Senin, 15 September 2014

Cerpen Remaja: Serpihan Sesal


Segelitir duka telah merasuk sukma jiwa. Begitu cepat jantungku berdetak mengedarkan racun – racun kesetiap persendian. Begitu perih kurasakan.  Hingga aku tak mampu menjamahkan perasaan ini.  Hanya tetes air mata yang meluncur disetiap sudut  mataku dan melewati lereng pipiku hingga membuat bantalku basah kuyup tersiram rinai air mata, aku masih tak mengerti dengan semua ini andai aku tau hanya luka yang ku dapatkan dari panantiaan yang sia-sia ini, takan mau aku mengenal apa itu cinta?Tapi apa semua yang kita lakukan ada resikonya, misalkan kita makan kita bisa tersendak,  berjalanpun bila kita tidak hati-hati kita bisa tersandung bebatuan kecil. Sama halnya dengan cinta, berani bercinta harus berani patah hati,  namun aku masih belum terima akan teori-teori itu karna pada kenyataanya teori tak sama dengan prakteknya.
Seperti biasa aku sering smsan ataupun teleponan dengan Eza.  Setiap dering sms darinya telah mampu membuatku melayany-layang.  Tapi kali ini sms darinya telah membuat harapanku runtuh dan terpuruk.  Pasalnya dalam smsnya tertulis “sebelumnya aku minta maaf kalau selama ini aku udah buat kamu terluka.  Selama ini aku dah bohongin kamu karna selama kita hubungan jarak jauh aku dah punya cewe lain and selama ini aku gak pernah cerita hal itu ke kamu.  Aku minta maaf banget mungkin hubungan kita cukup sampe disni.  Karena sebentar lagi aku dah mau nikah sama dia,  aku harap kamu dapat pengganti aku yang lebih baik. “ Tak sanggup aku membaca sms darinya.
Selama ini aku berhubungan jarak jauh sama Eza karna aku harus pulang kampung untuk melanjutkan sekolahku.  Akupun teringat masa-masa di Jakarta.  Semua terekam jelas dalam ingatan memoriku.  Saat pertama kali aku bertemu dengannya disebuah rumah makan PADANG karna orang tuanya yang mempunyai rumah makan padang tersebut dan kebetulan tanteku sering mengajakku ketempat itu.  Dimataku dia amat istimewa.  Saat-saat setelah itu adalah saat – saat yang amat membahagiakan bagiku, hingga suatu hari ia mengajakku ke suatu tempat yang begitu indah,  dibawah temparan sinar rembulan ia menyatakan cintanya padaku”  Riz,  aku mau ngomong sesuatu sama kamu”  Katanya seraya memegang tanganku “ Mau ngomong apa?” tanyaku penasaran.  “Pertama kali aku bertemu dengan mu, ada rasa yang menelusup kedalam relung hatiku, hingga rasa itu menguatkan-ku bahwa aku sungguh mencintaimu. Apakah kamu memiliki rasa yang sama denganku?”  Tanya-nya padaku.  Aku masih terdiam.  “ Apa kamu mau jadi kekasihku? Membagi suka,  duka dan melewati hari kita dengan penuh warna?”  Tanyanya lagi membuyarkan lamunanku “Maaf aku gak bisa…………”   Mendengar ucapanku dia bagaikan tersengat aliran listrik dan melepaskan genggaman tanganku “Ya sudah,  maaf kalau selama ini aku dah ganggu kamu!”  Ada nada kecewa yang terucap dari bibirnya.  “Maaf za..,  aku gak bisa menolak cinta darimu!”  Kataku seraya tersenyum.  “Jadi kamu mau terima cintaku ?” Tanyanya gak percaya.  Aku mengangguk pelan,  tapi itu dah cukup baginya.  Ia memelukku begitu erat,  “Makasih yaa?”  Katanya girang.  Tiba-tiba rinai hujan memaksakan kami tuk melepaskan pelukan hangat itu dan kami baru sadar bahwa waktu sudah menunjukan pukul 23.30.  Kamipun bergegas pulang dengan sepeda motor.  Melihatku basah kuyup dan kedinginan ia melepaskan jaketnya dan memberikannya padaku dan sejak saat itu hubungan kami resmi jadian.  Hari-hari kami lewati dengan uraian kasih sayang.  Pernah suatu hari aku diajak jalan - jalan sama temen aku  yang bernama Rian dan celakanya aku ketahuan sama Eza.  Melihatku jalan dengan cowo lain dengan kasarnya ia menyeret tanganku dan meninggalkan Rian dengan begitu saja, “Lepasin tanganku,  sakit za!” kataku. “Hatiku lebih sakit melihatmu jalan dengan cowo lain.  Harusnya kamu hargain aku sebagai cowo aku dong!” Dengan amarah ia memarahi aku. Aku hanya bisa menangis mendengar amarahnya. Maklum ia orang padang jadi omongannya keras walau tidak dalam keadaan marah, apa lagi kalau lagi marah dah kaya kakek kakek kebakaran jenggot, “Ya maaf aku gak bermaksud nyakiti persaanmu?” Kataku dengan sesegukan.  “ah laah, aku gak mau bertengkar ama kamu. “ Katanya, lalu mengantarkan ku pulang.
Dua bulan setelah itu aku harus kembali kekampung untuk melanjutkan sekolah ku.  Dia mengantarkanku sampai stasiun,  “kenapa kita harus berpisah, aku tak bisa berpisah darimu, bagaimana dengan hubungan kita ?” Ucap Eza pelan. “Sebenernya aku juga gak mau pisah dari mu, aku sangat sayang kamu. Kita hubungan jarak jauh aja. Inget pesanku jangan selingkuh!!” Kataku seraya memeluknya untuk terakhir kalinya,  “ Ya dah aku pergi dulu,  jaga dirimu baik-baik!” Pesanku tuk mengakhiri perjumpaan kita. “Kamu hati-hati ya say?!” Katanya sembari melambaikan tangan. Selepas itu aku hanya memandangi tubuhnya hingga membentuk suatu titik dan menghilang ditelan tikungan jalan.
Tapi mengapa kisah cintaku harus berakhir tragis seperti ini? Tak pernah terpikirkan olehku kisah perjalanan cinta begitu menyakitkan ketika perpisahan mengurainya.  Dalam jauh bayangku hanya indah penuh warna,  serta hari berselimut kebahagiaan.  Kini semua berubah,  harapanku bagai terkena  petir hingga menjadi puing-puing dan serpihan sesal tiada bertepi.  Bagaikan tak pernah ada sebuah cinta yang terbangun disana.  Semuanya termakan oleh kebohongan semata.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar