu?” Kataku dengan sesegukan. “ah laah, aku gak mau bertengkar ama kamu. “ Katanya,
lalu mengantarkan ku pulang.
Dua bulan setelah itu aku
harus kembali kekampung untuk melanjutkan sekolah ku. Dia mengantarkanku sampai stasiun, “kenapa kita harus berpisah, aku tak bisa
berpisah darimu, bagaimana dengan hubungan kita ?” Ucap Eza pelan. “Sebenernya
aku juga gak mau pisah dari mu, aku sangat sayang kamu. Kita hubungan jarak
jauh aja. Inget pesanku jangan selingkuh!!” Kataku seraya memeluknya
untuk terakhir kalinya, “ Ya dah aku
pergi dulu, jaga dirimu baik-baik!” Pesanku
tuk mengakhiri perjumpaan kita. “Kamu hati-hati ya say?!” Katanya sembari melambaikan
tangan. Selepas itu aku hanya memandangi tubuhnya hingga membentuk suatu titik
dan menghilang ditelan tikungan jalan.
Tapi mengapa kisah
cintaku harus berakhir tragis seperti ini? Tak pernah terpikirkan olehku kisah
perjalanan cinta begitu menyakitkan ketika perpisahan mengurainya. Dalam jauh bayangku hanya indah penuh warna, serta hari berselimut kebahagiaan. Kini semua berubah, harapanku bagai terkena petir hingga menjadi puing-puing dan serpihan
sesal tiada bertepi. Bagaikan tak pernah
ada sebuah cinta yang terbangun disana. Semuanya termakan oleh kebohongan semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar